Episode 5

39 17 10
                                    

Tepat ketika perut Geraldine telah kenyang dan begah, mereka pun berjalan menuju ke mobil untuk pulang, kenal harus menunggu Geraldine kenyang? Karena gadis itu tidak berhenti-henti untuk memesan sesuatu, pokoknya apa aja yang tersedia di sikat semua sama dia, membuat Jordy dan Raymond tidak dapat melakukan apa-apa selain menahan malu.

"Jo, kita akan menjaga mereka?" ucap Raymond melihat ke arah belakang dengan spion tengah mobil Land Cruiser keluaran 2022 nya, melihat kedua gadis cantik itu yang sedang tertidur dengan pulas.

Hal itu menguntungkan Raymond - Jordy untuk membahas apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

"Hmmmmm....."

"Astaga.... irit bet dah ngomongnya"

"Kita tak ada pilihan lain selain itu Ray"

Mendengar ucapan Jordy, Raymond hanya menghela nafas berat dan pasrah.

"Lo mah enak ege, sifatnya jelas, lah gue, pasti kalo dapet cewek lo dapat yang bagus sedangkan gue dapat yang ugal terus"

"Itu dah takdir dari Yesus, Ray"

Mendengar hal tersebut membuat Raymond langsung memasang wajah datar andalannya, sebenarnya mengejutkan seorang Raymond Aditya berdebat, karena ia adalah orang yang cukup tenang, serius dan cenderung rasional, ehhh.... entah kenapa Geraldine dapat membuat Raymond tidak berhenti untuk marah dan misuh-misuh nggak jelas meladeni sifat absurd dan ugal-nya.

Setelah perjalanan dalam keheningan yang nyaman tersebut mereka pun sampai di depan rumah mereka, setelah Satpam penjaga membuka pagar otomatis rumah mereka, mereka pun memarkirkan mobil mereka di garasi dengan rapi.

"Oy nenek lampir! bangun nggak lo, kalo nggak gue buang ke empang"

"Hmmm sudah sampai ya"

Siapa yang dikasih bangun, siapa yang bangun, yap siapa lagi, kalau bukan Geraldine dengan entengnya tidur dengan nyaman, mana ileran lagi si anying, sementara Gabi mulai membuka matanya dan melihat ke sekelilingnya.

"Iya" ucap Jordy datar lalu membuka pintu samping dan bagasi.

"Heh botuna, bangun nggak lo, gue buang beneran ke empang lo ntar" ucap Raymond melihat Geraldine masih tertidur dengan lelap dengan dengan bantal leher SpongeBob miliknya.

"dua puluh menit lagi ya Gab" gumam Geraldine dan mulai menyamankan posisi tidurnya.

Raymond yang melihat hal itu mulai menggeram dan mencubit dengan keras dagu yang sejak awal membuat Raymond gemas itu membuat sang empu mengeluh kesakitan dan membuka matanya lalu menatap tajam Raymond.

"Heh Plagiat Dochi!, lo ngapain heyyyy nyubit nyubit dagu gue yang manisnya tiada tara? Gemes? Bilang dong, jangan nyari kesempatan dalam kesempitan saat orang bobo cantik dong!" omel Geraldine.

"Heh nenek lampir, siapa suruh lo kebo, mana nih bantal kena iler lo lagi dibilangin jangan kena, masih aja di kena-kenain"

"Heh Plagiat Dochi! gue tuh kagak kebo ya gue tuh terlalu nyaman aja, soalnya kan bisa tidur dimana aja!" bela Geraldine untuk dirinya ya artinya mah sama aja kali.

"Sama aja nenek lampir, botuna, udah masuk bikin malu aja lo!"

Raymond pun meninggalkan Geraldine yang masih misuh-misuh dengan suara lucu karena abis mabok bir, segala macam umpatan keluar dari dalam mulutnya, mungkin kalau ujian psikotes udah dapat 10 lembar kali ya.

Sementara itu, Jordy sedang duduk di Lounge, sambil memandangi wallpaper handphone miliknya, dia tengah memandangi sebuah foto.

Didalam foto tersebut adalah hasil karya dia saat ia SD kelas 5 ia telah berhasil memotret seorang gadis berpipi tembam dengan topi beanie hitam, headphone berbulu, dan jaket tebal di sebuah lokasi tempat bermain salju.

Didalam foto tersebut adalah hasil karya dia saat ia SD kelas 5 ia telah berhasil memotret seorang gadis berpipi tembam dengan topi beanie hitam, headphone berbulu, dan jaket tebal di sebuah lokasi tempat bermain salju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue kangen lo tau Aby, meskipun gue berkali-kali gagal dalam nembak lo sebagai pacar, tapi gue kangen lo sebagai teman gue, soalnya lo tuh cuma cewek satu-satunya yang bisa diajak gue bercanda" batin Jordy sendu.

Gabi yang melihat hal tersebut, mendekatinya, dia tidak tau kenapa, tapi dia merasa bahwa Jordy terlihat sangat familiar untuknya, seperti dia sudah cukup mengenalnya cukup lama.

"Ummmm.... Jo? Apa lo baik-baik aja kan? Pasti kamu teringat sama seseorang ya" ucap Gabi dengan pelan duduk di hadapan Jordy.

"Huh? Oiya Gab?" ucap Jordy datar. namun ia menatap Gabi dengan dalam, rasanya kaya ada perasaan penasaran di dalam dirinya saat melihat gadis tersebut, sejak pertama kali ia berubah.

"Anuuu... lo kalo masih ada masalah yang belum diselesaikan jangan sungkan untuk ngomong ke gue, sebisanya gue pasti bantu kok" ucap Gabi sambil tersenyum dengan manis, mengingatkan si Jordy dengan sosok gadis kecil yang ada di wallpaper handphonenya itu.

"Dia memang Aby yang gue cari-cari selama ini, kenapa gue nggak langsung to the point aja sih malah mengulur-ulur waktu kaya tim Atletico Madrid kalo tanding lawan Barcelona" batin Jordy.

Melihat senyuman Gabi, membuat jantung Jordy berdemo dengan sangat ramai seperti konser My Chemical Romance gitu, sebelum wajahnya memerah, dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamarnya menghindari Gabi.

Hal tersebut membuat Gabi heran dia tidak tau kenapa Jordy bertingkah seperti itu.

"Hmmmmm dia kenapa ya... jangan-jangan dia teringat lagi sama kegagalan saat dia nembak gue dalam mode Aby yang cupu dan gendut" batinnya.

"Heh botuna, daripada lo ngeluh terus lebih baik lo masuk deh, nyusahin bet dah" sebelum Gabi dapat berpikir lebih lanjut, dia dapat mendengar Raymond yang baru saja masuk sambil misuh-misuh karena Geraldine.

"Heh Plagiat Dochi, gue ngomel juga gara-gara elu ege! dasar ya kena azab Yesus ntar, menganiaya anak tuhan kesayangannya"

"Apa Anak Tuhan?? Lo tuh lebih mirip nenek lampir yang suka naik motor bertiga sama geng-gengan nya kali, mana ada anak tuhan tapi kelakuannya ugal-ugalan kaya lo, anak tuhan tuh baik-baik semua ya....."

"Enak aja lo kalo ngomong, dasar muka plagiat! mana yang di plagiatin artis kesayangan gue lagi si Dochi Sadega, harusnya papa Dochi malu punya idola kaya lo sok kegantengan"

"Emang ganteng wleee..."

Gabi yang mendengar hal tersebut hanya tersenyum, dia sangat terbiasa dengan sikap Geraldine tersebut.

Walau sebenarnya sikap tersebut dia lakukan untuk menutupi dirinya yang rapuh karena masih belum menerima ada seseorang yang bisa menggantikan ibu lama mereka dan hanya Gabi sebagai seorang adik kandung yang bisa mengerti hal itu.

"Semoga kutukan ini dapat jadi pelajaran untuk Geraldine..." batin seorang gadis dengan headphone biru dengan stiker bertuliskan 'Clarissa' tengah mengawasi mereka dari pagar depan sebuah rumah yang berseberangan dengan rumah Raymond, tanpa disadari oleh orang-orang disekitarnya.

*To Be Continued*

I Love You, CatsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang