Bab 3

6 1 0
                                    

بسم الله الرحمن الر حيم
Bissmillāhirrahmānirrahīm
(Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Assalamu'alaikum sahabat wattpad!

How your day's?

Jangan lupa tinggalkan jejak 🙌🏿

Maaf jika ada kesamaan adegan dengan cerita lain, jika ada typo atau kesamaan mohon di tegur. Sungguh, aku hanya pemula yang baru menulis, tidak pernah berniat sedikitpun menjiplak karya seseorang.

Ayo, Jihan sudah menunggu kalian untuk membaca kisahnya! 🤍

Happy reading, guys!

_________________________________________

"Sebelumnya maaf, Jihan mau nanya dulu."

"Tanya apa?."

"Perjodohan ini akan segera melangsungkan pernikahan atau hanya sekedar mengikat hubungan?."

Beberapa detik semuanya diam mencerna ucapan gadis yang dijodohkan itu, sepersekian saat ia juga menatap sendu lelaki sedang menunduk seperti tak ingin berkomentar tentang suasana yang cukup mencekam ini.

"Mengikat hubungan saja Nak, kalian masih sekolah belum pantas rasanya jika kalian harus segera menikah," jelas Fahrul, sedari tadi juga sang putri selalu memandangnya sendu.

"Kalau pihak laki-laki bagaimana, abi?."

"Sudah setuju Nak, kita hanya ingin mendengarkan keputusan kamu."

Sungguh susah sebenarnya mengeluarkan keputusan disaat seperti ini. Jika di gambarkan, perasaan Jihan begitu campur aduk, ingin senang tapi dalam rangka apa? jika sedih pun ia tidak punya alasan.

Diingat hanya untuk mengikat hubungan, Jihan sedikit lega karena sebelum menikah ia bisa mengenal lebih dalam calon suaminya.

Jihan yang tadinya menunduk setelah memandang Fahrul, perlahan menegakkan kepala melihat setiap orang yang duduk di ruangan tersebut. Seperti berharap.

"Gimana baiknya aja, abi."

Ia belum sanggup untuk mengatakan 'iya', mengingat ia masih baru saja bertemu dengan lelaki yang dijodohkan dengannya, jadi keputusan sepenuhnya di tangan ayah dan keluarga. Ia cukup menjawab itu.

"Alhamdulillah," semua bersyukur mendapat jawaban dari gadis yang kembali menunduk, ia tidak berharap mendengar perkataan selanjutnya. Ia pikir keluarga mengetahui makna dari ucapan itu, tapi ia salah besar.

Niatnya menolak, tapi karena kata 'baiknya' keluarga malah mengartikan jika perkataan itu adalah sebuah persetujuan. Maka dari itu, ia tidak sanggup lagi melihat setiap wajah atau pun ekspresi semua orang.

Lelaki yang menjadi objek kedua untuk masalah perjodohan ini hanya memandang Jihan setelah gadis itu menjawab dan kembali menunduk, ada rasa yang sulit diartikan tapi sungguh melihat gadis itu tubuhnya cukup bereaksi aneh.

• • •

Setelah berpamitan dengan keluarga Rafka dan Arumi, mobil yang di naiki Jihan keluar dari halaman. Gadis itu tidak pernah berbicara sedari tadi, ia banyak berfikir.

Di tengah lamunannya, handphone Jihan berdenting. Ia melihat, siapa yang mengiriminya pesan malam-malam begini? jam pun sudah menunjukkan pukul 22:45.

JIHAN | Ini Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang