◾ Chapter | 09

1.1K 51 0
                                    

••••

Matahari telah berganti tugas ketika Kay selesai dengan pekerjaannya. Kay memundurkan kursi yang di dudukinya lalu meregangkan badannya. Berjam-jam diatas kursi membuat badannya terasa pegal. Usia memang tidak bisa berbohong.

“Dux.”

“Ya Mr.Cyrano.”

“Segera siapkan mobil.”

“Baik, perintah di laksanakan.”

Kay kembali ke Mansion dengan cepat karena jaraknya dari kantor memang tidak terlalu jauh.

Setelah selesai membersihkan dirinya Kay berjalan menuju kamar Jillian, karena dari tadi dia tidak mendapati keberadaannya. Membuka pintu secara perlahan Kay tidak menemukannya di dalam. Kemana sebenarnya gadis itu pergi.

Kay kembali ke kamarnya untuk mengecek CCTV, setelah menemukan di mana keberadaan Jillian, dia keluar untuk menghampirinya.

Kay berjalan menuju belakang Mansion, di sana terdapat sebuah kolam renang dan tepat di sampingnya ada sebuah perpustakaan yang sengaja Kay persiapkan jika dirinya tengah membutuhkan suasana tenang.

Jillian yang tengah membaca sebuah buku langsung terlihat oleh Kay karena kaca perpustakaan itu transparan. Kay berjalan secara perlahan menuju tempat gadis itu berada. Saat Kay sudah berada di dalam pun gadis itu masih tidak menyadari keberadaan orang lain selain dirinya saking fokusnya pada buku yang ada di tangannya.

Karena Jillian duduk di lantai dengan menyandarkan punggunya ke rak buku, Kay jongkok di depannya seraya mengintip buku apa yang sedang Jillian baca membuat gadis itu terlonjak kaget hingga buku yang berada di tangannya terjatuh.

“Kay! Sejak kapan kau berada di sini?” tanya Jillian seraya mengambil kembali buku yang terjatuh.

“Sejak kau membaca buku yang ada di tanganmu.” jawab Kay seraya menunjuk buku di tangan Jillian dengan dagunya.

“Tidak mungkin, kau baru pulang rambutmu juga masih basah, kenapa tidak di keringkan dulu nanti bisa pusing.” Jillian hendak mengulurkan tangannya tapi langsung dia tarik kembali ketika sadar akan tindakannya.

“Selain bodoh, kau juga cerewet.”

“Aku, menyesal bicara seperti itu.” Jillian memalingkan wajahnya.

“Kau jujur sekali sayang.”

Jillian kembali menatap Kay, “Berhenti memanggilku dengan sayang, babe,baby dan hal semacam itu, telingaku geli mendengarnya.” oke, mulai saat ini Jillian sudah melupakan batasan yang sebelumnya dia terapkan dalam otaknya untuk bersikap.

“Tidak bisa, kau harus terbiasa mendengar panggilanku padamu.” Kay menarik dagu Jillian hingga wajahnya mendongak, jarak antara keduanya hanya beberapa centi lagi.

LABYRINTHINE [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang