BAB DUA

165 19 0
                                    

       "Carter Fucking Vinci, kamu sendiri yang bilang kalau tidak suka aku."

       Evie selama ini berpikir bahwa pria itu tidak pernah menyukainya. Selama Carter bekerja untuk ayahnya, mereka tidak pernah repot-repot bertukar kata walau berada di ruangan yang sama atau saat ia melihat pria tersebut mengawasi perawatan benda-benda milik ayahnya. Mengabaikan reputasi pria tersebut, interaksi pertamanya dengan Carter tidak berjalan begitu bagus, menurutnya.

       "Graham, kamu tidak sepintar yang kukira." Adalah kalimat pertama yang Carter ucapkan kepadanya saat itu. Tangan Carter tidak bergerak sama sekali, seolah menghiraukannya yang dua menit terakhir memegang dua gelang titanium polos. "I'm not a a world-renowned expert in repairing broken things."

       "Come on." Evie pertama kali dalam hidupnya memohon kepada pria tersebut. "Ini pemberian temanku dan aku tahu setidaknya kamu tahu bagaimana memperbaikinya."

       Carter hanya menatapnya tanpa merespon. Evelyn Tierney Graham untuk pertama kalinya pula merasa gugup dan kehilangan kata-kata didepan pria tanpa emosi tersebut. Namun, setelah beberapa saat, Carter akhirnya bersuara, "Kenapa kamu meminta bantuanku, Graham? Apa kamu tidak bisa meminta bantuan orang lain saja?"

       Evie menutupi keterkejutannya dengan berkata jujur, "Kamu adalah satu-satunya yang aku tahu yang ahli dalam perbaikan barang-barang berharga seperti ini." Ia menggigit bibirnya sendiri, "Dan ini benda berharga untuk aku. Maksudku, benar-benar berharga sehingga aku tidak bisa mempercayakannya ke sembarang orang."

       "Interesting, I've seen more of your Van Cleef pieces than this." Carter mengangkat alisnya,

       "Tapi aku tidak bisa membantumu, Graham. Ini hanya titanium polos, yang bisa kamu dapatkan barangnya dengan mudah di ... pasar." Ucapan pria itu terdengar sangat sombong ditelinganya. "Maaf bisa minggir? Aku perlu mengambil barangku di mobil."

       "Masalahnya aku tidak bisa beli, Vinci!"

       "Bocah, aku bekerja untuk ayahmu." Carter memicingkan mata. "Kamu tahu, Evie, jika kamu tidak memperlakukan barang-barangmu dengan lebih baik, kamu mungkin akan datang lagi kepadaku di masa depan dengan masalah yang sama." Kata Carter kepada Evie, tetap dengan nada sinisnya. "Dan mungkin aku akan menolakmu dengan cara yang sama pula."

       Evie merasa semakin kesal mendengar kata-kata itu. "Fuck you, Vinci!" Ia meninggikan suaranya.

       "Words." Carter hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Easy there, Graham. I'm simply endeavoring to speak truthfully." Ia berbalik melanjutkan langkah, meninggalkan Evie yang merasa kesal dan frustrasi di belakangnya.

       Dan Evie berpikir bahwa ia juga sama tidak menyukai pria tersebut. Untuk apa? Carter lebih mirip dengan Dewa Penghancur Barang dimatanya.

       "Lalu apa yang terjadi?" Tanya Carter kepada Evie setelah wanita itu menyumpahinya.

       "Sekarang kamu peduli?" Didalam kamar hotel remang tersebut, Evie berbalik hanya untuk menemukan dada bidang telanjang Carter lebih dekat dengan tubuh telanjangnya. Tiba-tiba, Evie sangat sadar akan Carter—tingginya; tangannya yang besar ketika tidur menyamping dengan satu tangan menyangga kepala; baunya, seperti cologne mint yang tajam —dan ketika dia sedikit membuka bibirnya, sisa-sisa wine tercium di napasnya. Merasakan napas Carter yang hangat diwajahnya. pria tersebut menunduk untuk menemukan mata Evie.

       "Why did we end up sleeping together in the same bed if I didn't care?" Tanya Carter.

       Evie tertawa kecil. "Karena aku menginginkannya."

       "Begitu juga dengan aku." Setelah memastikan Evie mendapatkan Ophelia yang sekarang ada di kamar hotel ini, ia sama sekali tidak mengira bahwa berdiri bersisian sepanjang acara bersama Evie akan membuat Corrina – yang juga datang di acara pelelangan – bersikap netral, setidaknya dalam beberapa hari kedepan.

       "Tidak pernah aku duga seorang Carter Vinci payah dalam berhubungan." Ejek Evie. "But the sex was quite a fun-filled ending." Ia berkata demikian sebelum merubah posisinya menjadi duduk di tepi ranjang. Pakaiannya dan pakaian Carter bertebaran di karpet, ia menarik selimut untuk menutupi bagian depan tubuhnya yang telanjang.

       Carter berani bertaruh kepada dirinya sendiri bahwa Evie yang berbagi ranjang dengannya sangat berbeda dengan Evie yang meminta bantuannya tahun lalu. "You've changed."

       "Either you – kurator paling sibuk di Italia." Evie menggunakan istilah yang jurnalis katakan di salah satu wawancara Carter.

       Carter mengangkat alis, "Kamu mencari tahu tentang diriku?"

      "Sex with a casanova was never on my bucket list. I need to know who I slept with, Vinci."

       Carter menarik napas dalam-dalam. Tentu wanita tersebut berubah, pikirnya.Evie terlihat dingin, tidak terjangkau, mungkin saja ia sekarang tidak percaya dengan ingatannya sendiri saat setahun yang lalu wanita yang baru saja tidur dengannya adalah orang yang sama dilihatnya sering menangis di sudut taman rumah tempatnya bekerja.

       "Kenapa Ophelia?"

       "Karena ia indah ... dan menyedihkan."

       "... "

       Memutus pembicaraan mereka, Evie berdiri dan merasakan tidak nyaman ketika ia berjalan namun ia berpura-pura menutupinya. Sepuluh menit ia berada di kamar mandi dan ketika melihat Carter masih diposisi yang sama dengan ponsel di tangan pria tersebut membuatnya berhenti di tengah pintu.

       "Kenapa kamu tidak pergi?"

       "Kenapa harus?" Carter merenung sejenak sebelum bertanya balik.

       "It's just one night stand, kenapa kamu tidak pergi disaat aku di kamar mandi, bersikap seperti lelaki pada umumnya?"

       Meletakkan ponselnya diatas nakas, Carter kemudian tersenyum miring, "I'm afraid I have to inform you that things didn't quite work out as expected, tapi aku bukan bagian dari mereka. Apa kamu menginginkan aku pergi, picolla?"

       "..."

       "Apa kamu menginginkan aku pergi dari tempat ini dan bersikap seolah kita tidak saling mengenal?" Carter bertanya memastikan sekali lagi. "Karena aku perlu tahu sejak ini bukan sikap yang biasa aku lakukan, Evie."

       "Memang apa yang akan kamu lakukan? Membuatkan mereka pancake dengan strawberry diatasnya?"

       "Tidak." Carter terkekeh. "Tapi aku bisa melakukannya untukmu besok."

       "Whatever." Evie melompat ke ranjang tersebut. Kaus hitamnya terbuka di bagian perut karena gerakan tersebut dan Carter melihat sendiri wanita itu tidak berniat memperbaiki letak kausnya.

       "Kamu boleh tidur disini asal jangan menyentuhku, Carter. Aku lelah." Suara Evie muncul saat jemari Carter menurunkan kaus itu menutupi perutnya. Evie berbalik memunggunginya.

       "Certo, piccola."

       Selanjutnya keheningan mengisi kamar tersebut, dari tempatnya duduk Carter melihat punggung Evie yang naik turun teratur, tanda bahwa wanita itu sudah tertidur. Carter yang masih tidak bergerak bergumam, "Aku tidak pernah bilang kalau aku tidak menyukai kamu."

       Tanpa Carter tahu, Evie tersenyum sepanjang tidurnya di malam yang sangat tenang tersebut.

____

Long RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang