rahasia tetap diam tak terucap, meski hati bergemuruh berisik meminta untuk menyelami diri sang pemilik hati.
- rennala dan pernak pernik masa muda.
lavendherr, 2023.
cover from pinterest.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Karena kita ngeawalin kegiatan kita dengan doa. Jadi kita harus ngeakhiri ini juga dengan doa. Nah, ayo Bian pimpin doanya." ucap Nindi lalu menarik Bian untuk berdiri di sampingnya.
"Gue lagi, Gue lagi." Bian menggeleng-geleng heran. "sok di angkat tangannya. Untuk mengakhiri kegiatan dan di beri keselamatan hingga pulang kerumah, ayo kita berdoa. Berdoa di mulai."
Hening sebentar sampai akhirnya Bian berucap Aamiin dan semuanya mengangkat kepala.
"Ayok, gas gas!" ucap Aksa dengan semangat.
"Akhirnya pulang juga ya, Na?" ucap Aruna kepada Nala di sebelahnya seraya berjalan kemotor yang terparkir.
"Iya ih, jujur capek banget. Tapi untungnya pas turun kerasa banget cepetnya."
Aruna mengangguk menyutujui.
"Ayo naik." ajak Altezza pada Nala. Begitu juga dengan Angga yang mengajak Aruna untuk naik kemotornya.
Nala pun dengan hati-hati menaiki motornya. Lalu, menerima kain yang di berikan oleh Altezza untuk di lingkarkan seperti saat awal mereka pergi. Meskipun Nala tidak berniat untuk tidur, tapi untuk keamanan Ia akan menurut saja.
"Safety nomor satu, Na."
Nala terkekeh atas ucapan Altezza. "Iya, iya." responnya.
Andra dan Aksa memberikan gestur untuk jalan. Mereka inilah yang memimpin jalan paling depan, sehingga diikuti oleh yang lainnya di belakang. Mereka pun berjalan termasuk Eja dan Nala.
"Asik banget. Agak capek sih sebenarnya. Cuman ya asik banget!" jawab Nala dengan senang hati.
Altezza tertawa, "Capek pas jalan keposkonya, ya?"
"Iya, ih! Itu capek banget!" Ucap Nala. Mengingatnya saja membuat dia kelelahan. "tapi Gue suka waktu kesungai. Air itu Gue anggap sahabat, sama kayak awan. Makanya suka banget."
"Untung aja kita nemu tempat itu ya!"
Nala mengangguk-ngangguk. "Iya. Makasih ya, Ja, udah ngebawa Gue kedalam air. Air terjunnya juga!"
"Sama-sama, Nala. Tapi Lo aneh ya. Sahabatan sama air tapi gak bisa berenang."
Nala tertawa. Ini juga hal yang aneh baginya, tapi ada sebuah cerita yang membuatnya tidak bisa berenang. "Gue suka air tapi takut tenggelam, makanya sampai sekarang gak bisa berenang."
"Gue ajar berenang aja kalo gitu, Na."
"Ngga deh. Takut!"
"You can trust me, loh."
Nala tersenyum kecil mendengar ucapan Altezza yang seperti meyakinkannya. "Kapan-kapan aja kalo udah gak takut."
Nanti, kalo traumanya sudah hilang. Nala harap hari itu akan benar-benar datang sehingga Altezza bisa mengajarkannya untuk berenang.