3. TGM

24 7 2
                                    

Saat tengah hari kurang dua menit datang, Wise menyelesaikan sidangnya yang ke dua-saat sidang pertama banyak sekali revisi yang membuat dia mengundur masa kelulusannya-. Dia lulus kali ini. Di tengah panas nya matahari kota, dia berteriak kegirangan pada angin lalu. Menyebabkan beberapa mata terfokus padanya namun kemudian tak tampak perduli.

Tangannya membuka ponsel yang sedari tadi tak ia rabah, menampilkan beberapa notifikasi dan yang teratas adalah Edward.

Edward

Wise, gue oleng.
09.15

Meetingnya gantiin lo ya, gue udah kabarin tuan Vee jam satu
09.16

Kalo udah balik mampir ke rs x, gue nitip martabak
09.16

Anw, gue naik ambulans ni😎
*send a pict
09.17

_

Membaca itu Wise ternganga. Bukan karna random nya Edward yang jatuh malah pamer naik ambulans, tapi karna dia yang di minta untuk menandatangi kontrak yang akan mereka buat.

Ck, Edward benar benar menjengkelkan.

Sambil terus menggerutu ia mengendarai motornya ke perusahaan EV. Bukan, bukan Wise se-kesal itu pada Edward karena menyuruhnya menggantikan posisi si penanda tangan. Hanya, dia gugup.

Perasaan bodoh macam apa lagi ini? Dia sering berhadapan dengan masyarakat ramai. Dia sering berpidato atas kemenangannya di beberapa season turnamen juga. Bahkan dia juga mantan MC dari beberapa acara ulangtahun anak kecil. Kenapa untuk masuk ke perusahaan ini dia begitu gugup?

Oh ayolah Wise, acara anak-anak kenapa kau samakan dengan tanda tangan proyek pertama mu dengan investor? Dasar bodoh.

Dengan rasa gugup yang memuncak, ia beranikan mulai melangkah masuk di perusahaan yang sedang naik daun di era sekarang itu. Menghampiri bagian bertuliskan HRD dan mulai berbicara.

"Atas nama siapa tuan?" Tanya wanita itu ramah.

"Wise"

"Maaf, nama anda tidak tercantum dalam data mana pun. Siapa yang ingin anda temui?" Tanya wanita itu kini sedikit mengubah ekspresi nya.

Kalian tau, di perusahaan seperti ini banyak penjahat yang mengaku kenal dengan owner perusahaan. Si HRD hanya khawatir.

"Saya sudah punya janji dengan atasan. Seharusnya pukul sepuluh pagi tadi, tapi teman sa-" penjelasan Wise terpotong dengan wanita itu yang terlihat kini malas meladeni.

"Maaf tuan, nama anda memang tidak terdaftar di sini. Mohon bila memang benar anda sudah punya janji, silahkan telpon orang yang ingin anda tuju. Anda bisa melakukan panggilan itu di luar gedung sembari menunggu," kata wanita itu sopan walau terlihat jelas bahwa dia sudah tak percaya.

"Ada apa ini? Oh tuan Wise, mengapa tidak pergi ke ruangan saya langsung?" Itu Vee, yang kebetulan baru memasuki area loby perusahaan ini. Entah dari mana dia pergi.

"Tuan Vee, maaf atas keterlambatan yang Edward buat. Saya ingin pergi, tapi HRD ini mengatakan nama saya tidak tercantum dalam daftar. Jadi saya di tahan," katanya menjelaskan.

"Oh Lizzy, benarkah?" Tanyanya pada sang HRD.

"Benar tuan, nama tuan Wise tidak terdaftar dalam janji di manapun."

"Ah sudahlah lama. Mari tuan Wise ikuti saya," dan mereka berdua pun pergi meninggalkan si HRD yang terbengong shook karna di kata-i lama.

"Silahkan duduk tuan Wise. Saya akan ambilkan surat kontraknya."

Ruangan ini besar. Sangat besar. Hanya di tempati seorang diri apakah tidak kedinginan? Pikir acak Wise.

Pikiran random itu tidak berjalan lama. Vee datang kembali setelah beberapa detik mencari berkas yang sedikit tertumpuk pada rak di sampingnya. "Silahkan di baca terlebih dahulu. Bila ada dalam perjanjian yang anda kurang cocok, bisa tanyakan pada saya," ucapnya sopan.

Wise mencoba seteliti mungkin membaca berkas yang Vee beri baru setelah itu dia menandatangani nya.

Dia serahkan kembali berkas tersebut pada Vee lalu mereka berdua saling menjabat tangan, menandakan pertemanan antara perusahaan EV dan Ganda Coffee telah terjalin.

"Mohon bantuan untuk selanjutkan tuan Wise, semoga kedepannya bisa menjadi akrab," ucap Vee.

Wise balas menyalami partner barunya sambil tersenyum ramah, "Mohon bantuan juga dari tuan Vee, semoga kita bisa bekerjasama dengan baik."

.

Kakinya dengan santai melangkah masuk ke dalam bangunan bernuansa putih bersih. Berjalan dengan satu tangan memegang kantong plastik putih sebagai buah tangan untuk orang yang ingin ia temui.

Sampainya pada satu pintu bertuliskan ruang 24, pria tersebut masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu. Mengagetkan dua manusia yang sedang bermain game bersama di dalamnya.

"Ketuk dulu sabi lah bos, kaya ga punya adab aja," ucap Jay melirik sinis.

"Penuh tangan gue, ni martabak lo," Wise, pria itu memberikan secara tak santai pada Edward yang menjadi sangat bersemangat atas oleh olehnya.

"Wih thanks bro. Laper banget cok dari tadi makanan sini ngga ada rasanya semua."

"Lo kenapa bisa jatoh segala sih? Kaya bocah SMP baru belajar aja Lo," Wise yang kelihatanya penasaran bertanya.

"Ya gimana, namanya juga takdir," jawab Edward seadanya yang membuat ia mendapat pukulan kecil dari Wise.

"Anw, balik kapan Lo?" Tanya Rey yang memang belum tahu.

"Dua hari lagi sih. Kenapa?"

"Lama juga, ngapain?" Sambung Wise.

"Suster di sini ada yang semok cuy. Sayang kan kalo langsung balik gitu aja," jawaban Edward sekali lagi membuatnya mendapat pukulan yang cukup kencang dari Jay. Wise hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban Edward.

"Gimana tadi? Lancar kan?"

"Lancar sih. Tapi masa gue tadi sempet di kira nipu sama HRD nya. Kampret bener," keluh Wise agak kesal mengingat kejadian tadi.

"Ngga heran sih, muka Lo muka muka kriminal."

"Anjing"

.

.

Vote votee

To Getting Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang