"Aaaakkhhh..."
"Faster, Lisa.."
"Uggghhh, Jennie. Oh my Godness!!!"
"Lisa, baby.. I will cum! Akhhh.. Ssssshh!!!"
"Cum for me. Come on!"
Lisa terus menghentakan dua jarinya sampai terdengar bunyi yang begitu indah di pendengaran keduanya. Semakin cepat hentakan yang dia buat, maka semakin keras rintihan Jennie yang berada di bawah kungkungannya.
"Give up! Aku akan keluar sekarang. Akkkhhh!!!" teriakan keras Jennie beriringan dengan cairan hangat yang mengalir begitu banyak di jari Lisa yang masih memasuki inti Jennie. Semakin basah maka semakin semangat Lisa mendorongnya sehingga dengan melihat wajah Jennie yang begitu menegang karena merasakan kenikmatan membuat Lisa juga mendapat orgasme yang sama.
Kuku Jennie menancap di punggung Lisa sementara Lisa masih enggan melepas dua jarinya di dalam milik Jennie. Setelah pelepasan keduanya, Lisa terdampar diatas tubuh Jennie. Mereka berdua masih terengah dan berkeringat banyak meskipun pendingin ruangan bekerja dengan baik.
"Ayo bangun. Aku harus membersihkan tubuhku." ucap Jennie dengan suara serak. Dia terlalu banyak berteriak karena Lisa tidak memberikan ampun dengan permainannya.
Lisa mencabut dua jarinya membuat Jennie sedikit tersentak. Miliknya masih sensitif jadi sedikit pergerakan membuatnya berdenyut. "Bersihkan ini." perintah Lisa pada Jennie. Dia memasukan kedua jarinya sendiri pada mulut Jennie, membuat Jennie terpaksa menggulum kedua jari Lisa.
Lisa membuka sedikit mulutnya karena sensasi yang diberikan mulut Jennie pada jari manis dan jari tengahnya. Rasanya Lisa ingin kembali mengulang permainan mereka. Namun itu tidak mungkin, Jennie pasti menolaknya.
Setelah kedua jari Lisa bersih oleh mulut Jennie, Jennie mendorong tubuh Lisa agar tidak menindihnya. Jennie bangkit dari tempat tidur nyaman Lisa kemudian dia meraih kemeja putih dan celana pendeknya untuk dia kenakan kembali sambil menatap cermin di hadapannya.
Lisa ikut bangkit dan segera memakai celana pendeknya juga dan kaos polosnya. Dia langsung memeluk Jennie dari belakang dan mereka berdua bertatapan melalui cermin itu.
"Kau tidak ingin bermalam disini?" tanya Lisa pelan. Jennie dengan wajah datarnya hanya menggeleng. Dia mencoba melepaskan tangan Lisa yang melingkari tubuhnya namun itu terlalu kuat, sehingga Jennie hanya bisa pasrah.
"Lepas, Lisa. Aku harus kembali." ucap Jennie sambil menatap Lisa dari balik cerminnya.
Lisa menggeleng dan menyandarkan dagunya pada pundak Jennie. Jennie begitu pas dalam tubuh Lisa. Sebenarnya mereka terlihat sangat cocok satu sama lain.
Jennie yang jengah kemudian memutar bola matanya, "Ini malam minggu. Seharusnya kau berkencan dengan kekasihmu." ucap Jennie masih berusaha melepaskan tangan Lisa yang melingkar erat di perutnya.
"Rosè masih di Melbourne." jawab Lisa singkat. Dia sudah malas jika Jennie mulai membahas kekasihnya. Seharusnya jika mereka sedang berdua yang Lisa inginkan hanyalah ada Jennie dan Lisa, tidak perlu membahas orang lain. Tapi Jennie tidak pernah mengindahkan keinginan Lisa.
"Aku bilang lepas, Lisa. Aku harus kembali. Ayahmu bisa marah jika tahu aku berada disini." pinta Jennie sama sekali tidak di dengar Lisa. Tatapan Lisa semakin marah ketika mendengar permintaan Jennie.
Lisa membalikan tubuh Jennie dan menatap dalam mata orang yang dicintainya itu. Jennie yang berada di atas tempat tidur tadi sangat berbeda dengan Jennie yang kini ada di hadapannya. Dia lebih menyukai ketika mereka sedang bercinta dibanding mengobrol seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOT STORY COMPILATION - JENLISA
RomanceA taste that feels like a roller coaster JENLISA STORY (ONE-SHOT COMPILATION) GXG ID🇲🇨