16. Cut

64 10 0
                                    

"Nala! Na!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nala! Na!"

Nala mendongak untuk melihat pelaku yang memanggil namanya. Tidak jauh dari bangkunya, di depan pintu kelas ada Jihan yang memberikan gestur agar Nala menghampirinya. Akhirnya gadis itu berdiri meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai untuk menghampiri Jihan.

Di depan kelas, Jihan langsung mengajak Nala untuk duduk di bangku taman sekolah yang tidak jauh dari kelas Nala. Tempat yang nyaman dan juga teduh untuk berkumpul. Terkadang Nala dan teman-temannya berkumpul di bangku taman juga, tapi bukan di sini, karena tempatnya tidak hanya satu.

"Gue lagi ngerjain sosiologi, Han. Ganggu aja."

Jihan mendengus, "Nanti dulu. Lo tau gak sih? Altezza posting foto cewek!"

Nala menaikkan satu alisnya, bingung. "Terus kenapa? Bukan pertama kalinya juga, 'kan?"

"Iya, sih. Dia kan pernah posting foto Lo juga abistu posting foto cewek lain lagi sekarang. Lo gak ngerasa kalo dia mainin Lo, Na?"

Nala terdiam sebentar. Bagaimana bisa dia merasa di permainkan jika cewek yang di maksud oleh Jihan adalah Nala sendiri. Sepertinya Jihan tidak bisa mengenali perawakan Nala di foto itu. Ya, wajar saja, foto yang di perlihatkan pun hanya rambut dan sebagian tubuhnya saja.

"Na, sumpah deh. Lo harus jauhin Altez, daripada nantinya sakit hati. Sekalian deh jauhin juga temen-temen Lo itu, mereka keliatan toxic banget."

"Ngawur, ah." sanggah Nala cepat.

"Ih, Na beneran! Gue perhatiin temen-temen Lo itu toxic banget. Pasti banyak player juga, 'kan? Sering banget Gue liat sg mereka keluar malem." ucap Jihan makin ngotot.

Nala tidak nyaman. Jihan selalu bicara buruk tentang teman-temannya yang dia sendiri tidak tau bagaimana lingkup pertemanan Nala yang sebenarnya.

"Apa bedanya deh, Lo juga suka keluar malem, 'kan? Lagian mereka cuman nongkrong biasa doang."

Jihan mendecak, "Justru itu! Gue kan emang anaknya tongkrongan banget, jadi Gue tau gimana obrolan anak-anak di tongkrongan. Buruk banget, Na."

"Duh," Nala mulai frustasi mendengarnya "Gue tau deh niat Lo baik supaya Gue gak punya temen yang toxic. Tapi Lo tau apa sih soal mereka? Udah ya, Han. Gak berbobot banget obrolan kita."

Nala mulai berdiri dari tempatnya, tapi lengannya di tahan Jihan yang membuatnya kembali duduk. Dia mendesah berat, pusing sekali berbicara dengan Jihan. Makanya dia mengalihkan pandangannya dari pada terus melihat muka Jihan.

"Itu Lo paham, ini kan buat kebaikan Lo juga. Terus ya, Na, Jangan terlalu percaya sama Altezza deh, soalnya dia baik sama kesemua orang."

"Omongan Lo kayak udah pernah ngobrol aja sama dia."

"Udah, dong. Lumayan sering."

Nala yang tadi enggan melihat temannya itu, reflek menoleh. Altezza jarang berkeliaran di area kelas IPS, jadi bagaimana bisa Jihan berbicara dengannya?

RENNALA [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang