Dua

120 12 2
                                    

Esther sampai di rumah dengan keadaan kacau. Sekujur tubuhnya lemas dan gemetar, kepalanya terasa berputar. Dia membuka jaket dan syal yang menghangatkan leher dan pundaknya, lalu melempar tubuh mungilnya ke ranjang, menahan diri dari menangis.

Berkali-kali ia ratapi nasib sialnya. Bagaimana bisa kehidupannya berubah begitu drastis, dari seorang gadis ceria pekerja keras menjadi seorang gadis menyedihkan yang sakit dan akan segera mati.

***

Esok paginya, Esther terbangun karena Margaret, seorang wanita yang tinggal di rumah sebelah, meneriaki namanya dari luar. Esther pun segera keluar dan melihat Margaret sedang melambai-lambai di balik jendela.

"Selamat pagi, Margaret!" Esther tersenyum sambil membukakan pintu.

"Selamat pagi, Esther sayangku!"

"Kau kelihatan sangat bersemangat pagi ini."

"Cuacanya menyenangkan sekali, bukan?" Margaret tersenyum sambil merapatkan mantelnya. "Bagaimana kabarmu? Apa sakit kepalamu sudah sembuh?"

Ah itu-- Esther berusaha sekeras mungkin memalsukan senyum dan mengangguk. "Ya. Mungkin karena lelah bekerja saja. Bagaimana kabarmu, Margaret?"

"Aku baik-baik saja, nak. Apa kau akan pergi kerja juga hari ini?"

"Ya, Margaret. Tuan Arlert dan istrinya ada acara penting malam ini, jadi aku harus menjaga putranya seharian."

Margaret menggeleng dan menepuk bahu gadis itu. "Jangan terlalu keras pada dirimu. Pergilah berlibur sesekali setelah kau bekerja sepanjang waktu. Berkelilinglah melihat dunia yang sekarang ini sudah mudah sekali untuk kau jangkau. Supaya kau tidak menyesal saat sudah setua aku."

"Aku pasti melakukannya nanti. Aku janji aku akan ke luar dari pulau ini suatu hari." Esther tersenyum-- Aku bahkan tak tahu apa aku akan bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seperti dirimu, Margaret-- Lalu, dia memergoki tatapan Margaret yang mempelajarinya. "Margaret, aku baik-baik saja, sungguh."

"Kau harus menjaga kesehatanmu, sayangku. Aku serius. Kau tampak tak sehat. Tubuhmu semakin kurus dan pucat setiap harinya." Ujar Margaret sambil mengusap punggung tangan gadis itu. "Kalau ada apa-apa, kau harus minta pertolonganku, paham?"

"Baik, Margaret. Terima kasih." Esther tersenyum dan membungkuk pada wanita itu.

"Berjanjilah, nak."

"Aku janji, Margaret."

Margaret memberinya pelukan singkat kemudian wanita itu menepuk-nepuk punggung Esther dengan penuh kasih sayang. Di mata Margaret, Esther akan selalu menjadi anak kecil yang dulu sering sekali mengajaknya bermain, atau merengek minta diajak memasak bersama.

"Maukah kau berjanji satu hal lagi padaku, Esther sayang?"

Esther mendongak, menemui tatapan wanita itu. "Apa itu?'

"Berjanjilah kau akan menjaga diri dengan baik." Gumamnya, lirih. "Aku kan tak selamanya hidup di dunia ini. Jadi setidaknya, kau harus bisa merawat diri dan, aduh, perhatikan kesehatanmu itu, sayangku."

"Margaret, kau bawel banget hari ini," Goda Esther terkekeh dan membalas tepukan punggungnya itu. "Aku janji, Margaret sayang."

"Bagus," Margaret tercengir.

Setelah Margaret pergi, Esther kembali ke atas ranjangnya dan berpikir. Tapi alih-alih merenungkan nasib, kali ini ia memutuskan untuk merenungkan rencana akhir pekan.

Better Half [Erwin x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang