Bertemu 🐬

1.1K 102 12
                                    

Di kamar lantai dua, terdapat pintu kamar berwarna hitam polos yang di dalamnya ada seorang pria yang sedang berguling-guling di atas kasur.

"Kamu benar-benar mau pergi yang?" Tanya Vian, ada nada tak rela.

"Iyaa, ini aku lagi siap-siapin buat besok."

Vian cemberut "Cepet banget sih, rasanya kek kamu pengen cepet-cepet pisah dari aku."

"Hahahaha, ya enggak la sayang..."

"Besok ke bandara nya aku anter ya." Ucap Vian, duduk di atas kasur dengan bantal guling di dekapan nya.

"Gak bisaa, aku udah sama kedua orang tua aku. Kamu belajar aja yang rajin di sekolah besok yaa.."

"Hm, okee..."

"Jangan ngambek, aku sayang sama kamu vian serius. Tapi aku gak mau ngelepasin pertukaran pelajar ini karna aku benar-benar pengen. Kamu tolong ngertiin aku."

Vian bergeming, tidak ada jawaban di mulutnya.

Beberapa menit kemudian, nafas lelah berhembus di bibir Vian.

"Iya Salsa, aku ngertiin kamu. Baik-baik aja disana ya.."

"Iyaa, udah dulu ya aku masih sibuk."

"Hmm, dadah lov you"

"Too sayang, dadah."

Telpon di genggaman Vian di lempar ke sudut kasur, pria itu terduduk diam disana sembari menggenggam guling.

"Kamu selalu gitu sal, apa aku salah sama sikap aku yang kek gini." Gumam Vian.

Moodnya tiba-tiba jelek, beranjak dari kasur, memakai jaketnya lalu mengambil kunci motor dan handphone nya lalu keluar dari kamar.

Hingga terdengar bunyi deru motor di garasi lalu perlahan-lahan menghilang dengan pengemudi yang melaju motornya dengan kencang.

Cafe Lattera

"Yo, si bucin datang neeh." Ucap Dino saat menatap Vian masuk dari pintu dan menghampiri mereka.

"Tumben abang main jam segini, biasa juga sibuk telponan sama yayang." Ucap Satrio, dengan kaki kanan di tengkuk ke atas dan tangan kanannya memegang sebatang rokok.

Cafe yang di buat nongkrong sohib-sohibnya ini adalah cafe rooftop, lantai satu berisi anak band.

Vian duduk di samping Satrio, mengambil satu batang rokok Satrio dan menyalakannya.

Satrio mengerutkan keningnya menatap perilaku Vian "Lagi stress?"

Vian mengisap benda manis itu lalu menghembuskan asapnya keluar bersamaan dengan anggukan kepala.

"Salsa?" Tanya Dino, meminum kopinya.

"Ya, biasalah." Jawab Vian dan kedua sohibnya hanya manggut-manggut.

Setelah perhatian mereka teralihkan dengan Joe dan Ega datang lalu duduk bersama mereka.

"Darimana lo pada?" Tanya Vian.

"Lantai satu, nemenin Joe main band." Jawab Ega.

"Oh."

"Gue heran sama lo Vi, lo ngejalanin hubungan sama Salsa udah dari kelas sepuluh nih ya, tapi kok gak ada perubahan dalam hubungan kalian, gitu-gitu aja gue liat." Celetuk Dino.

"Lo tau lah no gimana Salsa, kek lo gak pernah liat dia bertingkah aja." Ungkap Satrio.

"Ini kenapa dah?" Tanya Joe.

"Vian lagi mumet karna Salsa, makanya dia datang kesini, lo pasti tau jam segini biasanya dia asik telponan sama Salsa." Balas Satrio.

Joe menaikkan alisnya sebelah lalu menatap Vian "Idiot, masih aja lo pertahanin."

SMA 1 [BL LOKAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang