Six : Misteri Ruang Bawah Tanah

1.5K 42 11
                                    

 Kegelapan semakin menyelubungi sekeliling mereka ketika sosok tersebut secara perlahan mendekat. Aliriza dan yang lain sadar bahwa mereka seharusnya beranjak pergi dari tempat ini. Tapi ketakutan lebih dulu mengalahkan keberanian mereka untuk melangkah. Suara rintihan dari sosok tersebut semakin terdengar jelas sewaktu jarak antara mereka semakin dekat. Dan saat sosok itu menjulurkan tangannya, kepalanya seketika itu terangkat dan terlihat tatapan kedua matanya yang begitu dingin namun menyedihkan. Sebegitu merahnya kedua mata tersebut sehingga sekilas, Aliriza merasakan amarah dan kesedihan hanya dari menatap mata tersebut.

                       “Oi…. Kenapa pada diam semua!?!?” Tanya Sandy gelisah

           Tak ada jawaban dari yang lain. Mereka semua hanya diam terpaku ketakutan kecuali Andre. Walaupun dia tahu dia takut, tapi tangannya masih sempat bergerak untuk merekam kejadian ini sembari menyeringai antara senang dan takut. Kim yang untuk kesekian kalinya berada dalam situasi ini, sama sekali berbeda dengan apa yang terlihat dari raut wajahnya. Wajahnya menunjukkan sebuah ketidak percayaan, atau bisa di bilang terkejut. Dalam hatinya, dia seperti melihat seseorang yang dia kenal, tapi lidahnya kelu tak bisa untuk berbicara. Aliriza yang berada paling dekat dengan sosok menakutkan itu juga terlihat pasrah seakan dia tahu bahwa dia akan menemui ajalnya. Akan tetapi berbeda dengan pikirannya, Sosok itu melewatinya dan terus mengarah ke tempat Kim berdiri. Tangannya berada tepat di depan wajah Kim, seakan terhenti tanpa di duga. Secara perlahan, tangannya mengarah ke samping dan mulai memegang pipi Kim. Wajah sosok itu pun terlihat jelas oleh Kim. Kulitnya pucat tapi menghitam di beberapa bagian, matanya yang merah itu menunjukkan pandangan sayu ketika memandang wajah Kim.

                       “Ah….. haahh…….”

           Desahan dari sosok itu semakin menambah kengerian di dalam diri Kim ketika tangannya masih belum lepas dari wajah Kim. Sandy yang merasa dia harus melakukan sesuatu akhirnya berusaha untuk lepas dari ketakutannya. Perlahan tapi pasti, dia mulai mendekati Kim dan meraih tangannya dari belakang. Seketika itu pula, dengan cepat Sandy menarik Kim dan mulai berlari menjauh. Aliriza dan Andre pun secara spontan mengikuti mereka. Terdengar teriakan keras dari sosok itu ketika mereka berlari menjauh. Saat Kim menengok ke belakang, dia melihat sosok itu juga mengejar mereka dengan tertatih, tapi dalam tertatih yang sangat cepat. Kelima remaja itu semakin lelah karena sejak awal mereka berada di sini, hanya lari dan berlari yang mereka lakukan. Pelarian tanpa tujuan itu semakin membuat mereka gelisah. Hingga akhirnya, mereka sampai di tempat yang mana Aliriza tahu apa yang harus di lakukan. Lorong bercabang, persis seperti yang ada di catatan kakaknya.

                       “Hei!! Lewat sini!! Percaya ama gua!!” Kata Aliriza dengan sigap.

           Tapi Sandy dan lain sudah terlanjur berlari meninggalkannya melewati lorong sebelah kanan. Dia mencoba untuk mengejar mereka akan tetapi ketika itu pula, dia melihat sosok tadi semakin mendekat. Karena tak ada jalan lain, akhirnya dia pun melanjutkan melewati lorong sebelah kiri hingga akhirnya sampai di sebuah ruangan yang terlihat normal. Aliriza merasa sangat yakin tentang catatan peninggalan kakaknya. Dia merasa yakin dia berada di arah yang benar jika ingin keluar dari tempat ini hidup-hidup. Dia mengamati ruangan tersebut dengan seksama dan sesaat dia merasa seperti mengenal ruangan ini.

                       

                       “Bukannya ini ruangannya kepala sekolah ya???” Herannya

SevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang