Ch. 8

29 9 1
                                    

Amy menatap kosong pada Mikha disampingnya. Apa tadi pemuda itu bilang Mikhael Alpheus si protagonis novel yang itu? Tiba-tiba kepalanya diserang migrain mendadak.

Itulah kenapa masuk akal dirinya tak menemukan sosok Mikhael di manapun selama ini, penggambaran protagonis di novel sangat berbanding terbalik dengan pemuda pemalu disampingnya! Dia tak tau apa ini memang suatu hal yang terjadi sebelum prolog novel dimulai, tapi kemungkinan besar ada hal yang membuat Mikhael yang pemalu berubah drastis menjadi sosok yang dingin di novel. Dirinya sendiri juga terlalu bodoh tak menyadari hal ini lebih awal, Kenapa dia tak curiga sedikitpun ketika nama Mikha muncul.

"Amy, kamu tidak apa-apa?"

Amy tersadar dari lamunannya dan tersenyum canggung pada Mikha yang tengah menatap khawatir padanya. 

"Aku baik-baik saja, sebentar aku akan menyimpan nomormu dulu." 

Sudah tak ada jalan kembali Amy, tak mungkin dia tiba-tiba menjauh dari Mikha karena rencana menjauh yang sudah ia buat dulu. Sekarang mereka berteman dan menjadi dekat, ia tak mungkin mendorong jauh pemuda pemalu yang hanya ingin menjadi temannya ini. Tapi kemungkinan Mikha menyukainya seperti dinovel masih ada, dia hanya bisa berharap pernyataan cinta Mikha tak akan pernah terjadi seperti deskripsi novel. Karena jujur saja Amy tak ingin menyakiti hati pemuda baik itu.

"Oh ya, tentang namamu, ada satu hal yang membuatku penasaran sejak mengenalmu. Apa kamu tak mempunyai nametag di seragam sekolahmu Mikha? Aku tak pernah melihatnya sekalipun." Benar, salah satu yang membuatnya dalam keadaan seperti ini adalah karena nametag sialan itu.

Mikha berkedip sejenak sebelum meraba seragam atasnya dimana seharusnya sebuah nametag menempel disana. Pemuda berkacamata itu mengalihkan pandangannya dari Amy karena malu.

"Itu... aku punya, tapi.. ada situasi."

"?"

"Ibu pengasuh di rumah selalu lupa untuk memasangkannya. Dan sekarang tidak tau benda itu ditaruh dimana."

Rasanya kepala Amy seperti disiram air dingin, ada apa dengan kekonyolan ini. Tidak, sebenarnya itu alasan yang cukup masuk akal jika kamu berpikir dari sisi normal namun Amy adalah pembaca novel, alasan seperti itu dibuat hanya untuk kamuflase. Melihat situasi rumit dari keluarga Mikhael, jika ada yang mengenali penerus Alpheus bisa jadi itu membahayakan hidupnya.

Sebenarnya Amy agak bingung saat melihat pemuda itu mengalami pembulian sedangkan keluarganya merupakan kalangan atas. Berarti kemungkinan Mikhael menyembunyikan identitasnya cukup besar. Lalu alasan apa yang membuat pemuda itu membuka identitasnya yang sebenarnya saat alur novel dimulai? Yah, itu bukan masalah Amy.

Daripada itu keluarga Reinhard lebih terang-terangan dalam menunjukkan identitas. Mereka memang sangat bertolak belakang dengan Alpheus.

Tak terasa bel pulang berbunyi menandakan waktu belajar usai. Amy berjalan berdampingan dengan Fera yang asik menceritakan tentang pacar barunya yang ditanggapi dengan malas oleh Amy.

"Kalau begitu aku duluan ya Amy, udah ditungguin ayang.." Fera melambaikan tangannya dan berlari kecil menuju parkiran sekolah meninggalkan Amy yang sekarang fokus pada ponselnya menunggu jemputan.

"Kamu menunggu jemputan lagi Amy?"

Amy menoleh dan mendapati Mikha yang berdiri menjulang tepat didepannya dengan senyum manis.

'Duh, protagonis satu ini kenapa adem sekali senyumnya..'

Amy membalas senyumnya dan mengangguk menjawab pertanyaan Mikha.

"Kamu sendiri? Tak biasanya kamu masih berdiri di sini.."

Memang biasanya Mikha selalu lebih awal di jemput sebuah mobil dan menghilang begitu saja, itulah kenapa gadis itu agak terkejut mendapati pemuda itu di depannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 19 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Haven't The Choice, But To Say 'Yes'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang