01

25 5 7
                                    

~•••~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•••~

Yogyakarta, 2023

Di bawah cakrawala yang mulai menguning, mentari menyisipkan pamit pada burung yang terbang menari menikmati semilir angin. Meninggalkan dua anak manusia yang masih setia berdiri di bawah gumpalan awan yang bersiap menyambut rembulan.

"Kenapa harus pamit ketika hatimu masih menyimpan namaku?" tanya gadis bersurai selegam gagak yang menggenggam erat jemari pria dihadapannya. Enggan pria yang kini melemparkan tatapan sendu itu pergi meninggalkannya.

Pria berkemeja hitam tersebut meraih wajah yang selama ini selalu hadir di ingatannya. Menangkupnya dengan jemari yang bergemetar, "Aku akan pergi jauh. Kamu tidak bisa menungguku selama itu. Tolong, berbahagialah dengan seseorang yang kelak mampu menemanimu di suka maupun duka."

"Aku akan tetap dengan perasaan ini. Aku akan menunggumu selama apapun itu."

Keras kepala seperti biasanya. Hal-hal seperti inilah yang kelak akan membuatnya sulit untuk melupakan gadisnya, Riri.

"Selamat tinggal, Ri," pamitnya dengan nada pelan nyaris tak terdengar. Dengan terpaksa, melepas tangkupannya di wajah Riri dan menepis jemari Riri yang mencoba menahannya.

Hari ini, untuk pertama kali dalam hidupnya ia melangkah pergi meninggalkan seseorang yang selalu dia pinta pada sang maha kuasa untuk menemaninya sampai akhir. Mengubur semua mimpi dan angannya secara paksa dengan disaksikan rembulan yang mulai naik menyapa bumi.

Jauh di belakang , Riri menatap nanar punggung yang perlahan hilang dari pandangannya. Tanpa ragu melangkah pergi dari kehidupannya yang mulai berwarna dan membiarkan janji-janji yang pernah terucap menjadi angan yang tak akan pernah nyata.

"Pada akhirnya, semua orang yang kusayangi pergi secara perlahan."

~•••~

Katanya, Yogyakarta adalah kota seribu kenangan. Riri rasa, hal itu benar adanya. Semua kisah indah yang dia ukir bersama sang terkasih akan menjadi kenangan indah yang tak akan usai diceritakan. Semua sudut kota ini mampu memutar otaknya untuk mengenang pria berlesung pipi yang selalu menjadi alasannya tertawa.

"Sudah siap?" tanya Ajeng dari ambang pintu. Wanita berusia kepala empat itu terlihat cantik dengan dress warna putih berlengan pendek yang membalut tubuhnya.

Riri tersentak dari lamunannya. Menganggukan kepalanya pelan, lalu mulai menarik koper berwarna cokelat yang sudah terisi penuh. Dengan langkah berat ia menuruni anak tangga yang mengantarkannya menuju lantai satu. Rasanya dia belum siap untuk menginjak anak tangga terakhir. Tidak ingin bersua dengan pintu utama kediamannya yang sudah terbuka menyambut kepergiannya.

"Riri," panggil Ajeng yang sudah mendahului langkah Riri. Memecahkan lamunan anaknya yang masih ragu untuk pergi.

"Iya bu," jawab Riri, lalu mulai melangkah keluar dari kediamannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LengkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang