prolog

1.1K 79 5
                                    

Derap langkah si pria remaja yang mulai melamban karena lelah, dan telapak kaki yang membiru dan berdarah karena  berlari tanpa alas kaki, di atas tanah kering dan dipenuhi tanaman liar, ranting-ranting pohon yang berjatuhan. Wichapas terus berlari masuk ke dalam hutan, demi menghindari kejaran para prajurit tak dikenal.

Nafasnya yang tersengal tak beraturan, tubuhnya yang lemas terhuyung tak tentu arah, seluruh tubuhnya dibasahi peluh, tak sanggup lagi melangkahkan kakinya lebih jauh, tubuh ramping Wichapas terjatuh mengenaskan ke tanah yang sudah dipenuhi ranting dan dedaunan kering.

"T-tolongghhh.."

Sulit baginya untuk berteriak meminta pertolongan disaat kondisinya seperti ini. Hanya rintihan kecil dan suara nafas tersengal, di tengah hutan yang gelap dan rindang dipenuhi pepohonan besar, mungkin percuma saja jika dirinya berteriak meminta pertolongan, mustahil ada manusia yang tinggal di sekitar hutan yang gelap seperti itu, dan hewan liar juga buas, bisa kapan saja muncul.

••••••

Di dalam ruangan yang megah dan indah, dengan kursi berlapiskan emas yang letaknya berada di ujung ruangan, di jendela yang tirainya dengan sengaja terbuka, dan memperlihatkan cahaya bulan yang masuk menyinari ruangan. seorang pria dewasa yang terlihat sangat gagah dan berwibawa dengan jubah merah maroon yang melekat di punggungnya, dan mahkota emas dengan kilauan berlian, terpasang di atas kepalanya.

"Yang Mulia, Pemaisuri sudah tiba." Ujar seorang pengawal Kekaisaran yang berjaga di luar ruangan, memberi kabar bahwa orang yang sedang ia tunggu, telah tiba di depan ruangan.

Hanya menjawab dengan sebuah anggukan dan tangannya yang diacungkan sebagai tanda membawa orang yang ia tunggu untuk masuk, sang pengawal yang berada diluar ruangan dengan pintu terbuka mengerti, lalu memberikan penghormatan sebelum melangkah mundur, dan mempersilahkan Sang Pemaisuri untuk masuk.

"Selamat malam Yang Mulia."

"Tutup pintunya. Dan duduklah, aku ingin bicara." Ucap sang Paduka Kaisar dengan suara baritone yang penuh wibawa.

"Pengawal, tolong tutup pintunya." Mengerti, salah satu dari pengawal yang berbaris di luar ruangan, maju beberapa langkah dan menutup pintu tersebut, meninggalkan sepasang Kaisar-Pemaisuri tersebut.

Crystal, Sang Pemaisuri Kekaisaran duduk di atas kasur empuk yang berlapis seprai berbahan sutra, kemudian diikuti oleh Gun, Sang Paduka Kaisar, duduk di sebelah Crystal. "Bagaimana keadaanmu?" Tanya Kaisar, pada Pemaisurinya.

"Masih sama. Aku masih merindukannya." Jawabnya dengan nada pilu, dan pandangannya tertuju pada bulan purnama yang menyala terlihat dari jendela. "Menurut Yang Mulia sudah sebesar apa putraku sekarang?" Bulir air mata Pemaisuri, jatuh membasahi pipinya dengan sedikit kerutan karena faktor usia. Bayangan Sang Putra Mahkota semata wayangnya yang hilang selama belasan tahun, terus tergambar jelas dalam benak pemaisuri yang teramat sangat merindukan putranya.

"Kakak, dan para putranya masih berusaha untuk membawanya kembali." Pemaisuri tersenyum getir mendengarnya. "Aku tidak yakin dia mau untuk kembali, setelah peristiwa itu." Paduka Kaisar membatu mendapat jawaban dari pemaisuri. Rupanya ia sama sekali tidak bisa melupakan peristiwa mengerikan yang menimpa putra mereka belasan tahun lalu, yang menyebabkan hilangnya Sang Putra Mahkota.

Tbc.

Hallow, enjoy the new story 🥰😇 always grateful to you guys, I hope you all like this story. and I hope  you're waiting for the next part? Sorry for the mistakes in writing stories 🖤💙🌹

See next part again
Love author ⚘❤

Prince of the Night [BibleBuild]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang