•••
Segala sesuatu yang ada di dalam cerita bersifat fiksi dan tidak berkaitan dengan hal-hal di dunia nyata.
•••Sinar matahari masuk ke sela-sela tenda yang ada di tengah-tengah Altai Tavan Bogd, suara lenguhan Harisson yang baru saja bangu mengudara di dalam tenda berukuran 4x6 itu. Bentuk tenda itu seperti tenda Ridge pada umumnya yang berhadap-hadapan dan bersampingan satu sama lain. Itulah mengapa Jordan dengan santainya masuk ke dalam tenda milik Harisson sambil membawa secangkir kopi yang ia dapatkan di tenda dapur.
"Morning routine, Mr. Luke." Ujar Jordan.
Harisson menerima kopi itu dengan perlahan, tangan kanan memegang cangkir sementara tangan kirinya menggulir layar ponselnya yang baru saja ia cabut dari pengisi dayanya. Rentetan panggilan tak terjawab mencuat pada bagian notifikasi, Harisson hanya menghapus semua panggilan itu dan memilih menikmati kopinya di pagi hari.
"Semua perempuanmu itu menelepon setiap sepuluh menit sekali, jika ada lima perempuan maka kurang lebih satu jam akan terdengar suara teleponmu hingga membuat Profesor Jhon mengamuk karena berisik." Ujar Jordan sembari duduk di salah satu kursi di dalam tenda.
Cangkir milik Harisson pun diletakkan di atas meja oleh sang empu. "Hitung-hitung itu alarm." Jawab Harisson santai.
"Kau pernah dengar kabar dari Emily?" Tanya Jordan tiba-tiba.
Kini Harisson berhenti menggulir ponselnya dan tanpa sadar meremas pinggiran gelas kertas yang ada di genggamannya. Pria itu melirik ke arah Jordan cukup lama sampai akhirnya menggeleng, "Kau pernah?" Tanyanya sambil kembali meneguk kopinya.
Bukannya langsung menjawab Jordan malah membuka ponselnya dan kemudian menampilkan sebuah gambar seperti undangan pernikahan dengan nama perempuan dan laki-laki lengkap dengan alamat di bawahnya.
"Dia akan menikah bulan depan, dia mengundangmu juga, tapi sudah ku sampaikan padanya kalau kita sedang dalam penelitian jadi tidak bisa." Ujar Jordan.
Harisson menyunggingkan senyum miringnya dan menyesap lagi kopinya yang mulai dingin karena posisi mereka yang berada di dataran tinggi. "Kenapa tidak berani mengundang langsung? Apakah calon suaminya setakut itu aku akan macam-macam dengan Emily? Kalah bersaing?" Tanya Harisson setengah meledek lewat nada bicaranya.
"Or maybe guilty." Jawab Jordan.
"I don't think she understand that word." Ujar Harisson yang kemudian keluar dari tendanya namun tangan yang masih setia mengenggam cangkirnya.
Saat baru saja Harisson dan juga Jordan keluar dari tenda, mereka sudah melihat Karol yang sedang menatap kertas-kertasnya yang penuh dengan coretan angka dan juga huruf yang tidak bisa Harisson tebak apa isinya.
"Ms. Wale, what happened?" Tanya Jordan
Karol pun berhenti saat mendengar nama belakangnya itu dipanggil, "Ah, halo Tuan Zhou. Aku baru saja mengkonsultasikan hasil perhitunganku terhadap prasasti tu." Ujar Karol memberikan kertasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sound of Words | Lee Heeseung (HIATUS)
FanfictionApakah kamu percaya setiap kata itu punya suara? Harisson percaya, semua kata yang ia terjemahkan di dunia ini memiliki suaranya masing-masing setelah jiwanya dari masa lalu meminta pria itu untuk memperbaiki masa depan. Tulisan-tulisan aneh yang t...