Forbidden

704 42 8
                                    

Musim dingin menguasai Desember yang kian beku. Seorang pemuda bersurai hitam berdiri di bawah hamparan langit yang menyemburkan butiran-butiran salju. Tubuhnya berbalut kain berbahan sutra yang lembut, ia tak menggunakan lapisan tebal apa pun di malam yang berkabut ini. Hanya sepotong piyama berwarna biru muda melekat sempurna di tubuhnya yang ramping. Keindahan binar matanya mampu mengalahkan pijar bulan yang meredup. Saat lelaki itu terpesona menatap langit yang kelam, seorang lelaki yang lebih muda justru terpesona oleh keindahan yang dimiliki olehnya.



***


Dalam cinta yang berlebihan selalu ada kegelapan yang membayangi.


"Binnie." Yeonjun terkejut dengan kehadiran adiknya, Choi Soobin. Padahal Yeonjun sedang menikmati hujan salju yang sangat ia sukai. Pemuda bongsor itu berjalan menghampiri Yeonjun dengan wajah yang masam yang sangat menyeramkan. Yeonjun sampai bergidik ngeri melihatnya.

"Sudah sebesar ini kau masih suka berdiri di bawah badai salju." pemuda itu menghembuskan nafasnya dengan kasar, kekesalannya benar-benar tak bisa tertahan, Yeonjun sendiri hanya berdiri dengan wajah cemberut. Wajah manis kakak satu-satunya itu selalu bisa mengalahkan kekesalan hati Soobin. "Sebaiknya kita masuk, kak" katanya dengan nada mengajak yang amat lembut.

Yeonjun yang sadar betul dengan kelemahan adiknya itu pun memasang tatapan permohonan, "Sebentar lagi, Binnie, kumohon" katanya merayu.

"Tidak. Sebaiknya kau masuk, atau aku akan memelukmu sampai kau puas menikmati hujan salju ini."

"Baiklah!" Yeonjun berbicara ketus namun itu justru terdengar manja bagi Soobin, sang adik yang amat protektif. Yeonjun membuka kedua tangannya seperti seorang ibu yang sedang mengajak anaknya masuk ke dalam pelukannya.

Soobin mendekati tubuh Yeonjun lalu mendekap tubuhnya dari arah belakang, "Bilang saja kalau ingin dipeluk." Soobin sama sekali tak terusik dengan wajah cemberut kakaknya. Ia malah tersenyum lalu mengecup pipi tembam Yeonjun. Dengan sayang ia mengusak rambut halus Yeonjun lalu menghirup aroma rambut itu seolah candu yang selalu menjadi penenang pikirannya.

"Kenapa kau selalu membuatku khawatir, sayang?" Soobin bertanya pada Yeonjun yang masih dalam rengkuhan tubuhnya. Tubuh Yeonjun jadi merinding tatkala embusan napas Soobin menerpa pipinya.

"Maaf, Binnie" Yeonjun menyandarkan kepalanya pada kehangatan dada si adik.

"Hmm tak apa, lagi pula aku tahu kenapa kau bersikap seperti ini," goda Soobin.

"Benarkah?" Yeonjun yang polos percaya saja.

"Kau menginginkanku, iya kan?" jawab Soobin percaya diri.

"Kau sangat menyebalkan Bin! Jelas itu tidak benar." Wajah Yeonjun tampak merona karena lagi-lagi Soobin mempermainkannya.

"Kalau begitu akulah yang sangat menginginkanmu, Yeonjun." Soobin kembali merengkuh tubuh Yeonjun yang sempat menjauh.

Yeonjun berusaha menyingkirkan tangan posesif Soobin agar menjauh, namun dekapan Soobin semakin dieratkan.

"Soobin! Kau tahu, kita tidak bisa." Usaha Yeonjun menyingkirkan tubuh Soobin tidak berhasil. Suara Yeonjun terdengar sama putus asa nya dengan kenyataan yang ia katakan. Bagi Yeonjun, hubungan antara mereka adalah kemustahilan, sesuatu yang tampak seperti omong-kosong.

"Kau benar, kita tidak bisa. Tapi... aku bisa memaksa." Soobin menyusuri leher Yeonjun dengan hidungnya, terasa manis saat ia mengecupinya.

"Lalu kita akan mengecewakan orang-orang yang menyayangi kita." Yeonjun masih berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Soobin, "Ayah, ibu." Yeonjun mengingatkan satu persatu orang terdekat mereka. Tapi, tangan Soobin semakin liar menjamah tubuh kakaknya, Yeonjun pun terengah-engah, "Dan juga Beom-, mmhh" Yeonjun berdesis saat Soobin semakin tak terkendali. Soobin sedikit kesal ketika bibir Yeonjun menyebutkan nama Beomgyu dengan nada paling menyedihkan.

Enigma: Oneshots [Soobjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang