◾ Chapter | 12

1K 53 0
                                    

••••


Membuka mata secara perlahan lalu menyesuaikan cahaya yang masuk dan Jillian langsung tersadar jika dirinya berada di tempat asing. Hal terakhir yang dia ingat adalah tertidur di pangkuan Kay.

Teringat dengan hal yang terjadi padanya membuat Jillian merasakan perasaan cemas yang luar biasa, dia mencoba menenangkan dirinya dengan bernafas secara perlahan hingga rasa paniknya berangsur hilang.

Jillian ingat ketika dirinya sedang berjalan-jalan di sekitar area taman tiba-tiba saja muncul kepulan asap dari arah depan Mansion membuatnya panik karena mengira itu kebakaran. Saat akan menjauh Jillian mendengar suara tembakan membuatnya membeku.

Karena penasaran dengan apa yang terjadi, Jillian malah berjalan menuju depan dan matanya membulat seketika ketika mendapati para pengawal yang biasanya berjaga tergeletak tidak bernyawa dengan luka tembakan.

Lalu sebuah mobil hitam masuk dan pengemudinya yang ternyata Aebi keluar dengan berlari menuju tempatnya berada.

“Nona apa yang terjadi?” Aebi memeriksa apakah Jillian terluka. Aebi baru kembali setelah menyelesaikan pekerjaan yang di berikan sang tuan dan ketika kembali dia malah mendapati keadaan Mansion yang kacau.

“Ti-tidak tau paman, ini tiba-tiba.” jawab Jillian dengan terbata-bata.

Aebi masuk ke dalam untuk memeriksa apa yang terjadi, Jillian yang melihatnya segera menyusul Aebi tanpa menoleh pada para penjaga yang telah kehilangan nyawa.

“PAMAN AWAS!” Jillian berteriak ketika seseorang tiba-tiba muncul dari belakang pintu lalu memukul kepala Aebi dengan sebuah tongkat besi hingga membuatnya jatuh dan tidak sadar seketika. Tidak terkira.

Jillian mundur secara perlahan ketika orang-orang itu mendekat kearahnya. Lalu matanya melihat kearah Aebi, darah menggenang di bawah kepalanya membuat lutut Jillian lemas seketika.

Tidak. Jangan. Jillian menggelengkan kepalanya dengan air mata yang mengalir dari sudut matanya.

Saat pria di depannya akan menyentuhnya, Jillian segera berlari menuju tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Tapi sebelum pintunya tertutup dia kalah cepat karena orang-orang itu datang lalu menerobos masuk ke dalam kamarnya.

Jillian lari menuju kamar mandi tapi langkahnya terhenti ketika rambutnya di tarik dari belakang hingga membuat kepalanya mendongak.

“Mau kemana cantik.” Jillian menyiku orang itu tepat di dadanya hingga tarikan di rambutnya terlepas.

Jillian merasa terpojok karena posisinya sendiri sedangkan orang-orang di depannya lebih dari lima jadi gadis itu tidak yakin apakah bisa melawan. Tapi setidaknya dia harus mencoba.

Jillian menyerang orang-orang itu dengan sekuat tenaga, dia melayangkan pukulan-pukulan pada wajah yang tertutupi kain itu. Jillian lengah, satu orang di belakangnya menendang punggungnya hingga membuatnya tersungkur ke kasur. Tangannya terkena ujung meja hingga sobek. Saat akan bangkit kedua tangannya di tahan dan kakinya segera diikat, dia memberontak berharap lepas tapi tenaganya kalah.

LABYRINTHINE [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang