BAB 04

1.2K 138 4
                                    

Benar saja, Guanlin membawa Renjun menginap di rumahnya. Soal ijin, Guanlin sudah mengatasinya terlebih dahulu. Renjun berdeham saat dirinya di giring masuk kedalam kamar. "Kak"

"Iya, kenapa?"

Guanlin melepas atasan yang di kenakan nya, tidak ada maksud lain. Dia hanya akan membersihkan diri karena sibuk seharian di kampus mengurusi mahasiswa yang super tidak bisa di atur itu. Renjun berjalan menghampiri kekasihnya, bantu melepaskan pakaian atasan yang di kenakan Guanlin. "Aku mau bantu." Katanya.

Senyum terlintas dari bibir tipis Guanlin, ia hanya mengiyakan kemauan kekasihnya. Membiarkan Renjun membantu melepas kaos dalaman nya. "Mau mandi bareng?" Tanya Guanlin.

Beberapa detik submisiv bersurai coklat itu terdiam sebelum sebuah jawaban yang di nantikan oleh Guanlin menjadi jawabannya. "Boleh." Sahut Renjun dengan wajah merah padam.

Bath up dengan air hangat menjadi tempat mereka berdua, Renjun gugup bukan main. Mungkin hal ini pernah di rasakan oleh kembarannya itu, tapi Renjun yakin kalau Jaemin bisa mengatasinya dengan baik. Sedangkan Renjun sudah parno duluan.

Punggung polosnya bersandar pada bidang dada sang dominan. Guanlin memainkan rambut miliknya. "Gugup?"

"Hng.. iya."

"Mau main sebentar enggak dek?" Tanyanya seraya menaik turunkan kedua alisnya, Renjun makin blushing melihat wajah tampan Guanlin yang basah karena air sekaligus aura dominan nya semakin terlihat.

"P-pelan tapi.."

"Haha iya, aku mana mau kasarin kamu."

-

"Aduhhhh berat! Pegel! Lemes! Huaaaa!!!"

Kegaduhan terjadi saat Jaemin dan Jeno keluar dari rumah sakit selesai check up. Jaemin memegangi perutnya sok dramatis. Menunjuk-nunjuk sang suami di area parkiran.

"Jeno, lain kali kau saja yang hamil!"

Jeno tergelak sambil menenteng kantung plastik berisi vitamin untuk Jaemin. "Hahaha mana bisa gitu?"

"Bisa!! Harus bisa!"

"Nggak bisa dong~" Jeno memasang ekspresi sombong yang membuat Jaemin mau muntah.

Pemilik surai pastel itu menggerakkan tangannya di udara sambil berjalan pelan karena makin sini perutnya semakin membuncit. "Ck, besok cerai." Umpat si manis.

Jeno menarik tangannya secara tiba-tiba membuat submisiv cantik itu mengerjap ketika bibirnya bersentuhan dengan bibir Jeno.

P-publik?!

Melihat submisiv nya yang diam seperti patung, Jeno tersenyum dengan penuh kemenangan. Kemudian berbisik. "Yakin mau cerai?"

"Enggak." Jawab Jaemin sekenanya.

Ekspresinya sangat datar, tidak cocok dengan wajahnya yang berkesan soft seperti itu. Jeno kembali terkekeh, mencium hidung Jaemin sebelum menautkan jari jemari keduanya. "Jangan asal ngomong kalo gitu."

"Iya deh maaf." Bibir mungilnya mencibir pelan.

-

"Ahh... A-alin.."













Tubuhnya menegang sempurna ketika Guanlin menghisap secara bergantian nipple miliknya. Renjun tau ini bukan kali pertama mereka melakukan itu, tapi tetap saja baginya hal ini masih membuat tubuhnya bereaksi sangat lebih.

"Hmmhh" mengecap puting mencuat milik Renjun.

Keduanya sama-sama telanjang, tanpa sehelai benangpun. Bagaimana tidak? Baru saja berendam beberapa menit di bath up, Guanlin sudah menggendongnya kemudian meringkus Renjun di atas kasur.

Our Beloved - Nomin, Markhyuck, GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang