Philippa Ermes meletakkan kantung-kantung berisi bahan makanan setelah ia masuk melalui pintu belakang rumah tempatnya bekerja sejak tiga tahun lalu. Dengan tangannya yang penuh ia juga membawa sebotol kaca besar berisi saus tomat olahan keluarganya dan bersiap memulai pekerjaannya saat tiba-tiba sosok pria tinggi memasuki dapur tempatnya berada.
Philippa tersenyum dengan lebar, "Buongiorno Signore Vinci."
"Buongiorno, Nonna." Carter bergerak maju memeluk saat Philippa merentangkan tangan untuknya. "Non dirmi che sei entrato di nuovo in casa attraverso la porta sul retro, eh?" (1)
Philippa Ermes – atau Pippa, wanita dengan usia melewati setengah abad yang pernah bekerja dengan keluarga Vinci selama delapan tahun sebelum akhirnya kembali Firenze mengikuti suaminya. Carter yang tumbuh dengan dampingan Philippa disepanjang masa kanak-kananya kemudian menawarkan wanita tersebut untuk mengurus rumah di Firenze yang akan ia kunjungi sekali setiap enam bulan sekali. Rumah satu lantai dengan dua kamar tidur, dan halaman luas yang mengelilinginya. Carter juga mempekerjakan Umberto, seorang tukang kebun sehingga Pippa tidak memiliki pekerjaan yang terlalu berat selain membersihkan rumah tersebut seminggu sekali dan memasakkan makanan untuk Carter dan Evie ketika mereka berkunjung – oh, jangan lupakan tentang bagaimana keahlian Pippa di dapur mampu membuat Evie menambah berat badannya hanya dalam beberapa hari.
Philippa tidak mengangguk atau menggeleng, melainkan hanya menepuk punggung Carter yang lebih tinggi darinya. Carter kembali berkata, "Aku serius, Nonna Pippa. Aku tidak mengerti kenapa kamu selalu menggunakan pintu belakang dibandingkan pintu depan."
"Scussa, Carter. Ini hanya tentang kebiasaan. Melewati pintu belakang memudahkanku menaruh barang-barang. Guarda qui!"
"Minta saja Umberto membawakannya, bahkan dari rumahmu."
"Non sono così vecchia." (2) Menyadari bahwa mendebat Carter adalah hal sia-sia, ia lebih memilih melanjutkan kegiatannya dengan mengambil pentola dari rak, memindahkan saus tomat dari botol kaca untuk ia masak. Dua menit berselang karena ia memindahkan bahan-bahan lain, seolah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya Philippa berbalik untuk mengacungkan spatula kayu ke depan wajah Carter, menangkap basah pria dewasa tersebut tengah mencelupkan ujung jari kelingking ke dalam pentola tersebut.
Dimata Philippa, Carter tidak terlihat berbeda seperti keponakan balitanya saat pria tersebut meringis tanpa wajah bersalah, "Mi dispiace, Nonna. Harus ada yang mencobanya terlebih dulu dan dengan sukarela aku menawarkan diri."
"Jari dan mulut kamu tidak bisa dipercaya," suara jernih wanita yang ia hafal bergabung dengan mereka sebelum Carter menyadarinya. Evie yang sudah mengganti kemeja hitam Carter yang sebelumnya ia pakai dengan kaus dan celana jeans miliknya sendiri kemudian berdiri disebelah Carter. "Buongiorno, Pippa."
Berbeda dengan Carter, Philippa secara pribadi meminta Evie untuk memanggil namanya secara langsung tanpa embelan lain. Philippa tersenyum lebar kepada Evie, "Buongiorno, bella Evie. Come stai?"
"Sto bene, grazie." Jawab Evie sambil duduk di kursi tinggi, menarik bahu Carter agar pria itu juga ikut duduk disampingnya. Ia menopangkan dagu, memiringkan kepalanya saat berbicara, "Pippa tidak perlu mengandalkan jari dan mulut kamu."
"Siapa yang membutuhkan manner ketika punya nafsu makan sepertinya?" Philippa membalas dengan sarkasmenya sebelum beralih kepada Carter dengan tawa dimatanya. "Kamu harus belajar darinya, Carter. Dia tahu cara menghormati orang lain dan tidak mencoba mencuri makanan sebelum disajikan."
Pada beberapa sudut wajah Philippa terlihat kerutan yang tidak mengurangi keanggunannya, seolah menjadi saksi sekaligus bukti hidup yang telah dilalui oleh Philippa Ermes. Rambut Philippa yang hitam dihiasi beberapa warna perak yang lembut, ditata olehnya menjadi sanggul sederhana. Mata Philippa memiliki warna cokelat yang mencolok, tajam sekaligus teduh – penuh tekad yang menjadi ciri khasnya sendiri.
"Tidak ada yang bisa menolak masakan Nonna, mencicipinya sedikit hanya seperti dosa yang harus dilakukan."
"Jangan mendebatku walau kamu memiliki alasan yang bagus, Carter."
Ketika Philippa beranjak pergi dari hadapan keduanya untuk mengambil beberapa bahan di kebun, Evie menyentuh lengan Carter untuk menarik perhatian lelaki tersebut. "Kamu harus memberitahunya."
"Memberitahu apa?"
"Kalau ini adalah kunjungan terakhir kita disini. Philippa selama ini baik –sangat baik dalam mengurus kita dan aku tidak ingin meninggalkan kesan yang buruk dimatanya. Tidak menjamin kalau aku akan bertemu dengannya lagi dimasa depan, tetapi Philippa. Ini Philippa. God, dia sangat baik. Kamu bisa memberitahunya bulan depan sehingga ia tidak menunggu kita."
"Tunggu." Dengan jelas Carter terlihat sangat keberatan dengan hal tersebut. "Really? Sekarang?"
"Sangat jelas kalau kita berdua – aku dan kamu tidak akan kembali ke rumah ini." Rumah yang tiga tahun terakhir digunakan sebagai tempat liburan mereka, merupakan rumah yang dibeli oleh Evie sehari setelah ia dan Carter setuju menjadi partner tidur. "Dan aku akan menjualnya dalam dua bulan, Carter."
" ... "
"Tidak."
"Excuse me?" Alis Evie sedikit terangkat.
"Kamu tidak boleh menjual rumah ini."
"Kamu aneh. Ada alasan yang masuk akal kenapa aku tidak boleh menjual rumahku sendiri?" tanya Evie dengan heran. Ia terlebih dahulu mendahului Carter untuk melanjutkan kata-katanya. "Or what, kamu ingin menolak permintaanku karena itu melukai harga dirimu? Bilang saja kalau kamu mencampakkan aku, atau alasan lainnya yang bisa kamu berikan selama itu menguntungkan untuk kamu. It's fair enough."
"I don't give a fuck for that. Kenapa kamu sangat peduli kepada mereka ketika kamu bisa melakukan sebaliknya?"
Evie yang tidak ingin permintaanya disalahartikan kemudian berkata, "Jangan menganggap aku sebagai orang yang baik, Carter. You know that. Aku hanya berusaha menyelesaikan bagianku."
"Mungkin seharusnya aku tidak melupakan bagaimana kamu selalu menempatkan dirimu sendiri di urutan teratas. Have you ever considered enjoying our vacation instead of talking about the fucking wed? At least appreciate what we are doing right now."
"Like what? Mencuri saus Pippa?" Tanya Evie kepada Carter. Tangannya lebih dulu mengambil potongan ciopa diatas meja sebelum ia berdiri, mencolek saus didalam pentola dengan cekatan dan membawa ciopa berlapis saus tomat tersebut masuk ke mulutnya. Tanpa menghentikan kunyahannya, Evie tidak melepaskan matanya dari pria yang kini terang-terangan menatapnya tajam. "You do you, Carter."
____
(1) Jangan bilang kamu masuk rumah lewat pintu belakang lagi?
(2) Aku tidak setua itu.
____
Buongiorno!
Untuk yang follow twitter aku, pasti tahu sedikit kalau aku sedang sibuk-sibuknya. Tetapi, menulis Long Run itu salah satu kegiatan yang menyenangkan. Dalam beberapa minggu kedepan, kesibukanku akan bertambah. Jadi, aku tidak bisa update secepat dulu, mungkin aku akan menunggu ceritaku mencapai target vote saja. Kali ini aku ingin mencoba dengan 15 vote untuk up bab ke lima dari Long Run.
Ciao ragazzi!

KAMU SEDANG MEMBACA
Long Run
RomanceLong Run | #2 Mint Series © 2023 Grenatalie. Seluruh hak cipta.