1. Rayanka Dikta

40 12 5
                                    


Happy reading...



Aku kembali menatap sekeliling ku, tak ada yang berubah sama sekali hanya saja Taman ini jauh lebih indah dari sebelumnya. Lalu, fokus ku terkunci pada tempat duduk kosong yang berada di samping ku. Menatap nya lama dan bayangan mu pun hadir disana, senyum simpul tertera di wajah ku saat sadar bahwa itu hanya ilusi ku saja.

Tak lama kemudian, aku berpindah tempat menuju pohon besar yang berada di depan ku.

Duduk di bawah pohon tersebut sembari menikmati semilir angin yang berhembus.

Sudah hampir sehari penuh aku berada disini, dan yang ku lakukan hanyalah menikmati keindahan alam sambil menatap ke arah langit.
Konon kata nya, jika kamu sedang merindukan seseorang yang tidak bisa kembali, maka lihatlah langit. Kamu akan menemukan nya disana.

"ga terasa udah tiga tahun aja ya" gumam ku dengan helaan nafas yang berat.

"andai aja hari itu jadwal ku tidak bertentangan dengan kepergian mu, mungkin aku masih bisa mencegah mu?. Dan sekarang kamu pasti masih disini bersamaku di Taman ini." sesal ku kala mengingat hari itu kembali. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 18.00 wib. Aku pun bergegas bangkit hendak meninggalkan tempat ini.

Sesampainya di rumah, setelah membersihkan diri tanpa sengaja perhatian ku tertuju pada sebuah buku yang tergeletak di atas meja belajar. Ku raih buku tersebut lalu duduk di tepian kasur.

Memandang nya lama, dan mulai melihat nya dari satu halaman ke halaman berikut nya. Pipi ku kembali basah, mengingat seseorang yang memberikan ku buku ini.

"Ray, di novel lo happy end tapi kenapa di real life lo malah ke tanam sih" Isak ku sambil memeluk erat buku tersebut.

Setelah puas menangis, aku pun tertidur dengan buku yang masih berada di pelukan ku.

Sekarang, akan ku ceritakan bagaimana kisah yang hampir tapi malah berakhir tragis. Dan siapa sosok lelaki yang selalu berada di samping ku selama ini, karena pada dasarnya aku pun tak bermaksud melupakan nya selama ini.

Ya walaupun sedikit perih...

~~OoO~~

"woi Rena, tungguin gue dong" suara teriakan seseorang yang memanggil ku dari arah belakang. Sontak aku langsung menutup telinga ku ketika mendengar suara yang sangat amat ku kenal itu.

"Ga usah teriak teriak ngapa!, Nih kuping gue lama lama bisa copot cuma karna dengerin teriakan lo doang." kesal ku pada nya.

Bagaimana tidak?! suara nya saja begitu melengking, membuat siapapun yang mendengarnya akan mengalami sakit kuping selama seminggu.

Siapa lagi pelaku nya jika bukan Rayanka Dikta. Laki-laki yang paling menyebalkan sedunia. Meskipun menyebalkan Rayan juga termasuk orang yang baik, ramah pada semua orang, lemah lembut dan yang paling penting Rayan anak yang terpintar di kelas nya. Bahkan, dia di juluki dengan julukan SiGenius. Karna IQ nya yang diatas rata rata. Walaupun begitu dia tetap sahabatku, kita sudah berteman lama sejak bangku SMP.

"Alah lebay banget sih lo." sungut nya tak terima dengan perkataan ku tadi. Aku hanya merotasi bola mataku malas dan pergi begitu saja, berdebat dengan nya tidak akan ada habis nya.

Setelah beberapa langkah, aku berhenti. Memikirkan sesuatu yang janggal lalu menatap kearah Rayan.

"Bukan nya lo ga ada kelas ya pagi ini?" Tanya ku untuk memastikan nya.

Rayan mengangguk kan kepala dan menjawab dengan polos nya.

"Emang, gue disini mau nyemangatin Lo. Sekalian biar nanti makan siang bareng, lagian di kelas Lo kan banyak cewe cewe cantik." Jelas Rayan panjang lebar seolah tau pertanyaan apa yang akan keluar dari mulut ku selanjutnya.

Sekarang aku tau mengapa dia berada disini, tentu saja hanya untuk melihat cewe cantik. Iya, itu adalah hobi Rayan. Tidak heran jika dia masih jomblo sampai sekarang, karna tidak ada perempuan yang tahan dengan hobi nya itu. Kecuali, Griselda Keirannie.

Tanpa memperdulikan nya lagi aku pun langsung memasuki kelas dan memulai kelas ku.

---------

Huft.. akhirnya selesai juga.

Aku keluar dari kelas dengan celingak-celinguk mencoba melihat sekitar, ternyata Rayan sudah tidak ada lagi. Mungkin dia sudah pergi karena terlalu bosan, pikir ku.

Tanpa pikir panjang lagi aku langsung bergegas ke kantin karena sudah mendapatkan panggilan dari pak cacing sedari tadi.

Sesampainya di kantin langsung saja aku memesan dua mangkuk bakso. Tidak perlu kaget, itu sudah menjadi hal biasa bagi ku jika tidak sempat sarapan pagi dan tentu nya harus di ganti saat makan siang. Yang penting perut kenyang hati senang.

Tak lama kemudian, pesanan ku pun sampai. Dengan segera langsung ku lahap mangkuk pertama. Saat sedang asyik menikmati makanan ku, tiba-tiba seseorang menepuk pundak ku dan membuat ku kaget hingga tanpa sengaja aku menelan bulatan bakso yang masih utuh.

"Woi, Lo di tungguin dari tadi malah enak enak makan disini"

"Uhuk uhukk, air mana air?" Pinta ku sembari menepuk nepuk dada

"Eh eh, nih nih air nya." Rayan segera menyodorkan air kepada ku karena ikutan panik dan merasa bersalah.

"Lo sehari ga ngeselin bisa ga?"

"Salah sendiri siapa suruh pas gue cariin Lo nya ga ada, gue kira Lo udh pulang duluan."

Ucap ku menatap kesal ke arah Rayan.

"Gue tadi kebelet, jadi ke toilet dulu. Eh pas balik kelas lo udah selesai ternyata."

"Yang satu nya buat gue ya?" Tanpa menunggu jawaban ku, Rayan langsung memakan bakso satu nya.

"Ntar bayar sendiri." Rayan hanya mengacungkan jempol nya tanda mengiyakan.

Setelah dari kantin, Rayan mengantar ku pulang ke rumah dan langsung berpamitan pulang tanpa mampir dulu. Kata nya sih ada urusan penting.

Aku masuk ke dalam lalu membersihkan diri dan langsung tertidur pulas karena terlalu lelah hari ini.







To be continued

PagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang