Prolog ✿

24 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرهيم
Bissmillahirrahmaanirrahiim
(Dengan nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Halo. Salam kenal dari aku yang baru memulai untuk menulis. Sebenarnya tidak hobi, bahkan tidak ahli dalam hal menulis.

Ingin mencoba saja, siapa tahu banyak yang menyukai tulisan baru ini.

Mari kita sama-sama belajar, silahkan tegur jika ada kesalahan atau kesamaan adegan dengan cerita lain. Jujur, ini murni dari pikiran aku sendiri.

Terimakasih.

________________________________________________

"Jangan lupain aku, ya?" tetesan air mata mengantar kan seorang yang berarti dihidup gadis ini, matanya mampu menjelaskan keadaan yang tidak baik-baik saja. Ia takut.

Takut kehilangan lagi.

Tidak mudah melepaskan orang tercinta begitu saja, jika lepas pun akan menguras waktu dan tenaga. Akan banyak rintangan perlu di lalui, dan tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Pemuda tinggi nan tampan yang menjadi objek pertanyaan seorang gadis berhijab itu tidak menjawab, ia bahkan ikut terenyuh melihat air mata yang terus membanjiri pipi mulus gadis yang ia cinta.

• • •

"Maaf, Jihan sudah di lamar" gadis dengan hijab warna hijau mint ini menunduk dalam setelah mengartikan kata dari pemuda yang duduk tak jauh di depannya.

Seisi rumah yang tadi nya tegang menunggu jawaban seketika melebur dan lega. Memang, acara lamaran sebelumnya tidak mengundang sesiapa pun hanya keluarga inti dalam 2 keluarga.

Sakit. Sudah pasti, hati pemuda yang berniat baik ingin melamar pujaan hati remuk tak berbentuk. Matanya panas, ingin mengeluar kan air mata walau hanya satu tetes.

• • •

"Engga, mereka yang kegenitan!"

"Yaudah, nggak usah cemberut gitu dong"

"Terserah deh"

"Eits, pagi pagi bukannya cari pahala malah memupuk dosa."

Menunduk malu.

"Maaf"

"Sejujurnya, aku gak peduli sama mereka."

"Iya, tau Jihan salah. Maafin, ya?"

"Aku gak bisa marah lama-lama sama istri cantik yang aku cinta"

blush!.

• • •

"Sudah sejak lama saya memaafkan kamu"

Pemuda itu akhirnya mendapatkan jawaban setelah berhari-hari menunggu, bahkan ia lega mendengarkannya. Perempuan di depan itu memaafkannya.

"Kamu nggak berbeda ya, dari terakhir kali"

Menunduk, selalu. Jihan tidak bisa memandang lawan jenis yang bukan mahram bagi nya.

"Ayo, Ji"

Perempuan yang sedari tadi menunduk saat mendengar perkataan lelaki di depan sontak menggeleng kuat. Tidak bisa, ia sudah memiliki suami.

Deg!.

• • •

Terimakasih telah membaca halaman pertama cerita ini, semoga suka untuk chapter selanjutnya 🖤

"Jika sudah meminta maaf dan perbuatan itu terus di lakukan, biarkan. Jangan pernah sesekali menyimpan dendam, biar saja belajar dari kesalahan sendiri."

Tinggalkan jejak 🙌🏿

Sampai bertemu di chapter berikutnya.

Assalamu'alaikum.

JIHAN | Ini Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang