Hayoo vote coment nya mana?
-
Jaemin memegangi perut buncitnya, berdiri di depan cermin yang memantulkan bayangan nya sendiri, bibirnya mengerucut. Pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan Jeno sang suami yang tengah bertelanjang dada dengan balutan handuk di pinggang khas orang yang baru saja selesai mandi. Jaemin menunjuk suaminya. "Sialan tubuhku jadi jelek begini!" Umpat anak itu, kemudian berkacak pinggang. drama baru saja di mulai.
Jeno terkesiap melihat telunjuk istrinya yang berada tepat di depan selangkangan Jung Jeno. "Hey tenang, apa masalahnya?" Jeno meraih tangan istrinya kedalam genggaman.
Wajahnya di tekuk sebal, bibir mengerucut, dan kedua alis yang menukik tajam. Takut? Tidak. Jeno malah gemas sendiri melihat tingkah istrinya yang seperti ini. "Kamu, perutku jelek" ia berujar sambil mengusap perutnya.
Usia kandungan nya sudah menginjak enam bulan, Jaemin masih belum mengambil cuti di kampus karena masih menunggu waktu satu bulan lagi. Setelahnya Jaemin akan ambil cuti dan kembali saat anaknya sudah berusia beberapa bulan.
Jeno terkekeh, membubuhi ciuman pada wajah sang istri. "Gemas" kata Jeno.
"Aku memang gemas!" Ia menyentak kesal.
Yang lebih tinggi menggeleng keheranan melihat tingkah istrinya yang begitu sensitif semenjak kehamilan. Di usapnya perut buncit itu, Jeno berjongkok di depan Jaemin. Mengecup perut istrinya penuh sayang. "Morning baby, kamu harus kuat di dalam sana oke? Jangan tertekan karena tingkah laku Buna mu yang seperti ini" Jeno cengengesan.
"Yakk, bapak Jung Jeno" mata rusanya memecing tajam. "Maksud mu apa huh?"
"Tidak tidak" Jeno terkekeh, kemudian berdiri menyetarakan tingginya bersama Jaemin. Lalu mengecup bibir delima sang istri beberapa kali. "Cantik"
"Isshh modus!"
Suaminya menggeleng heran di sertai tawa kecil, Jaemin selalu menggemaskan di matanya. Apalagi semenjak kehamilan nya, walaupun agak sensitif sih. Jeno memakai bajunya tepat di depan Jaemin, sambil memamerkan otot perut miliknya yang sangat membuat Jaemin iri dari dulu.
Boro-boro otot perut seperti Jeno, sekarang perutnya buncit seperti telah menelan bola basket saja. Anak itu menciut sambil mengambil handuk bekas pakai sang suami. "Genit banget ya matanya" Jeno berseru dengan mengejek. Jaemin yang mendengar malah mengacungkan jari tengah dan berlalu kedalam kamar mandi untuk menyimpan handuk itu.
"Hahaha" tawa Jeno pecah. Jaemin frustasi.
Selesai dengan kegiatan mereka di pagi hari, Jaemin turun ke bawah lebih dulu untuk mempersiapkan sarapan mereka. Oh omong-omong mereka sudah tinggal kembali di apartment tidak bersama keluarga besar Jung. Jaemin tidak enak jika harus menjadi pengangguran di dalam rumah tanpa mengerjakan sesuatu.
Dia membuat nasi goreng bersama dengan telur mata sapi Handalan nya. Jeno turun dengan pakaian rapi, namun masih terlihat seperti brandal saat waktu pertama kali mereka di pertemukan. Padahal Jeno sudah mau menjadi anggota bapak-bapak.
"Kenapa liatin aku terus?" Tanya Jeno, duduk di depan Jaemin.
Submisiv manis itu menggeleng sambil mengulum bibir bawahnya. Sibuk memilin kemeja abu yang di kenakan olehnya. "Sayang?"
"Nana takut Jeno suka sama yang lain karna perut Nana buncit, nggak sexy lagi uweeee!" Jaemin menangis di sertai rengekan seperti anak kecil.
Jeno terkejut dan langsung bangkit dari kursinya, memeluk tubuh sang istri lumayan erat. "Ssstt, kenapa bisa mikir gitu sih? Kamu kan tau, aku suka nya cuman sama kamu. Jung Jaemin." Ucap Jeno penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Beloved - Nomin, Markhyuck, Guanren
Roman pour Adolescentslanjutan dari book he is my wife! -