"HAH? LU DAPET COKLAT DARI KAK NICHO?" Teriakan Misel menggelegar di ruang kelas. Seakan-akan berusaha memberi tau satu semesta kalau kembarannya, Mika, baru saja mendapat coklat dari anak kuliahan yang kebetulan sedang menjadi pembina PMR mereka.
"DUHH. Ga usah teriak juga!" Seru Mika. Untungnya ruang kelas mereka sedang kosong. Siswa lain sudah turun ke lapangan karena pelajaran PJOK. Tinggal Misel dan Mika yang baru selesai mengganti pakaian mereka.
"YA HABISNYA--"
"Ga usah teriak!"
"Oke sori. Ya habisnya. Itu Kak Nicho, loh, anjir."
"Gue juga kaget! Gue kira Indi bercanda doang, rupanya beneran, faaak."
"Ini lebih gila daripada dapet coklat dari Kak Jem."
"Betul. Sumpah. Gue harus apa ya? Mana coklatnya coklat mahal."
"Kata gue mending lu pacarin aja. Biar bisa kita porotin." Ucapan Misel itu berhadiahkan geplakan di kepalanya.
"Begoooo!"
"Terus mau apa?! Kak Nicho tuh--"
"Kak Nicho kenapa?"
"EH ULER ULER!" Yang latah ini Misel.
"Ihh bolos ye lu?" Ini Mika.
"Dih, orang baru dari toilet. Jadi Kak Nicho kenapa?"
Misel langsung bersemangat, menyerobot Mika untuk menjelaskan. "Si Mika dapet coklat dari Kak Nicho!"
Mike malah menatap tak percaya. "Masa?"
"Iye!" Misel lalu berjalan cepat ke meja Mika dan mengambil coklat di lacinya.
"Tuh!"
"Coklat mahal, wanjay."
"Ya udah sih. Ntar gue balikin." Ujar Mika lalu mengambil kembali coklatnya untuk ia simpan kembali di lacinya.
"Kok dibalikin?" Tanya Mike penasaran.
"Ya ga enak aja anjir. Gue bahkan ga deket sama Kak Nicho? Masa gue terima coklatnya. Ntar dikira nerima cintanya lagi."
"Liat kembaran lu. Bukannya bersyukur dideketin sama cowo kaya raya, malah mau ditolak. Kan lumayan bisa morotin."
Mike menoyor kepala Misel dari samping. "Bego. Bagus deh. Jangan diterima."
"Kenapa?"
"Denger-denger si Kak Nicho Nicho tuh, playboy."
"Denger dari siapa?"
"Mba K."
***
"S siapa? Emang di kelas kita ada ya, yang namanya S?"
Saat ini Mika dan Misel sedang dalam perjalanan menuju ke lapangan. Yang lain udah mulai daritadi, mereka baru turun. Jangan ditiru ya.
"Ada bodo. Satria."
"Bukannya Satria punya cewe?"
"Hah masa?"
"Eh ga tau sih."
Misel menggeplak lengan kanan kembarannya itu. Ditengah perjalanan mereka malah berpapasan dengan Heri.
"Eh, ada Misel. Hehe."
Misel hanya menatap Heri malas.