BAB SATU

424 26 1
                                    

Tiga tahun sebelumnya,

"Berbicaralah kepada setidaknya satu wanita disepanjang acara dan aku yakin ibumu akan berhenti penasaran."

"Sei pazzo?" (1) Carter Vinci hanya menatap sekilas kepada sepupunya. "Dibandingkan mengikuti permainann Madre aku bisa menemani Niccolò Ferrara."

"Kamu tidak perlu sibuk mencari muka didepannya. Tu sei Vinci." Andreas menjawabnya mutlak. Sudah terlalu paham betapa besar ambisi sepupunya untuk mengejar kurator dari Uffizi Galery tersebut. "Suatu hari nanti Ferrara mungkin yang akan mendatangimu lebih awal. Tapi Madre, bisa-bisa dia melelangmu didepan sini daripada Basquiat. Tamu yang datang hari ini mungkin hanya terhitung jari yang bisa mengikuti pelelangan, tapi bila Corinna Vinci melelang putra semata wayangnya yang tidak kunjung menikah, semua orang disini pasti akan tertarik."

"Parla ancora e potrei spezzarti la mano." (2)

Hari ini, ia mengawali harinya cukup buruk. Demi rumah Tuscany yang ia rindukan, Carter sama sekali tidak membenci ibunya, Corinna Vinci. Namun wanita tersebut meneleponnya selama satu jam lebih untuk menceramahinya, dan menawarkan diri untuk mengatur kencan buta dengan daftar wanita yang sudah dikumpulkannya, entah sejak kapan Carter sendiri juga tidak tahu namun ide ibunya adalah hal paling konyol didunia yang tidak dapat ia sampaikan secara langsung kepadanya.

"Tidak. Aku tidak mau." Carter Vinci menggeleng kecil. Tidak memerlukan saran Andreas yang jauh lebih konyol. Matanya menelisik dengan tenang setiap orang yang berlalu-lalang didepan mereka. Lelang karya seni tahunan di Tuscany, diadakan oleh museum tempatnya bekerja sebagai kurator delapan bulan terakhir.

"Yang itu." Andreas menunjuk seorang wanita berambut brunette dengan gaun berwarna merah yang memunggungi mereka. "Itu temanku. Kubawa karena ia ingin melihat-lihat lukisan untuk keluarganya."

"Kolegaku akan menganggap aku membawa bocah playboy."

Andreas sesungguhnya hanya berjarak dua tahun dengan Vinci, merendahkan suaranya. "Setidaknya dia datang sendiri. Aku bisa memperkenalkan kalian."

"Hentikan." Carter meninggalkan sepupunya yang semakin menyebalkan.

Namun satu jam kemudian ditengah-tengah lelang, wanita bergaun merah yang ia ingat dibicarakan oleh sepupunya ternyata duduk diantaranya dan Andreas. Carter tidak mengatakan apapun kecuali dengan pandangannya, bahwa ia keberatan ada wanita asing yang duduk ditempat Andreas.

"Benar-benar keterlaluan," Andreas berdesis. Juru lelang mulai berbicara sehingga ia tidak memiliki waktu memperkenalkan temannya dengan Carter sejak pria itu bersikap seolah pria paling sibuk didunia dengan ponselnya. "Tidak perlu bersikap seolah kamu alergi berbasa-basi dengan wanita." Carter mengabaikan penuh sepupunya.

Tiga lukisan telah dilelang dan ia menyadari wanita tersebut belum mengajukan penawaran sama sekali. Carter kemudian menangkap gerakan gelisahnya yang secara konstan – namun lambat dan pelan sehingga orang-orang yang duduk disisinya tidak tahu – mengetukkan heels berwarna senada dengan gaun tersebut ke lantai marmer.

Mata keduanya kemudian bertemu. Dingin – adalah kesan pertama yang Carter buat ketika melihat mata cokelat terang tersebut. Sama seperti sebelumnya.

Lalu wanita tersebut tersenyum miring, yang entah kenapa dimatanya terlihat seperti setan merah yang tertawa karena pertemuan mereka. "Buenosera, Vinci."

"Apa Jay Graham tahu anaknya sedang disini?" Balas Carter dingin. "Karena aku tidak mau berurusan dengannya kecuali tugas aku sebagai orang yang bertanggung jawab dengan koleksi seninya."

"Andreas yang memberitahuku kalau sepupunya adalah kurator." Carter melihat senyum tipis yang muncul didepannya. "Siapa juga yang mengira kalau sepupunya adalah teman baik Papa?"

"Apa yang kamu lakukan disini?" Carter, mengenal Jay sebagai orang yang merekrutnya untuk mengawasi pengelolaan koleksi seni, barang antik, dan artefak di keluarganya.

"Ophelia." Suara kurator senior di museum tempatnya bekerja, sekaligus pemandu lelang hari ini menunjukkan sebuah lukisan yang diletakkan di kotak khusus transparan. Keduanya menoleh bersamaan ke podium didepan sana.

"Ophelia oleh John Everett Millais adalah lukisan ikonik yang menggambarkan karakter tragis Ophelia dari drama "Hamlet" karya Shakespeare. Lukisan ini sering dianggap sebagai salah satu contoh paling penting dari gerakan seni Pre-Raphaelite dan telah menjadi karya seni yang dicintai dan terkenal di dunia seni."

Evie terdiam. Perhatiannya kini terpusat pada juru lelang yang masih menjelaskan benda tersebut. "Representasi yang indah dan terperinci dari Ophelia yang terbaring di aliran sungai, dikelilingi oleh bunga dan dedaunan. Gaunnya berkibar di sekelilingnya, dan rambut panjangnya terkulai di dalam air. Warna-warna yang digunakan dalam lukisan ini sangat mencolok dan memikat, dengan warna biru, hijau, dan merah muda yang semuanya menonjol. "

Evie meletakkan tangannya yang lentik keatas paha Carter untuk menarik perhatian pria itu agar mendengarnya. "Aku menginginkan lukisan itu."

"Buat penawarannya dan berhenti berbicara kepada aku, Evie."

"Aku ingin kamu melakukannya untukku."

Suara juru lelang masih terdengar, "Ophelia, has been exhibited in some of the most prestigious museums and galleries in the world and is widely regarded as one of the finest examples of Pre-Raphaelite art. Signifikansi sejarahnya, dikombinasikan dengan keindahannya dan relevansinya secara budaya, membuatnya menjadi karya seni yang sangat diinginkan bagi kolektor. Berkaitan dengan proses penawaran sore ini, saya bisa menjamin kemungkinan besar minat yang signifikan pada Ophelia. Lelang ini akan menjadi kesempatan bagi penawar untuk memiliki sepotong sejarah dan memperoleh karya seni yang indah yang telah memikat penonton selama lebih dari satu abad."

"Oh, look who's come crawling for help with their painting bid. How the mighty have fallen. Sayang sekali, aku hanya bekerja untuk Jay–" Carter menunjukkan ketidaktertarikannya dengan jelas. "Aku tidak tertarik untuk membantu kamu."

"Secara keseluruhan, "Ophelia" karya John Everett Millais adalah sebuah mahakarya seni yang telah merebut hati dan imajinasi orang-orang di seluruh dunia. Signifikansinya, baik dari segi artistik maupun budaya, membuatnya menjadi karya seni yang sangat dicari, dan proses penawaran kemungkinan besar akan menjadi kompetitif dan menarik."

Evie berkata sekali lagi, "Aku akan memberikannya sebagai hadiah. Kamu harus tahu seberapa keras aku bekerja untuk mengumpulkan uangnya."

"Bukan urusanku."

"Kamu bisa membantu Papa, kenapa tidak dengan aku? Sudah aku bilang, ini untuk hadiah. Kalau nanti relasi saudaraku tahu aku mengikuti pelelangan ini , bisa-bisa info tersebar dan aku jadi gagal memberi kejutan kepadanya."

"Ascolta bene, piccola–" Carter menggeram. "Kamu adalah orang yang paling tidak ingin aku bawa-bawa dalam urusan pekerjaanku. Pertama; karena kamu anak klienku. Dan kedua; aku tidak suka kamu."

____

(1) Apa kamu gila?

(2) Bicara lagi dan aku bisa mematahkan tanganmu

Long RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang