Maharani Airin Kaneesha, mahasiswi cantik yang mencintai kekayaan dan kebebasan. Selalu mendapatkan apa yang dia mau adalah sebuah kewajiban di dalam hidupnya, tak ada yang bisa melawan seorang Maharani Airin Kaneesha. Kesempurnaan dunia adalah mili...
Mencintai seseorang dan menjadikannya tujuan hidup adalah suatu hal yang sering di jalani sebagian umat di muka bumi ini, tak ada yang salah dengan itu. Karena sejatinya manusia di ciptakan berpasangan, sejauh manapun kau pergi pasti akan ada takdir yang mengikatmu dengan seorang yang tepat. Dan saat itu tiba, kau tak punya alasan untuk menolak takdir yang sudah di gariskan sebelum kau lahir. Skenario hidupmu sudah di atur bahkan sebelum kau ada.
Bagi sebagian orang, mencintai dan merapalkan janji suci di altar adalah sesuatu yang agung dan sakral. Dua hati yang berjarak menjadi satu kala serangkaian kalimat janji terucap di depan yang maha kuasa. Bersumpah sehidup semati dalam suka maupun duka, dalam sengsara maupun kaya, dalam sakit maupun sehat serta kelangsungan hidup untuk dunia dan akhirat. Dengan ini, dapat terlihat jika pernikahan bukan lah lelucon belaka yang dapat di permainkan. Setidaknya begitu pandangan orang-orang. Namun untuk sebagian orangnya lagi, pernikahan bukanlah segalanya. Semua bisa di lakukan sendiri tanpa pasangan, sosok independent dan sempurna memang sering di bicarakan public tentang siapa yang dia cintai atau keputusan apa yang akan ia pilih mengenai pernikahan.
Suatu kebanggan bisa memiliki pasangan yang cerdas dan sempurna.
Tepat hari ini, di sebuah ballroom hotel. Sepasang pengantin pria dan wanita tengah menghadap pastur yang membina kelangsungan janji suci sekaligus saksi di depan tuhan atas penyatuan dua hati yang akan bersama. Kedua insan yang tak pernah percaya akan cinta, berakhir dengan sebuah pernikahan. Seolah Tuhan memang sudah menciptakan sang gadis dari tulang rusuk sang mempelai pria. Mereka yang tak peduli akan ikatan sakral kini di persatukan di bawah altar yang sama, takdir memang selalu membawa kepada hal yang terlihat mustahil.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sultan Adhiyaksa Pranadipa dan Maharani Airin Kaneesha, sungguhkah kalian dengan hati bebas dan tulus ikhlas hendak meresmikan perkawinan ini?"
"Ya, saya bersedia/ Ya, saya bersedia."
"Sungguhkah kalian untuk saling menghormati dan mencintai di hadapan Tuhan yang maha Esa."
"Ya, saya bersedia/Ya, saya bersedia."
"Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita."
"Saya mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita."
Sang pastur yang berada di tengah keduanya tersenyum dengan sebuah kitab yang terbuka di kedua tangannya. Dengan intruksi darinya kepada kedua mempelai yang telah mengikrarkan janji pernikahan, Airin dan Sultan saling berhadapan untuk memasangkan sebuah cincin sebagai bukti ikatan yang suci.