Pagi itu murid-murid meributkan hal yang sama. Topik pembicaraan mereka tidak jauh dari siswa kelas 12 yang ketahuan melakukan masturbasi di perpustakaan. Beberapa dari mereka juga menebak-nebak, memberi beberapa nama secara asal dengan alasannya. Beberapa juga menggunakan itu sebagai bahan candaan untuk menggoda teman mereka.
Sama halnya seperti yang lain, Malik, Joe, dan Devon pun membahas tentang itu. Sejak awal mereka sampai di kelas hingga sekarang jam pelajaran kedua. Ketika ada jeda dan guru belum datang.
"Dev, masa lu ga tau sih?"
"Iya Dev, kan lo di perpus sampe sore."
"Gak tau, serius. Kan ruang belajar ada banyak, mungkin jauh dari gue."
Sejujurnya Devon sedikit cemas, takut kalau pembuat gosip ini mendengar suaranya dan Danu di perpustakaan kemarin. Demi apapun mereka hanya ciuman, tidak lebih. Lagipula itu tidak lama, jadi seharusnya mereka aman. Rasanya Devon ingin menghampiri Danu saja sekarang, tapi mereka belum selesai dengan pelajarannya.
"Selamat pagi anak-anak."
"Pagi, Bu Rini."
.
Akhir-akhir ini Devon sering mengantuk di kelas. Fokusnya berkurang dan ia jadi mudah cemas terhadap hal apapun yang belum tentu terjadi. Niat ke toilet hanya sebentar karena rasanya sudah tidak dapat ditahan.
Jari-jarinya basah terkena air. Ia segera meletakkan kacamata di tempat lain dan mulai membasuh wajahnya.
"Dev."
Dahi Devon mengerinyit saat ada orang memanggil namanya. Ia mendongak, pandangannya buram karena tidak memakai kacamata. Saat menoleh ke cermin, yang ia lihat adalah bayangan hitam, sangat besar dan tinggi. Tubuh Devon bergetar dan ia segera menoleh ke belakang, sembari tangannya meraih kacamata dan memakainya.
Ah, itu Danu.
"Danu. Kamu ngapain disi– mmmpph..." kalimat itu dipotong oleh Danu. Bibir Devon tiba-tiba sudah dibungkam dengan lumatan yang lembut.
Satu tangan Devon menepuk dada laki-laki itu dengan cukup keras dan menjauhkan wajah mereka. Danu menatapnya malas, sembari menutup pintu toilet.
"Kenapa?"
"Kamu yang kenapa tiba-tiba kayak gitu. Kalo ada yang liat gimana?"
"Ga ada yang liat."
"Kalo ada?"
"Aku kangen kamu."
Kalimat itu membuat Devon gugup. Ini terasa seperti dejavu ketika Danu berjalan mendekatinya. Matanya melirik gerakan tangan Danu yang menutup keran. Saat wajah mereka kembali berhadapan dan semakin dekat, Devon segera menutup mulut Danu dengan telapak tangannya.
"Danu, jangan asal cium."
"Pintunya udah kututup," ujar Danu, kembali mendekatkan wajah mereka. Namun, gerakannya berhenti karena Devon menahan rahangnya dengan baik.
"Ya jangan main asal cium."
"Kamu kan pacarku."
"Tapi kita masih di sekolah."
"Gak ada yang liat," Danu mengecup telapak tangan yang menutup mulutnya. Berhasil membuat Devon terkejut dan menjauhkan tangan dari wajahnya.
Bibir mereka kembali bertemu. Devon memejamkan mata dan membalas lumatannya. Ia meremat telapak tangan Danu saat laki-laki itu menggenggam tangannya.
Mereka berhenti ketika ponsel Devon tiba-tiba berdering. Panggilan tak terjawab dari Malik, mungkin isyarat kalau guru mereka sudah masuk kelas.
"Danu, aku balik ke kelas duluan. Kamu juga ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REAL DANU | HENXIAO ✔️
Fiksi Penggemar[HENXIAO] Tanpa rasa curiga, Devon membuat kesepakatan bersama Danu, siswa peringkat satu di sekolahnya. Devon tidak tahu bahwa orang itu bukanlah Danu. note. !! - bxb relationship ( hendery × xiaojun ) - written in bahasa & broken eng - inc. 🔞 fo...