Part 24

16.5K 1K 459
                                    

Pukul 1 dini hari Jovan baru saja sampai di rumah. Sebenernya mereka sampai di Jakarta pukul 10 malam akan tetapi karena Jovan harus mengantar satu persatu temannya sehingga ia lah yang pulang paling telat.

Terlebih dahulu Jovan menurunkan barang-barangnya lalu membawanya masuk ke dalam. Akan tetapi, sampainya di pintu utama ternyata pintu itu terkunci. Padahala beberapa jam yang lalu Jovan sudah menyuruh Nayya untuk tidak mengunci rumah.

"Nay." panggil Jovan seraya mengetuk pintu itu dengan pelan. Karena takut tetangga mendengar.

"Nayya." panggil Jovan lagi. Namun tetap tak ada respons. Sehingga Jovan memilih untuk pergi ke kendala samping mengintip kamar istrinya.

Jovan mengetuk kaca jendela yang kebetulan posisinya sangat dekat dengan ranjang.

"Nayya buka pintunya." ujar Jovan seraya mengetuk-etuk kaca jendela.

"Gue tau lo udah bangun Nayya." ujar Jovan karena dibalik kendala dengan tirai yang bening ini, Jovan dapat melihat mata Nayya yang sudah berulang kali bergerak.

Benar yang dikatakan lelah Jovan kalo Nayya sudah bangun, bahkan perempuan itu bangun saat mobil Jovan tiba dihalaman rumahnya.

Nayya tetap berusaha tak peduli dan tetap berada di posisinya, berpura-pura memejamkan matanya, menunggu Jovan pergi dari kamarnya.

Ketika sudah tak terdengar suara ketukan jendela lagi, Nayya pun membuka matanya dan detik itu juga air matanya mengalir deras seperti air terjun.

Ada rasa sakit amat dalam yang menghantam hatinya. Rasanya sudah tidak bisa digambarkan lagi.

Untuk malam ini, Nayya akan membiarkan Jovan tidur di luar. Masa bodo dengan Jovan yang akan marah. Ia sudah tidak peduli.

Jovan menendang batu kerikil yang berada di halamannya, perjalanan dari Jogja sampai Jakarta benar-benar melelahkan ingin sekali ia setelah menempuh perjalanan jauh itu, ia langsung tidur sembari memeluk istrinya, akan tetapi Nayya sama sekali tidak terbangun.

Jovan duduk di kursi yang berada di teras. Lalu mengambil jaket tebalnya untuk menutupi tubuh bagian atas dan juga wajahnya.

Dan dengan posisi itu, Jovan tertidur hingga matahari bersinar terang.

"Bang Jovan kenapa tidur disini?" tanya Abel sudah berseragam lengkap.

Bocah itu bingung mengapa suami kakaknya itu tidur di luar dan sejak kapan Jovan pulang dari liburan.

"Ketiduran, Abel mau berangkat sekolah ya?" tanya balik Jovan dengan suara yang serak.

"Iya Abang, Abel pamit ya." jawab Abel dengan senyum yang tipis.

Jovan menganggukkan kepalanya pelan. "Hati-hati, oleh-olehnya nanti Abang kasih setelah kamu pulang sekolah."

"Termakasih." jawab Abel lalu pergi ke sekolah dengan menaiki sepedanya.

Dengan wajah yang sangat lesu. Jovan memasuki rumah. Dan tepat di saat ia menaruh barang-barang di kamar, sang istri pun masuk ke dalam kamar.

Jovan langsung menghampirinya akan tetapi saat ia sudah merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Nayya, perempuan itu memilih menghindar.

Kedua alis Jovan mengerut bingung. "Kenapa?"

Tidak seperti biasnya Nayya bersikap seperti ini. Pasti ada sesuatu yang terjadi saat ia pergi berlibur.

Nayya memejamkan matanya sejenak, melihat wajah Jovan membuat Nayya ingin melempar gelas kaca ke arah pria itu.

"Kamu yang kenapa?!" Nayya mengeluarkan suaranya dengan nada yang tinggi.

Jovan : Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang