Tak biasanya di hari itu para murid di SMA Pertiwi 7 meramaikan diri ketika jam istirahat. Keheningan menyelimuti seluruh area sekolah itu. Tak banyak obrolan yang di ucapkan murid-murid yang sedang duduk di kantin maupun di depan kelas. Mereka semua dalam suasana berkabung atas kejadian yang menimpa salah satu murid di sekolahnya. Tanpa di sadari oleh siapapun, murid yang di anggap murid terpintar di SMA Pertiwi 7 meninggal dunia dengan mengenaskan.
Andini, itulah namanya. Penemuan tubuhnya yang di bilang aneh dan tak masuk akal itu di salah satu tempat di sekolahnya membuat para guru serta pihak polisi yang bertugas bertanya-tanya tentang alasan kematiannya. Bola mata yang menghitam, mulut terbuka lebar seperti dalam keadaan berteriak, tubuh mengering dan tak ditemukannya darah itu membuat heboh dunia pemberitaan saat ini. Bahkan dalam beberapa acara infotainment di stasiun televisi banyak di lebih-lebihkan dengan gaya khas para pembawa acaranya. Tapi diantara semua kehebohan itu, ada beberapa remaja yang berkumpul pada siang itu untuk membicarakan kejadian tersebut. Dengan bermodal sebuah meja di salah satu kafe dekat SMA mereka. Ketujuh remaja itu duduk mengelilingi meja tersebut dan kemudian salah satu dari mereka membuka pembicaraan.
“Sekarang kalian semua masih gak percaya dengan omongan gua?”
“Yah… Kalo kejadian kayak gitu sih gua antara percaya gak percaya.” Jawab salah satu gadis berambut pendek.
“Percaya gak percaya gimana maksud lu?”
“Ya percaya gak percaya aja. Kita kan gak bisa nyimpulin kalo kematian si Andin ada hubungannya dengan cerita lu waktu itu.”
“Bener juga kata si Nia, Al. Lagian kan apa yang lu certain ke kita kan cuma mitos. Mana ada coba enam misteri SMA Pertiwi 7. Ngayal banget” Sahut Andre, yang duduk dengan santainya.
“Iya betul tuh, harusnya tujuh! Kan nama SMAnya ada tujuhnya!” Sambung anak yang bernama Nugroho dengan wajah mencoba untuk melawak tapi gagal.
Tanpa mereka sadari pun perdebatan mengisi waktu mereka hingga matahari terbenam dan menyambut datangnya malam hari. Ketujuh remaja itupun secara satu persatu mulai meninggalkan tempat mereka dan pulang menghilangkan penat. Tapi di antara mereka semua, ada satu anak yang terpaksa mengurungkan niatnya pulang ke rumah karena suatu hal. Dengan langkah yang terkesan terburu-buru, Nugroho pun mendatangi area tempat dia bersekolah.
“Duh… Bagaimana ini. Kunci rumahku ketinggalan di kelas. Mana aku salah jalan pula, masa harus lewatin gedung tua ini..” Keluhnya
SMA Pertiwi 7 mempunyai dua gedung belajar. Yaitu gedung tua yang sudah berumur mungkin ratusan tahun dan gedung baru yang baru di bangun sekitar sepuluh tahun lalu.Memang dia sering mendengar adanya rumor angker tentang gedung tua tersebut. Tapi karena Nugroho juga tidak mempunyai pilihan lain, diapun memberanikan diri untuk tetap masuk melewati gedung tua tersebut. Melewati halaman yang tidak begitu terurus dan dilanjutkan dengan menyelusuri lorong kelas yang terlihat pekat hitam tanpa adanya penerangan yang cukup. Membuat anak laki-laki itu yang kenyataannya adalah penakut itu semakin menjadi. Langkah kaki yang begitu cepat itu terdengar nyaring di antara sela-sela lorong dan kelas gedung tua itu hingga akhirnya dia berhenti dan terdiam terbelalak melihat apa yang ada di depannya.
Di antara kegelapan dan kesunyian yang menyelimuti lorong tersebut. Dia mendengar sebuah alunan suara. Sayup – sayup terdengar suara seseorang bernyanyi di telinganya. Semakin dia mencoba mendengar, semakin jelas pula alunan suara itu. Mata Nugroho bergerak ke kanan dan ke kiri seakan mencoba mencari darimana asal suara tersebut sampai dimana matanya semakin terbuka lebar mendengar lagu yang di nyanyikan.
“Nina bobo… oh nina bobo…. Kalau tidak bobo…..”
Nyanyian itupun berhenti seketika dan kesunyian kembali menyelimuti Nugroho. Diapun mulai mencoba mengingat-ingat sesuatu di dalam otaknya. Keringat dingin mulai muncul di sela-sela rambutnya ketika dia telah teringat akan hal tersebut
“Enam misteri SMA Pertiwi 7! Si Aliriza pernah ngasih tau ke aku soal hal ini!”
“Ah…. Kalau gak salah, salah satu cerita nya tentang misteri lagu nina bobo di lorong utama gedung tua yang selalu terdengar ketika….”
Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Nugroho terdiam kaku dengan mata terbuka semakin lebar setelah mencoba berputar balik. Di hadapannya, terdapat sosok yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Sosok yang mungkin akan jadi penyesalan seumur hidupnya. Memakai gaun putih yang lusuh memanjang ke lantai serta gumpalan kain putih yang memerah berada di lengannya. Nugroho tak bisa berkata apa-apa dan tak bisa bergerak sedikitpun. Yang dia rasakan hanya ketakutan yang terdalam ketika dia menatap mata dari sosok tersebut. Wajah pucat pasi, rambut pirang yang menutupi satu sisi wajahnya, dan mata memerah dengan bercak air mata darah berada tepat di depan muka Nugroho dan perlahan membuka mulutnya dan berkata.
“Catherine…….”
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven
Short Story8 manusia mencoba mengungkap enam misteri di sekolahnya. Tapi tanpa mereka sangka, mereka justru mengungkap misteri ketujuh yang tabu...