4| shipper

361 79 29
                                    


Indie tersenyum melihat hasil photo-photo yang didapatnya dari event UTA Boxing Championship siang tadi. Tak sia-sia Indie yang beraksi terus mengitari ring demi untuk mendapatkan video dan photo-photo dengan angle yang pas. Dan tak sia-sia Indie mengendap di bawah ketiak orang-orang dan mencium aromanya yang luar biasa itu. Indie berhasil mendapatkan moment-moment penting saat Nien dan Jijie bertarung. Terutama beberapa photo yang menunjukkan 'uwu moment' saat Nien dan Jijie berpelukan sambil memejamkan mata saat melakukan clinch.

'Arghh, the best ini mah!!', bathin Indie sambil menyeringai.

Sudah hampir tengah malam Indie belum juga mengantuk, photo-photo itu membuat otak Indie terus berputar-putar memikirkan tentang bagaimana cara mendekatkan Nien dan Jijie.

'Hmphh, boleh juga nih jadi shipper', bathin Indie sambil cengengesan.

Indie mau buka usaha jasa pengiriman ?? Tidak, Indie tidak tertarik pada bisnis itu. Indie adalah calon direktur salahsatu televisi nasional, itulah cita-citanya. Tapi menjadi shipper yang diinginkan Indie saat ini adalah menjadi seseorang yang aktif berperan untuk menjodohkan Nien dan Jijie.

'Wait, engke heula! Nien jeung Jijie pan duanana awewe. Kumaha ieu teh (=tunggu dulu, Nien dan Jijie kan sama-sama perempuan. Gimana nih) ??', Indie menggaruk-garuk kepalanya, merasa pusing sendiri dengan ide tak masuk akalnya.

Jijie dan Nien berasal dari latar belakang sosial yang berbeda. Kesamaan mereka hanya sama-sama cantik, sama-sama suka boxing dan sama-sama berasal dari Semarang. Yang lainnya, mereka benar-benar berbeda. Satu lagi kesamaan mereka yaitu sama-sama perempuan, yang bila berteman biasanya memilih circle tertentu. Sama-sama perempuan juga berarti mereka tidak mungkin untuk berjodoh.

'Hmphh.. Lamun deukeut pan sanes hartina kudu bobogoheun. Rerencangan wae pan tiasa, bestie an kitu (=kalo dekat kan bukan brarti harus pacaran, berteman kan bisa, bestiean gitu) ', fikir Indie. Indie manggut-manggut sambil tersenyum. Dan itu diperhatikan oleh Nien yang ternyata juga belum bisa tidur.

"Hey, ngapain lu cengar-cengir sendiri, ndie?? Horror tau gak??", kata Nien yang melihat Indie tersenyum menyeringai dengan memamerkan sedikit giginya yang terlihat dengan pencahayaan dari handphonenya saja di dalam suasana kamar yang gelap itu. Indie tertawa.

"Sudaaaah, tidur saja sepupuuu. Jangan hiraukan aku. Aku sedang sibuk mengerjakan tugas negara kuu", kata Indie santai dengan gaya bicara ala drama Korea saduran ke bahasa Indonesia.

"Duh, tiba-tiba perasaan gue jadi gak enak, nih", kata Nien lalu kembali menutup wajahnya dengan selimut. Indie tertawa lagi.

Tapi, di bawah selimutnya itu ternyata Nien juga tak bisa tidur. Wajah Jijie saat pertarungan tadi terus terlintas di fikiran Nien. Nien sadar, dia mempunyai banyak kesempatan untuk memberikan pukulan yang telak. Tapi dia tak melakukannya, bahkan memberikan kesempatan pada Jijie untuk memukulnya. Dia tak tahu kenapa dia seperti itu. Beberapa temannya berkomentar bahwa pertarungan mereka itu terlalu 'sweet'. Tidak cocok untuk disebut sebagai pertarungan di tingkat final. Tapi lebih cocok seperti pertarungan di kelas minimum saja.

Nien tak tahu kenapa dia bertarung seperti itu. Dia merasa takut menyakiti. Padahal ini adalah pertandingan final tinju yang memang harus bertarung habis-habisan, bukan pertarungan 'dagelan'. Apakah mungkin ini karena Jijie terlalu cantik untuk menjadi seorang petinju??. Mungkin apa yang dirasakannya ini juga dirasakan oleh petinju lain yang berhadapan dengan Jijie.

'Apa karena itu dia selalu menang?', bathin Nien.

'Mungkin seharusnya ada persyaratan dari Pertina, kalo jadi petinju gak boleh terlalu cantik', fikir Nien beralasan.

PERTARUNGAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang