❖❖
Tumbuh tanpa orang tua adalah rasa sakit serta kesepian yang mendalam. Seperti itulah yang dirasakan anak berusia tujuh tahun yang sedang duduk di taman sendirian. Namanya Samudra Alaska, dengan tatapan penuh harapan ia melihat anak-anak seusianya yang sedang disuapi oleh ibunya.
"Kenapa ya aku nggak punya ibu?" gumam Alaska dengan sendu. Ia mengalihkan pandangan pada anak yang sedang bermain bola bersama ayahnya. "Gimana rasanya main bareng ayah?" pertanyaan-pertanyaan tentang rasa dicintai orang tua selalu berputar di otaknya.
Alaska turun dari kursi taman berencana untuk pulang ke panti. Tapi, pandangannya teralihkan saat seorang ayah membelikan ice cream untuk putranya. Melihat itu Alaska meneguk salivanya, jika saja punya cukup uang ia pasti akan membelinya.
Penjual ice cream itu menoleh ke arah Alaska. "Mau ice cream ya?" tanyanya. Alaska Pun mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Punya duit nggak?" tanya penjual itu.
Alaska menggeleng sedih. "Aku nggak punya uang."
Sontak penjual ice cream langsung bersorak. "Kalau nggak punya uang ga usah beli! Pergi sana." usirnya.
Alaska menunduk sedih, karena sorakan penjual ice cream itu banyak pasang mata yang menatapnya. Mereka semua menatap Alaska seperti manusia rendahan, apa Alaska terlihat seperti gembel yang menjijikan?
"Pergi sana, bikin rusuh tempat ini aja!" ujar salah satu ibu-ibu yang melihat Alaska.
Alaska menangis, kenapa orang-orang sekitar selalu membencinya. Apa kesalahan Alaska? Padahal ia hanya seorang anak kecil yang ingin bermain di taman. Dengan air mata yang membasahi pipinya Alaska berlari pulang.
Sesampainya di panti, Alaska pergi menemui Vina—pemilik panti asuhan. "Bu, dimana orang tua Alaska?" tanyanya sambil menangis.
Vina tercengang melihat Alaska yang menangis. "Kenapa tanya itu, ibu juga orang tua kamu," jawab Vina dengan lembut.
"Tapi kan Bu Vina itu, ibu dari semua anak di panti ini. Alaska mau punya ibu dan ayah kaya orang-orang," ujarnya sambil terisak.
Vina menatap Alaska penuh prihatin, wajar saja anak itu penasaran dengan orang tuanya. "Alaska, semua anak di panti ini udah ngga punya orang tua. Bu Vina di sini yang menggantikan posisi orang tua mereka. Alaska kan anak Bu Vina," ucapnya sambil menyentil hidung mungil Alaska.
"Orang tua Alaska udah meninggal ya?" tanyanya sedih.
Mendengar pertanyaan itu Vina bingung menjawabnya, pasalnya Alaska dikirim ke panti ini tanpa kejelasan. Vina menemukan Alaska di depan panti saat anak itu masih bayi. "Eh, ibu masak enak lho hari ini. Makan yuk sama anak-anak yang lain," ujar Vina mengalihkan perbincangan.
Alaska mengusap air matanya sambil mengangguk. "Maaf Bu Vina, Alaska ga sopan tanya itu," ucapnya.
Bu Vina tersenyum sambil mengusap rambut Alaska. "Yuk makan," ajaknya sambil menarik tangan Alaska.