"aku mengalami beberapa rasa ketakutan yang sulit hilang,
langkahku seolah terhenti lantaran kakiku tertancap duri,
kecemasan itu kembali datang saat mimpi buruk itu hadir dalam tidurku semalam.
aku gadis yang tidak tahu arah tujuan lantaran trauma yang kumiliki tidak bisa dihilangkan."-aku menyerah-
tidur gadis itu tidak lagi nyenyak, hari hari gadis itupun kini tidak lagi berwarna. semesta seolah menakdirkan hidupnya diisi oleh kelam yang tidak tahu kapan sirna.
gadis dengan balutan piyama berwarna hitam terbangun lantaran mimpi buruk itu hadir dalam tidurnya. Setiap malam bahkan saat beraktivitas pun dia akan selalu cemas dan ketakutan.
nafasnya memburu seolah dia baru saja berlari maraton sepanjang waktu.
dengan wajah ketakutan dia meraba meja nakas, mencari kunci kemudian membuka laci. Mengeluarkan beberapa obat lalu meneguknya secara bersamaan.
selalu saja seperti itu. Entah sudah sebanyak apa obat yang ia telan dalam 2 tahun ini, mungkin ratusan.
Dia membenci dirinya sendiri. Bahkan sering kali ingin sekali melenyapkan raganya agar tidak lagi ingat dengan kejadian mengerikan, yang beberapa tahun ini menghantui. Hidup namun seolah mati, tidak ada tujuan, dia kehilangan arah dan tersesat dalam labirin kelam.
potongan ingatan kejadian demi kejadian selalu saja hadir, membuat bibirnya selalu berkata aku menyerah.jam menunjukkan pukul 02.30 am. itu artinya dia baru tertidur 1 jam.
mendesah singkat lantaran matanya tidak lagi mengantuk, gadis itu beranjak dari tempat tidur lalu berjalan kearah pojok ruangan dimana piano milinya berada.
dia duduk lalu menekan not piano, berusaha menghidupkan nada untuk membunuh hampa.
matanya terpejam menikmati irama yang dihasilkan oleh tekanan jarinya.
lama kelamaan irama yang awalnya lembut perlahan berubah menjadi sebait nada yang begitu kasar. Suara yang dihasilkan piano tidak lagi beraturan. air matanya menetes dibalik terpejam nya mata.
"akh.. sialan, pergi dari pikiran aku bajingan!"
tangan itu meraba rambut lalu menjambak kemudian memukul kepalanya sendiri.
tubuhnya bergetar hebat. takut dan cemas itu kembali menyerang secara bersamaan.
padahal baru saja meminum obat, tapi mengapa rasa cemas dan takut itu masih ada?
Pada akhirnya dia kembali menyakiti dirinya sendiri. menggores tangan dengan sebilah pisau kecil yang disembunyikan di laci meja belajar.
Darah segar menetes membasahi lantai. Tidak ada rintihan kesakitan, hanya ada tatapan kosong dari si pemilik raga yang kini tengah melihat kearah jendela kamar.
sampai kapan seperti ini? sampai kapan ia harus terus menyakiti dirinya sendiri? Dia lelah dan ingin sekali menyerah. tapi semesta seakan belum mengabulkan itu semua.
dia jatuh terlentang di dinginnya lantai. air matanya mengalir deras dengan bayang bayang mengerikan itu semakin jelas.
bajingan! salah satu manusia bajingan itu sudah lama tiada. Tapi sialnya bajingan itu lenyap dengan meninggalkan trauma.
meninggalkan ingatan buruk yang sulit sekali dihilangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
aku menyerah
General FictionApa menurutmu seseorang yang mempunyai trauma mendalam bisa hidup dengan tenang? Syeira