PROLOGUE

195 28 2
                                    

Terkadang, Gemintang Utara masih tak percaya kalau namanya yang mencolok itu berasal dari kegemaran masa lalu ayahnya di SMA.

Beliau bukanlah peminat murni jurusan IPA, dan berakhir di sana karena memenuhi tuntutan orang tua dengan segala stigma tradisionalnya. Tak ada satupun mata pelajaran minat yang disukainya, kecuali satu saja. Itu pun hanya satu bab inti, namun langsung menjadi favorit sang ayah hingga lulus dari sekolahan yang dianggapnya neraka dunia.

Sistem Tata Surya.

Ayah Gemintang Utara begitu menyukainya, seperti telanjur jatuh dan terseret ke dalam lubang hitam di luar angkasa. Sang ibunda hanya menggeleng heran ketika suaminya berceletuk, tetapi tetap mengiyakan sebab gabungan dua kata itu juga membuatnya semakin jatuh hati kepada si bayi baru lahir.

… Sebagaimana bintang di kutub utara pada malam hari. Bintang paling terang di rasi Ursa Minor yang berbentuk beruang kecil dan berfungsi sebagai penunjuk arah utara.

Sayang, kamu seperti berharap anak kita menjadi jelmaan kompas…

Senyum geli dilayangkan begitu gemas. “Aku ingin di masa depan nanti, Gemintang Utara menjadi anak yang cemerlang sehingga bisa membantu orang lain meraih dan menemukan mimpinya,” jawab sang ayah ketika menatap ibunda dari anak pertamanya penuh sayang. Mengharapkan bahwa apapun yang dialaminya di masa SMA, tak lagi berlanjut pada kehidupan sang anak kelak. “Kita panggil dia 'Bintang'. Bintang kecil kita.

Gemintang Utara tak menolak, pun dia juga menyukai sebutan itu.

Seiring berjalannya waktu, bermunculan sebutan-sebutan baru. Ketika SD, teman sekelas mengusulkan ‘Gege’ karena lebih singkat diucap. Beranjak SMP, berganti lagi menjadi ‘Gemi’ atas ucapan para guru ketika presensi berlangsung. Sekarang menginjak SMA, semakin beragam; tetapi setidaknya beberapa mengakui nama ‘Bintang’ sebagai yang sebenarnya. Meskipun juga… ada saja yang malah menamai ‘Gama’ karena dirinya tak lepas dari dunia fisika dan matematika.

Hanya satu orang yang memanggilnya berbeda dari yang lain.

—Mulai sekarang, nama lo ‘Utara’. Karena gue yakin seratus persen belum ada yang manggil lo begitu.

Ingat sekali kejadian itu bertempat di waktu istirahat setelah acara orientasi SMA. Dahi berponi Gemintang mengernyit heran, mendapati seorang manusia unik mengajaknya berkenalan dan langsung memberi panggilan kelewat biasa. “Kenapa kamu sangat yakin belum pernah ada yang pakai?” ujarnya, yang sebenarnya menyetujui dalam batin perkataan siswa dengan kedua kaki tak bisa berhenti bergerak.

Nama gue Fajar Malam, dan lo bakal jadi yang pertama manggil gue ‘Malam’.

Tak disangka, sekian demi sekian pertemuan, keduanya berteman akrab; menjadi satu-satunya yang saling memanggil dengan nama belakang.

Bagi sebagian orang, kelakuan itu terdengar aneh dan asing. Jarang sekali menemukan saling bertegur sapa dengan nama akhir, tanpa ada niatan terselubung. Awalnya bisa ditebak, kalau Gemintang masih enggan, tapi melihat betapa Fajar terkesan mustahil untuk ditolak, jadilah dirinya mengikuti saja permainan saling panggil nama ini.

Dan kisah mereka berdua tak hanya sekadar perihal nama. Bukan hanya soal kegigihan Fajar yang membuat Gemintang menerima kebiasaan baru mereka.

Melainkan sesuatu tak disangka akan muncul kemudian; sebuah rasa mulai disadari telah tumbuh di dalam relung hati sang Utara. Yang mungkin, jika tulisan ini menjadi suatu karya unggahan, akan nampak seperti alur cliché kebanyakan. Sebab di akhir, telah menunggu terkuaknya suatu gejolak terpendam milik Gemintang Utara, yang sangat perlu diutarakan kepada Fajar Malam sebelum waktu kembali bergulir tak tentu arah.

.

.

.

First time writing GeminiFourth fanfiict, what do you guys think?

Nanti akan di-update sambil on-going, so don't forget to share your thoughts & feedbacks by vote and comments!

Hope you guys enjoy it 🥳🤍

BINTANG FAJAR • geminifourth ✖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang