Apakah kamu percaya setiap kata itu punya suara?
Harisson percaya, semua kata yang ia terjemahkan di dunia ini memiliki suaranya masing-masing setelah jiwanya dari masa lalu meminta pria itu untuk memperbaiki masa depan.
Tulisan-tulisan aneh yang t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Segala sesuatu yang ada di dalam cerita bersifat fiksi dan tidak berkaitan dengan hal-hal di dunia nyata. •••
Pesawat airbus yang terbang dari London menuju New York se lama delapan jam telah mendarat di Bandara Internasional Jhon F. Kennedy, Harrison dan Profesor Rebecca langsung di sambut oleh perwakilan PBB yang bertugas menjemput semua ahli yang diundang untuk membahas suatu proyek yang mereka sebut Penelitian Tulisan Batu.
Mereka dibawa ke salah satu markas yang sudah dijaga ketat oleh banyak tentara, tibalah mereka di salah satu ruangan yang berisi banyak sekali ahali-ahli dalam berbagai bidang yang akan bersatu padu untuk menemukan jawaban atas tulisan-tulisan misterius yang tersebar di beberapa titik di seluruh dunia.
Profesor Rebecca tampak begitu akrab dengan beberapa orang di sana, tidak diragukan lagi koneksi seorang guru besar yang namanya sudah berkali-kali terpampang di ujian akhir para mahasiswa berkat jurnal-jurnal yang mereka terbitkan.
"Is that Harrison Luke?" Tanya salah satu laki-laki paruh baya dengan rambut putih klimis dan juga kacamata khas orang pintar pada umumnya.
Harrison pun menjabat tangan pria itu. "Professor Jhon, nice to meet you. Such an honor." Ujarnya sopan.
Profesor Jhon pun hanya tertawa, "biasa saja. Aku sudah dengar kabar tentangmu, kau berhasil memecahkan sebuah kasus belasan tahun hanya lewat tulisan tangan. Luar biasa sekali." Pujinya pada Harrison.
"Apakah itu Karol?" Tanya Profesor Rebecca.
"Oh, benar. Ini Karolina, arkeolog muda kebanggan kami." Ujar Profesor Jhon bangga.
Gadis cantik bernama lengkap Karolina Wale itu pun maju dan berjabat tangan dengan profesor Rebecca serta Harrison, terlihat tangguh, cerdas dan mandiri hingga membuat Harisson tidak fokus dibuatnya. Namun saat gadis itu membungkuk lebih rendah lagi ia justru melihat karakter lain dalam diri Karol, seorang dayang kerajaan yang biasa ia lihat di kehidupan sebelumnya.
Bahkan Harrison sampai terdiam di tempatnya menatap ke arah Karol yang tampak menggunakan pakaian khas dayang kerajaan bahkan hingga ke gerak-geriknya, sadar bahwa dirinya ditatap tanpa berkedip oleh seorang pria membuat Karol melambaikan tangannya di hadapan Harrison.
"Hello, sir?" Panggil Karol.
Tepukan di bahu Harrison membuat pria itu tersadar dan kemudian meminta maaf pada Karol, pria itu pun berlari kecil menyusul Profesor Rebecca yang sudah jauh meninggalkannya. Keduanya duduk di baris kedua meja bersusun di ruangan itu, mereka pun berbincang dengan beberapa orang baru yang ada di sana.
Dari arah pintu masuk seorang pria dengan rambut model Spiky Hairnya, wajah itu tampak familier di mata Harrison meskipun dilihat dari kejauhan. Benar saja pria itu lebih dulu menyadari keberadaan Harrison dan menyapa dengan girang.