6. Late

755 57 6
                                    

Suara alarm yang memenuhi kamar Quin Vicky hingga kini tak kunjung membangunkannya. Gadis itu benar-benar betah memejamkan mata bahkan suara apapun tak ada yang berhasil menggerakannya.

Selain mendapatkan julukan 'gadis angsa' dari teman-temannya yang terkagum-kagum begitu melihat paras dan fisiknya yang indah, julukan 'putri tidur' juga ia dapatkan dari ayah ibunya. Bahkan Reyhan, si anak majikan sekaligus sahabat kecilnya pun setuju jika julukan itu ditetapkan untuknya. Padahal Reyhan sendiri juga sama, dia juga mendapatkan julukan 'pangeran tidur' dari orang-orang.

Tapi bedanya, kalau Vicky tidak mudah untuk tertidur sekaligus tidak mudah pula untuk dibangunkan.

Sementara Reyhan kebalikannya, dia sangat mudah untuk tidur sekaligus mudah pula untuk dibangunkan.

Kembali lagi kepada Vicky yang kini akhirnya bangun usai sang ibu masuk ke dalam kamarnya sembari meneriakinya.

Kalau suara sang ibu sudah berkumandang, berarti mutlak untuk dirinya membuka mata jika tidak ingin terkena sabetan serbet oleh sang wanita berkekuasan tertinggi di dunia ini. Yes, mother.

"Mmmh..iya-iya, Vicky bangun." ucap Vicky dengan suara parau nya, matanya belum terbuka sempurna jadi sang ibu tidak menghentikan ceramahnya.

"Kamu ini udah tau hari ini sekolah malah pulang telat. Ngapain aja sih kamu semalem?"

Vicky yang sudah mendudukan diri di atas kasur terlihat masih terkantuk-kantuk dengan bibir yang nampak maju beberapa senti.

"Hoaaam...Sekarang jam berapa,bu? Reyhan mana?" tanya Vicky sembari menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan laki-laki bermata elang itu.

Biasanya anak itu ada disini menunggunya bangun untuk berangkat bersama. Ekhm-Bolos bersama maksudnya. Tapi sekarang tumben tidak ada. Biasanya sih kalau anak itu tidak mengajaknya untuk berangkat bersama, artinya anak itu benar-benar pergi ke sekolah.

"Jam setengah delapan, kamu udah telat kalo sampe kesana. Reyhan udah berangkat duluan ke sekolah, katanya pagi ini ada tugas buat presentasi kelompok."

"Hmm..." Vicky mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, tapi sedetik kemudian kedua mata terbuka sempurna, dia menatap ke arah ibunya dengan ekspresi terkejut sementara sang ibu menatap bingung ke arahnya.

"Tugas kelompok Vicky!" bergegas dia menyingkirkan selimut yang menutupi kakinya ke sembarang arah dan meloncat dari kasur.

Sang ibu terkejut menatap Vicky yang tergesa-gesa. Sebelah tangannya terangkat begitu melihat gadis itu berjalan sedikit sempoyongan dan hampir terpeleset ketika mengambil handuk.

Sebelum memasuki kamar mandi, Vicky menoleh ke arah sang ibu.

"Ibu tolong siapin roti isi coklat buat Vicky, ya?"

Setelah mengatakan hal itu Vicky masuk dan menutup pintu kamar mandi kemudian terdengarlah suara air mengalir di dalam sana.

Sang ibu hanya bisa menghelengkan kepala sembari mengelus dada tak habis pikir.
.
.
.
Selesai mandi dan berseragam, Vicky pun dengan cepat menyambar dan memakai tas sekolahnya. Dia berlari menuruni lorong mengabaikan suara dari para asisten rumah tangga yang hampir dia tabrak, hanya ada kata maaf yang dia teriakan tanpa menoleh balik. Dia buru-buru.

Begitu sampai di ruang makan Vicky mengambil sebuah roti lapis coklat yang ada di atas meja dan memakannya secepat kilat.

"Ibu, Vicky berangkat." ucapnya kepada sang ibu yang baru saja meletakan segelas susu strawberry di atas meja.

"Loh, ini susunya di minum dulu."

Patuh, Vicky langsung meneguk susu strawberrynya sampai habis tak bersisa.

Secret Story of the Swan Girl [JangKku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang