04

11.3K 1.2K 33
                                    

Ayden minta ke Zidan buat nunjukin dimana kelasnya, tapi malah di bawa ke kantin sama cowo tinggi itu. Katanya bentar lagi bel istirahat nanggung kalau masuk kelas. Jadi Ayden nurut aja lagian dia juga laper.

Kantin yang sepi tadi sekarang udah mulai rame karena bel istirahat sudah berbunyi. Pun Zidan udah balik dari memesan makanan nya dan makanan Ayden.

Zidan menaruh nampan makanan di atas meja kemudian duduk di samping Ayden.

Zidan membuka tutup saos kemudian menuangkannya di samping kentang goreng pesenan Ayden. "Gue beliin jus alpukat, lo suka kan?"

Ayden mengangguk, menerima sepiring kentang goreng dan mulai memakannya.

"Kamu kelas berapa?" Tanya Ayden. Penasaran dia, kayaknya Zidan lebih tua darinya.

"Kelas dua belas." Jawab Zidan. Mata nya tidak lepas dari pergerakan Ayden yang sedang memakan kentang gorengnya.

"Eh, aku panggil kak gak nih?" Ayden memiringkan kepalanya bingung yang membuatnya terlihat menggemaskan.

Zidan terkekeh, tangan nya mengusap ujung bibir Ayden yang terdapat noda saos. "Gak usah, biasanya juga gitu kan? Aneh kalau lo tiba tiba manggil gue pake kak."

Ayden tersenyum kikuk, dia kembali memakan kentang gorengnya dengan wajah memerah karena perbuatan Zidan tadi.

Oh ayolah siapa yang nggak baper kalau digituin coba?

"Loh Ayden kok masih disini? Gue kira lo udah kumpul." Gio tiba-tiba muncul dengan tampang bingungnya.

"Hah? Kumpul apa?" Tanya Ayden, dahi nya mengkerut karena bingung.

"Osis lah kan ada pengumuman tadi." Jawab Gio kemudian netranya beralih ke remaja di samping Ayden yang lagi nopang dagunya sambil ngeliat Ayden dengan senyum lebar.

Bucin banget.

"Heh! Ngapain lo disini?!"

"Aduh." Zidan meringis, kepalanya tiba tiba dijitak sama Gio. "Yang sopan lo sama kakak kelas." Katanya.

Gio mengernyit jijik, tangannya menarik Ayden menjauh dari sana. Mengabaikan teriakan Zidan yang menyuruhnya kembalI.

"Kita mau kemana?" Tanya Ayden pas mereka berdua menaiki tangga menuju lantai tiga.

"Rapat Osis lah, lo tuh sekretarisnya tau. Cepetan!"

Ayden ngeblank, dia berhenti di depan pintu yang di yakini nya ruang Osis. Tangannya keringat dingin, dia nggak tau kalau Ayden di novel itu jadi sekretaris Osis.

Sudah di bilang kan kalau Ayden cuma muncul seuprit doang di novel. Banyak fakta yang Ayden belum tau.

"Ngapain sih? Ayo masuk." Gio tadi udah masuk tapi pas nyadar Ayden gak ikut masuk, dia balik lagi buat jemput cowo manis itu yang malah bengong depan pintu.

"Udah tenang aja, lo tinggal duduk manis di samping gue gak usah ngomong apa-apa."

Gio paham Ayden pasti shock sama fakta ini, yah walaupun Gio belum percaya sepenuhnya kalau temennya ini hilang ingatan. Ayden tuh kayak beda orang.

Awalnya Gio curiga Ayden punya dua kepribadian.

Kaki kedua nya melangkah mendekat ke arah anggota Osis yang sudah berkumpul. Netra Ayden dapat melihat Guntur juga disana duduk di sofa single di tengah-tengah anggota Osis yang lain.

Ayden tebak Guntur itu ketua Osis.

"Sini." Ajak Gio, mereka duduk di paling ujung, hanya itu sofa yang tersisa.

Ayden duduk dengan kikuk, sedari tadi semua anggota Osis memperhatikannya seolah olah baru pertama kali melihat Ayden. Padahal Ayden kan sekretaris Osis seharusnya mereka gak aneh dong Ayden ikut kumpul.

FIGURAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang