Masa Transisi & Tara Sua Cemara

15 2 2
                                    

Berapa kali manusia mengalami masa transisi?
Berapa kali manusia menyesali sebuah keputusan?
Entahlah, lebih dari satu kali mungkin semasa hidupnya.

*****

Mari kita perkenalkan salah satu tokoh utama dari Pahit, Tara.
Sudah dua chapter sebelum ini, cerita berdasarkan sudut pandang dirinya. Siapa dia?

Nama lengkap dia Tara Sua Cemara.

Kata Ibunya, Tara berarti bintang, Sua berarti pertemuan, Cemara berarti pohon cemara atau bahagia.

"Hah? Ooo, iyaiya Mah."
Respon Tara setelah diberi tau arti namanya oleh Sang Ibu, meski aslinya dia tak mengerti maksud dari namanya apa.

Tara tumbuh besar di lingkungan yang cukup membuatnya tertekan. Tidak secara langsung, tetapi posisinya sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, seolah memaksa dirinya untuk selalu mandiri sejak taman kanak-kanak.

Ditambah teman-teman yang selalu tidak mau untuk satu tim dengannya di bidang atau permainan apa pun kala itu membuat dirinya tumbuh menjadi seseorang yang sangat membutuhkan validasi bahwa dirinya bisa, dirinya layak.

Momentum terjepit yang menghantam Tara, selalu pas. Ketika dia perpisahan sekolah dasar, kakaknya persiapan untuk melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas, dan adiknya persiapan untuk memasukki sekolah dasar. Alhasil, ayah Tara berfokus kepada sang kakak, ibunya berfokus kepada sang adik. Di hampir setiap acara penting yang seharusnya orang tuanya hadir, dihadiri oleh Tara seorang diri.

Sedangkan teman-teman sekolahnya pun tak segan untuk mengganggu dan merundung dirinya bahkan hampir setiap hari.

"Udah jelek, gendut, hitam, hidup lagi."
Perkataan teman-temannya yang kuyakin Tara takkan lupa hingga sampai kini.

Mungkin tulisan singkat di atas cukup menggambarkan bagaimana masa kecil si Tara ini.

Ya, dia memendam sakitnya sendirian, dia mencari tau banyak hal sendirian. Anak kelas 2 sekolah dasar mana yang sudah berani naik kereta dari kota kelahirannya, Bogor, ke Bandung untuk membeli siomay bandung asli di Bandung seorang diri? Tara.

Sekolah dasar berhasil dilalui berat dengan teman-teman para perundungnya itu, Tara memutuskan untuk menjauh dari mereka. Dirinya mencari sekolah menengah pertama yang benar-benar tak ada murid yang dikenal sebelumnya.

Disinilah transisi karakter Tara yang awalnya selalu banyak berpikir sebelum bertindak karena takut akan penilaian orang sekitarnya, menjadi seorang anak muda angkuh dan sombong yang bahkan bertindak tak ada berpikirnya.

Nongkrong sana-sini, Entah berapa hidung dibuatnya berdarah, berapa kaki dibuatnya terkilir, berapa banyak hal haram yang dibenci Tuhan dirasakannya. Posturnya yang tinggi besar setelah masa pubertas, dengan tatapan dan ucap katanya yang membunuh, membuat Tara semena-mena dalam berperilaku.

Semua itu dilakukannya untuk sebuah validasi. Kala itu dirinya sangat percaya bahwa validasi merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan respect dari banyak orang. (Meskipun didapatkan dengan cara yang... Hmm, sungguh jauh dari kategori manusia beriman.)

Meski begitu Tara bukanlah murid yang bodoh di bidang akademik. Para panitia psikotes yang tak aneh melihat IQ Tara selalu >130 dan di setiap pembagian rapot yang hampir mustahil untuk dirinya mendapatkan ranking dibawah 3.
Tara selalu menjadi 3 teratas di antara murid-murid sebayanya di kelas.

Hal ini cukup membuatnya aman di sekolah, guru-guru tak ada yang percaya bahwa dirinya sebrandal itu karena nilai akademiknya.

*****

Rasa hormat dari orang sekitarnya yang dirasa berlebihan didapatkan Tara pada saat SMP, membuat sikap sombongnya terbawa sampai SMA.

Sikap sombong, angkuh, dan terkadang semena-mena nya yang masih membekas, membuat banyak penyesalan yang dirasakan Tara saat masa-masa SMA. Banyak hal ceroboh yang dilakukannya membuat kehampaan mendalam untuk diri Tara.

Salah menaruh kepercayaan kepada orang lain, kehilangan orang terdekatnya kala itu, sahabat-sahabat karib yang mulai sibuk mengejar mimpinya masing-masing, trauma-trauma masa kecilnya yang kembali menghantui, nilai akademiknya yang turun secara signifikan, dan banyak hal lagi.

Semua itu membuat karakter Tara berbalik lagi seperti masa kecilnya dulu.

Memendam semuanya sendirian.
Mendengar cerita dari banyak orang dan membandingkannya dengan perasaan sendiri sebagai bahan pemakluman.

Melamun, merokok, minum kopi, sok-sok an menulis puisi, mendengarkan musik metal galau, tidur di atas jam 2 malam dan perilaku-perilaku sadboy sejati nya Alra pun tak luput dilakukan Tara hampir setiap hari.

Saat merasa semua tak ada lagi sisa, merasa depresi nya sudah tak terbendung meskipun self-diagnose, Tara iseng membuka-buka kardus buku lama nya.

"Meditasi: Marcus Aurelius. Buset ini buku masih rapih amat, kayaknya gua jarang baca nih dulu."

Tara menemukan buku lamanya yang dibaca lagi secara fokus oleh dirinya selagi masih libur kelulusan SMA.

Buku setebal 392 halaman itu selesai dibacanya.

Resmi lah dinobatkan, Tara Sua Cemara,
Si pria sang cowok dingin tercipta saat dirinya memasukki dunia perkuliahan.

Berpikir sebelum bertindak menjadi hari-hari. Tidak responsif, emosi tidak berlebihan terhadap segala sesuatu. Independent, tak pernah bergantung pada orang lain.

Sok independent sih, tapi yaudalah gimana dia aja.

Teman-teman lamanya yang sudah kenal dari dulu pun selalu bertanya setiap bertemu Tara.

"Kesambet apaan lu?"

"Jadi culun begini King gua?"

"Kena pinjol lu ya? Diem-diem mulu."

Dan pertanyaan-pertanyaan heran mereka tentang perubahan drastis sikap Tara.

"Gapapa guys, gua lagi bikin karakter baru lagi nih buat gua sendiri."
Jawabnya.

"Kenapa gitu?"

"Gua percaya, yang penting lu jangan jahat sama orang, selow aja jalanin hidup, mulai sedikit-sedikit kurangin kebiasaan buruk, itu bisa membuat lu bersua dengan cemara." Jawabnya dengan nada sok bijak.

"Gajelas."
Respon teman-temannya yang sedikit geram mendengar perkataan si pria sang cowok dingin yang sok dewasa ini.

➖➖➖➖➖

Sepertinya sudah cukup.
Sekian saja deskripsi singkat tentang salah satu tokoh utama di judul Pahit ini, Tara.
Selamat dini hari, semangat bersembunyi.
Sampai berjumpa lagi.

Pahit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang