[10] Gejolak

99 16 2
                                    

Jeno meregangkan tangan ke belakang, berharap pegal yang ia rasakan bisa menghilang. Namun nihil, ngilu di punggung nya tidak hilang sama sekali. Pemuda itu kini memejamkan mata sembari menikmati hembusan angin yang menyapu bersih kulit nya.

"Buat ulah apa lagi lo?"

Jeno membuka mata serta tersenyum riang menatap seorang pemuda yang kini sudah berdiri menghalau sinar matahari yang sejak tadi menyikapi nya.

"Bang, pas banget! Pijat punggung gue dong." ucap Jeno sembari menunjuk punggung nya.

"Ck!" Pemuda yang ia sapa barusan berdecak kesal walah akhirnya menuruti suruhan untuk memijat punggung nya.

"Buat ulah apa lagi?" tanya pemuda itu ketika memijat pelan punggung Jeno.

"Nggak ada." jawab nya singkat.

"Jujur."

Akhirnya pemuda itu memutar tubuh nya, melihat wajah penasaran pemuda dihadapannya, dengan senyum tipis nya ia menunjuk seseorang yang sedang tertawa riang dengan sedikit luka lebam di sudut kiri bibir nya.

"Masa dia ngejek gue." ucap Jeno dengan raut sedih yang dibuat-buat.

Pemuda dihadapannya mengernyit, seolah bertanya dengan tatapannya.

Jeno meneguk saliva nya dengan susah payah, dengan suara sekecil mungkin ia bicara.

"Lo itu cuma anak broken home, Jen." ucap Jeno dengan senyuman tipis.

"Lo rusak sama kayak abang lo..."

Jeno menghentikan ucapannya ketika melihat wajah pemuda dihadapannya memerah, pemuda yang sejak tadi ia sapa 'Bang', Yap! Sean mulai emosi mendengar penuturan Jeno barusan sepertinya.

"Turnamen kemarin cuma keberuntungan lo aja, Tuhan lagi berbaik hati sama...." Jeno semakin menunduk, rasanya ingin sekali menangis jika mengingat kejadian 30 menit lalu yang berhasil membuat tubuh nya pegal dan pipi kanan nya yang memerah akibat tamparan keras.

"Sama anak rusak kayak lo aja." Jeno tersenyum getir dengan mata memerah.

Sean tidak berkata apapun, ia hanya bangkit dengan mengepalkan kedua tangannya, pikiran nya kosong, matanya hanya tertuju pada satu orang yang kini sedang berdiri jauh dengan tawa di wajahnya.

Sean berjalan cepat meninggalkan Jeno di belakang, uluran tangan Jeno pun ia tepis dengan kasar, tujuan nya saat ini adalah menonjok lelaki kurang ajar yang kini sedang tertawa bersama teman-temannya.

Kenapa dia disini? Ini bukan wilayah nya.

"Sean!"

Bahkan teriakan keras Braga yang memanggil dirinya dari koridor lantai 2 pun tidak ia gubris.

Beberapa pemuda yang sejak tadi tertawa riang itu terdiam ketika menyadari ada sosok asing yang baru saja datang dengan wajah memerah, emosi.

"Eh ada mantan kapten, apa kabar bro?" sapa pemuda yang kini menepuk pelan bahu Sean.

Sean menarik tangan di bahu nya, dengan langkah cepat ia membawa tubuh pemuda itu dan membanting nya dengan keras. Semua aktivitas berhenti ketika suara gaduh itu terdengar. Braga dan Chandra tidak bisa menahan pekikan keras nya, menoleh kaget pada Sean yang terlihat sudah sangat marah.

Beberapa pemuda yang menyaksikan teman nya di banting oleh Sean hanya bisa menghela nafas panik, membantu temannya berdiri dan berjalan mundur untuk menghindari Sean.

Jeno ter—engah dan meringis ketika mendapati pemuda yang mencari masalah dengannya tadi sudah memegang bahu kesakitan dengan sebagian baju nya yang kotor.

Friendzone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang