Again

264 40 0
                                    

Sudah lima hari berlalu namun masih belum ada juga tanda-tanda kehadiran Nunew di tokonya. Bukan mencari, tidak. Zee sama sekali tidak mencari. Demi Tuhan dia tidak.

"Pintunya bisa lepas kalau papa liatin terus. Apa sih pa? Nunggu paket?" Nael yang sejak tadi ikut gelisah melihat papanya gelisah akhirnya tidak tahan untuk tidak bertanya.

"Emangnya papa ngeliatin pintu terus? Nggak ya..."

"Iya Nael sama pintunya yang salah dehhhh, pintunya yang ngeliatin papa dari tadi."

"Udah ah, papa anterin pulang yuk?"

Nael mengangguk setuju. Memang sudah waktunya juga toko bunga itu tutup. Setelah mengambil kunci mobil dan mematikan semua lampu, Zee bergegas menarik turun ralling penutup pintu tokonya, namun begitu berbalik, alangkah terkejutnya dia saat menemukan Nunew sudah berdiri di sana.

"Loh?" dadanya berdegup cepat mendapati seseorang yang ditunggunya lima hari ini mucul tanpa memberi aba-aba.

"Udah tutup ya?"

"Kamu kenapa ada di sini?"

"Hia mau ke mana?"

"Tuh..." dia menunjuk Nael yang sedang duduk di dalam mobil, "Mau nganter ANAK aku pulang ke rumahnya. Kamu emang mau ke sini?"

"Aku pikir tokonya tutup jam 7 kayak biasa."

"Hari sabtu tutup lebih awal, Nu..." jelasnya pelan membuat darah diseluruh tubuh Nunew berdesir mendengar Zee menyebut namanya untuk pertama kali dalam sejarah.

Salah tingkah, "O-oh, ya udah kalau gitu aku pulang aja," pria itu bebalik badan.

"Eh!" Zee menyentuh pergelangan tangan Nunew, tidak sengaja, "Itu, maksud aku, gini, kalau kamu nggak keberatan, lagian udah sampe sini juga kan, tapi aku nggak maksa lho, maksud aku kalau mau~"

"MAU!" Sahutnya cepat bahkan tidak berfikir, "Oh sorry, selesaiin dulu, Hia..." malu setengah mati Nunew kali ini.

"Maksud aku kamu bisa ikut aku nganter Nael ke rumahnya, nanti pulang lagi sama aku, kalau mau aja, nggak mak-"

"Udah dibilangin mau~" kali ini lebih tenang.

"Ya udah masuk...di tengah ya, jatah tempat duduk di depan selalu punya Nael."

"Noted, Sir!" sahutnya bersemangat membuat Zee geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

"Siapa pa?" tanya Nael begitu semuanya sudah duduk dengan rapi di dalam mobil.

"Temen papa..." sahutnya asal sambil memakai sabuk pengaman dan memakaikan milik Nael juga.

"Yang bikin papa ngeliatin pintu dari tadi?"

"Eh enggak ya..." sergah Zee terlalu cepat membuat Nunew mau tidak mau tersenyum di balik gelapnya malam.

"Oke Nael diam," dan dia benar-benar menutup mulutnya hingga sampai di rumah.

Sepeninggal bocah itu, Nunew berpindah ke depan atas permintaan Zee yang tentunya dengan senang hati dilakukan.

"Pulang?"

"Hmm..." tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang saat menyadari hanya tersisa dirinya dan Zee di sana.

Zee yang sudah memasang sabuk pengamannya tidak sadar melakukan hal yang sama pada Nunew.

"Ugh..." nafasnya tertahan saat Zee mendekat, Pria itu membantu memasang lalu kembali ke tempat duduknya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ah, sorry," pada detik berikutnya, saat mendapati Nunew diam seribu bahasa, Zee baru sadar, "Kebiasaan make-in buat Nael soalnya cuma dia selama sepuluh taun belakangan yang naik mobil ini."

BEFORE THE LAST LILY BLOOMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang