p r o l o g

14 6 0
                                    

Hai, ini cerita pertamaku di sini

Semoga kalian suka dengan ceritaku

Jangan lupa tinggalin jejak dengan bantu vote dan komentar

" Up tiap hari Selasa ya"

Selamat membaca





•••

Pukul 22.15 pm

Suasana jalanan ibu kota cukup lenggang  sekarang, beberapa pengendara masih lalu lalang di jalanan. Termasuk Laki-laki dengan balutan jaket kebanggaannya, ia memacu motor sport berwarna merahnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tidak peduli dengan umpatan dari pengendara lain. Mata elangnya  terus fokus menatap jalanan yang ada di depannya.

Tujuan Laki-laki tersebut adalah rumahnya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman kini malah sebaliknya. Kenalin..

Dia El, Alfiansyah Rafael

atau sering di sebut El. Laki-laki yang memiliki mata elang, hidung mancung, bibir tipis, tinggi 180, dan memiliki IQ di atas rata-rata.

•••

Setelah sampai di depan rumahnya, ia membuka gerbang dan memasukkan motor sport kesayangannya ke dalam garasi. Tak butuh waktu lama, Laki- laki dengan balutan jaket kulit itu memasuki rumahnya yang megah.

Saat ingin menutup pintu, dari arah belakang ada yang melempari sepatu sampai mengenai kepalanya. Laki-laki tersebut berbalik badan dan memegangi kepalanya yang terasa ngilu.

Tangannya masih memegangi kepala dan matanya memandangi sepatu yang terkena ke kepalanya. Saat mata  Laki-laki itu menatap lurus, Laki-laki tersebut melotot dengan sempurna.

Karena orang yang di depannya sekarang adalah Ayahnya

Dia Evan Syahputra

atau sering di panggil Evan. Pria paruh baya yang memiliki bahu lebar dan badan besar kini menatap putra ke duanya dengan tatapan tajam dan kepalan tangan yang siap menghajar orang di depannya.

Kemudian lelaki paruh baya itu melangkah ke arah putra keduanya, tak lain adalah El, Alfiansyah Rafael. Putra kedua dari pasangan Evan Syahputra dan Alfian Jingga Pramana

•••

El yang dari tadi gemetaran karena melihat ayahnya hanya menatap bawah dengan tangan masih menggenggam sepatu.

Setelah sampai di depan El, ayahnya mengambil paksa sepatu yang di genggam El dan memukul badan El dengan sepatu yang di genggam nya.

"Dari mana saja bodoh!" Ucap Evan dengan penuh amarah

El yang kesakitan dan juga ketakutan tidak berani menjawab pertanyaan dari sang Ayah.

"Nggak punya mulut kamu hah! Dasar anak gak guna!"

El tak langsung menjawab, ia hanya memejamkan matanya sambil meremas kuat jaket yang ia kenakan untuk menyalurkan rasa sakit yang di berikan ayahnya.

"Kamu itu bisa nggak kayak kakak kamu hah! Nggak pernah main, sering ikut olimpiade, nggak pernah melawan, nggak pernah main keluyuran kayak kamu!" Ucap Evan sambil memukuli sang anak dengan sepatu yang ia genggam.

Dari arah dapur, bibi terbangun karena mendengar keributan yang berasal dari ruang tamu. Karena penasaran ia pun berdiri dan berjalan ke ruang tamu.

Bibi pun membelakkan matanya dan mengangga karena melihat anak yang di pukuli oleh ayahnya secara habis-habisan. Karena tak tega, ia pun menghampiri Evan dan El.

"Pak udah pak, kasian den El pak" teriak bibi histeris.

Karena Evan tak kunjung mereda, dengan sigab bibi memeluk El yang sedang meringkuk. Saat bibi memeluk El, Evan menghentikan kegiatannya.

"Ini baru pemula, dan besok kalau kamu ulangi lagi, kamu akan tanggung sendiri akibatnya!" Ucap Evan dengan nada tinggi dan meninggalkan El dan juga bibi yang meringkuk di depan pintu.

Sungguh orang yang gak punya hati, Evan berjalan membelakangi mereka dan menuju ke kamar sang anak pertama.

"Kamu gak papa kan nak?" Tanya bibi lembut.

"Gak papa kok bik, kan udah biasa" jawab El di iringi senyum yang amat pait.

Sungguh hati bibi tak tega melihat senyum yang keluar dari mulut El.

Sang ibu yang dari tadi hanya duduk dan membaca novel di kursi ruang tamu dengan gak punya hati pun pergi meninggalkan El dan bibi, seperti tidak terjadi apa-apa.

Mata El menatap kepergian sang ibu dengan iba.

"Apakah aku se gak bergunanya itu ya?" Tanya El dalam hati.

"Udah den jangan di lihatin, mending sekarang ikut bibi ke dapur yuk, biar bibi obatin luka nya" ajak Bibi kepada El.

El tak menjawab dan hanya mengangguk kan kepala tanda setuju. Kemudian Bibi membantu El berdiri dan memapah menuju ke dapur.



























































Giman ceritanya, seru gak?

Kalau seru jangan lupa tinggalin vote ya biar rajin up nya









Makasih

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang