"Ehem,, "
Amy akhirnya meredakan tawanya dan menatap sepupunya itu dengan wajah serius.
"Jadi kenapa?" Tanya Amy pada sepupunya yang tengah cemberut kesal.
Deon mulai membuka mulutnya bercerita.
.
.
Singkat cerita, Deon mempunyai kekasih bernama Lucy. Lucy ini satu sekolah dengan Amy hanya beda kelas saja. Tadi Deon duduk di halte dekat sekolah Amy itu bukan sebuah kebetulan, sebenarnya tadi Deon dengan kekasihnya sempat bertengkar saat lelaki itu menjemput Lucy disekolahnya. Penyebab pertengkaran itu adalah Deon yang marah saat Lucy memeluk lelaki lain yang Deon baru tahu ternyata lelaki itu kakak laki-laki kekasihnya. Dan sekarang Deon tengah menggalau karena terlanjur emosional dan berakhir bertengkar dengan kekasihnya.Sebenarnya Deon tidak sepenuhnya salah sih, Lucy sendiri bukannya menjelaskan malah ikutan marah terus memakinya dan memintanya putus lalu berakhir pulang dengan kakaknya.
Rempong sekali kan?!
Amy menatap sepupunya dengan tatapan kasihan, penampilannya saja badboy tapi sekarang lihatlah, mata berkaca-kaca yang siap menumpahkan lelehan air mata kapan saja itu. Amy jadi gemas pengen nampol. Boleh gak sih nampol anak orang?
"Emang salah ya kalo aku cemburu sama pacarku sendiri? Ya mana tau itu kakaknya.. Kalo dijelaskan juga aku bakal ngerti kok." Gerutu Deon dengan bibir yang mengerucut lucu.
Amy tidak kuat menahan kegemasan sepupunya ini, tangannya meraih tubuh kekar Deon dan memeluknya gemas.
Deon yang mendapat pelukan tiba-tiba dari Amy menegang seketika, sebelum membalas pelukan sepupunya tak kalah erat. 'Hangat, empuk hehe.'
Srot
Deon semakin mendusel pada tubuh mungil Amy, jangan lupakan ingusnya yang dia gesekan pada baju Amy, membuat gadis itu seketika kesal. Dilepaskannya pemuda itu dari pelukannya.
Hei, dia ini baru saja berganti baju dan sepupunya dengan seenaknya menjadikannya lap ingus.
"Heh! Sepupu kampret, bisa-bisanya ngelap ingus di bajuku."
Deon yang kembali mendusel pada perut sepupunya mendongakkan kepalanya menatap Amy dengan cengiran menyebalkan tanpa melepas pelukannya. Seketika bibir Amy berkedut menahan kesal.
•••
Waktu menunjukkan pukul lima sore, Deon bersiap pulang. Di depan ada Amy dan bundanya, Maya.
"Sering-sering mampir loh, yon. Main sama Amy atau nggak sama Zero." Ucap Maya menatap keponakannya yang tengah memasang helmnya.
Deon menoleh menatap Maya dan tersenyum tipis, "iya tan, pasti Deon main kesini lagi.. Kan ada Amy." Tatapannya bergulir menatap Amy dengan wajah menyebalkannya.
Amy hanya memutar bola mata malas dengan tangan kirinya yang bertengger di pinggang rampingnya. "Iyain deh, hati-hati dijalan."
Deon mencubit pipi kanan Amy dan mengacungkan jari jempol sebelum akhirnya menjalankan motornya.
"Ayo masuk sayang.." Ucap Maya dan diangguki Amy. Mereka berdua memasuki rumah dengan Maya merangkul bahu anaknya.
•••
Terik matahari semakin panas dan membuat tubuh menjadi gerah, tapi upacara bendera masih berjalan. Tak menghiraukan keluhan para murid, sambutan panjang dari wakil guru masih berlanjut.
Di sisi Amy, tangan putih pucatnya menggapai topi dikepalanya dan semakin menekan topi itu ke bawah agar sinar matahari tak mengacaukan penglihatannya, ya walaupun percuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Haven't The Choice, But To Say 'Yes'
Random[Slow update] [Sesuai mood, wkwk] "aku menyukaimu, Amy." "Maukah kamu menjadi kekasihku?" tubuh Amy bergetar sebelum akhirnya mengangkat kepalanya perlahan dengan suara putus asa disertai buliran bening yang jatuh melewati pipinya. dia menjawab deng...