Double up!!
Absen dulu sini 👉🏻
••••••
Ayden nggak tau kenapa dia berakhir di gendongan Guntur. Seorang Guntur yang anti banget sama Ayden tiba tiba dengan rela nya ngegendong Ayden di punggung dari lantai tiga ke parkiran.
"Mamah....panas...." Sejak tadi Ayden terus bergumam memanggil mamah nya membuat Guntur semakin panik.
Belum lagi suhu tubuh Ayden tiba-tiba meningkat hingga membuat remaja itu lemas, tidak sanggup membuka matanya.
Niat ingin berterima kasih karena membantu membuat laporan malah ngebuat Ayden jadi gini.
Guntur merasa bersalah.
Sesampainya di parkiran Guntur menuju mobilnya yang terparkir dan ternyata disana ada satu cowo yang lagi jongkok di samping mobilnya.
"Kak Guntur bo—eh itu....kak Ayden?"
Guntur mengangguk. "Ezra, minta tolong bukain pintu nya."
Ezra dengan cepat membuka pintu mobil Guntur, wajahnya panik ngeliat keadaan Ayden yang jauh dari baik-baik saja. Wajah remaja itu terlihat memerah hingga leher dan hembusan nafas yang terdengar berat.
"Kak Ayden kenapa?"
"Alergi." Guntur membaringkan tubuh Ayden lemah di kursi belakang. "Gue mau ke rumah sakit? mau ikut?" tanyanya.
Ezra menggeleng. "Enggak deh, kak Guntur bawa kak Ayden ke rumah sakit aja, nanti Ezra bisa pulang sendiri kok."
Guntur tersenyum tipis, tangannya menepuk pelan kepala yang lebih pendek. "Maaf ya, kita bisa pulang bareng besok."
Ezra mengangguk lucu, tangannya cepat mendorong Guntur agar masuk ke mobil dan membawa Ayden ke rumah sakit.
"Hati-hati." Ezra melambaikan tangannya melihat mobil Guntur menjauh melewati gerbang sekolah nya.
•••••
"Ssshhh...."
Ayden meringis merasakan sesuatu yang dingin di perut nya. Perlahan Ayden membuka matanya yang terasa perih.
"Di....mana?" Tanya Ayden dengan suara seraknya.
"Rumah sakit."
Suara berat itu membuat Ayden menoleh dan melihat Guntur yang sedang memegang balok es seukuran telapak tangannya. Remaja itu terlihat menempelkan balok es itu di atas perut ratanya.
"NGAPAIN?!!" Ayden memekik, tangannya dengan cepat menarik turun baju seragamnya yang sudah tersingkap setengah.
"Disuruh dokter." Jawab Guntur dengan santai. "Diem dulu." Tangan kekar Guntur kembali menyingkap seragam Ayden sebatas dada.
Guntur sebenarnya tidak mau melakukan ini, lebih baik dia menunggu Ayden sampai di infus. Tapi dokter tadi menyuruhnya menempelkan es batu di tubuh Ayden agar panasnya turun selagi dokter itu menangani pasien lain.
Dan lagi Guntur ngerasa dia harus tanggung jawab karena keadaan Ayden kayak gini kan gara-gara dia.
"Nggak mau—shhh...." Ayden meringis karena Guntur tiba-tiba menekan balok es itu di atas perutnya kemudian menggerakkan nya secara perlahan.
Ayden memejamkan matanya karena tidak tahan dengan dingin.
Sedangkan Guntur sejak tadi memperhatikan ekspresi yang di keluarkan Ayden. Remaja manis itu terlihat kacau, dengan baju yang tersingkap setengah dan wajah nya yang memerah serta ringisan keluar dari bibir kecilnya ditambah telapak tangan Guntur yang bertengger di atas perut rata itu walaupun terhalang es batu.
Guntur menelan ludahnya gugup, buru-buru mengalihkan pandangan nya dari wajah Ayden.
Karena kurang fokus, Guntur tidak sengaja menggerakkan balok es itu terlalu atas hingga mengenai bagian bawah dada Ayden. Menyenggol pelan puting milik remaja manis itu hingga sang empu melenguh.
"Ah!"
Keduanya melotot karena kaget. Ayden yang tersadar buru-buru membekap mulutnya yang mengeluarkan suara laknat itu.
"G-gue keluar dulu, bentar lagi dokter dateng."
Ikut tersadar, Guntur berdiri dengan tergesa kemudian keluar dari ruangan itu. Tangannya membuang balok es yang tersisa itu ke bak sampah.
"Sialan." Guntur meraup wajahnya yang terasa memanas kemudian mengeluarkan ponselnya menghubungi adiknya agar segera menyusul nya ke rumah sakit.
Lebih baik dia pergi menenangkan pikirannya
•••••
Full momen Guntur Ayden

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN?
Novela JuvenilAyden itu figuran tapi kok jadi gini? • • • • content homo so homophobic don't interac