Menuju seperlima abad umurku ada di dunia
Mungkin udh lebih dari sepuluh ribu rim kertas mendengar ocehanku, mungkin sebagian kecilnya merasa risih terkena air pelumas bola mata ini.Rasanya gila ya
"Ah, masih muda kamu. Tenang aja, perjalanan masih panjang."
Justru karena dirasa masih panjang ini ternyata membuat tekanan yang tak kunjung usai.
"Mau ngapain nanti?"
"Mau jadi apa?"
"Prospek ke depan apa?"
"Target finansial mu berapa? Dan kira-kira umur berapa bisa tercapai?"Pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya hanya ada di benakku, mungkin hanya segelintir orang yang kukenal pernah menanyakan hal-hal mirip seperti di atas, tapi sungguh aku terlahir sebagai laki-laki, dan sial itu semua berhasil menghantui pikiranku.
*****Disamping semua itu, kita bahas yang lain dulu.*****
Berdetik terus analog penunjuk waktu ini.
"Pada kemana dah ini orang-orang?"
Selalu lewat kata-kata itu setelah kusadar, semua akan mengejar mimpi masing-masing dahulu.Luar kota, luar provinsi, luar pulau, bahkan luar negara. Hei, mereka teman-teman yang selalu menungguku di gerbang sekolah sebelum berangkat ke basecamp dulu, sungguh luar nalar.
Beberapa waktu lagi aku akan berpisah (lagi) dengan teman deeptalk ku, Datu. Aku mengenalnya sudah bulat satu dekade. Dia cenderung pendiam dan pemalu. Telah kuperkenalkan semua "dunia anak muda" Pada Datu, nakal-nakalnya, rebel-rebelnya.
Jenaka sekali jika kembali diingat betapa lugunya anak ini. Jujur, aku hanya tak ingin dirinya dibodohi oleh pergaulan sialan anak muda di bagian bumi sebelah sana, anak ini sangat suci dan tidak mengetahui apa-apa. Mungkin jika dia berupa tembok, tak ada lapisan warna bahkan cat di atasnya. Murni hanya batu bata dan semen 3 karet melingkar.
Perpisahan SMA dilalui, sempat beberapa bulan aku tak berbincang dengan Datu. Sampai pada akhirnya di hari itu waktu menunjukkan pukul 11.00 malam, gawaiku berdering.
"Tara, lu di rumah ga? Gw kesana ya."
Terkejut aku mendengarnya. Kenapa anak ini? Malam-malam menelpon, dan berniat ingin mampir ke rumah.
Sampailah dia di rumahku. Tak sendirian, Maulana dan Sumitra teman satu geng kami pun ikut ingin melepas rindu. Perbincangan panjang yang rasanya seperti tak kunjung usai, paragraf terus membuat gagasan utamanya.
"Brengsek! Kenapa baru ngomong sekarang? Kenapa ga dari kemarin-kemarin ngomongnya?!"
Sembari kutampar halus pipi kiri Datu dengan penuh emosi.
Reaksiku ketika mendengar semua cerita darinya, kurang lebih Maulana dan Sumitra pun tak jauh beda.
Asli, jika semua kata kasar bisa kulontarkan dengan meriam, saat itu juga akan kulontarkan padanya."Yah, Tar. Namanya juga ngumpulin mental dulu gua mau ngomong ama lu." Jawabnya.
Datu bercerita, dia akan pergi ke Negeri Sakura, Jepang. magang sebagai teknisi mesin disana, kontrak pertama 3 tahun lamanya. Tak bisa pulang, tak bisa bincang mendalam, tak bisa tatap, tak bisa interaksi tanpa media selain angin dan suara 3 tahun lamanya.
Terasa dari sekarang, itu bukan waktu yang sebentar.Banyak hal kupikirkan. Aku harus mengadakan acara besar-besaran yang bisa dihadiri oleh teman-teman satu geng ku untuk upacara perpisahan. Mereka semua harus hadir, kita akan terpisah jauh dengan salah satu prajurit terkuat di geng ini.
Sampai pada waktunya, acara besar-besaran itu terwujud. Di Cafe & Resort yang cukup jauh dari perkotaan. Hening, tenang, berkabut dingin dan estetik pastinya.
Mulai kubuka acara
"Guys, Datu 2 bulan lagi akan ke Jepang. Kita harus banyak mendoakannya. Semoga segala urusannya dilancarkan oleh Tuhan dan selamat sampai tujuan bahkan sampai nanti kita akan bertemu lagi. Selebihnya, akan diceritakan sendiri oleh Datu."Hampir semua teman-teman geng ku terkejut mendengarnya, kecuali Maulana dan Sumitra. Kesal dan geram kepada bocah lugu satu ini karena sungguh mendadak kabarnya akan pergi.
Tangis haru, peluk hangat, gelak tawa, gimmick murahan, tak terelakkan. Disertai rintik hujan halus yang seperti takkan berhenti di kota ku.
Malam yang indah dan menyakitkan diborong semuanya kala itu.Sakit kurasa akan berpisah lagi dengan salah satu karibku. Terlebih tak banyak karibku yang bisa diajak bicara serius. Dia salah satunya dan sekarang tak terhindar olehku kenyataan bahwa kita harus berpisah. Semoga hanya untuk sementara waktu.
Doa terbaik untukmu Datu, sampai nanti kita jumpa kembali. Semoga Tuhan selalu menjagamu.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Mungkin ceritanya terkesan terburu-buru. Tapi serius, ku tak sanggup menahan isak tangis menyedihkan ini.
*ckckck lebay.
Akan kulanjutkan kisah-kisah pahit-pahit sedih-sedih yang tak bisa dihindari bersama beberapa teman-teman ku, keluarga, mungkin tipis-tipis percintaan yang harusnya tak asing di judul-judul tulisanku sebelumnya.
Sampai nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahit.
RandomBanyak kisah ku disini. Sepahit itu mungkin dirasa, mungkin selebay itu dibaca. derita-derita, bajingan derita. Semua tentang "mau gimana lagi?"