Click..
Click..
Click..
Suara kamera memotret berkali-kali namun sudah hampir dua setengah jam tidak ada hasil yang pas menurut sang fotografer itu. Dia mendengus kesal ketika melihat hasilnya. Tidak ada hasil yang bagus sejak tadi membuat pemotretan ini berjalan sia-sia.
"Kita break 15 menit. Rapikan make up nya." sang fotografer berbicara sedikit membentak kepada seluruh staffnya.
Semua orang meninggalkan tempat untuk mengikuti instruksi fotografer tersebut. Jangan salah, meskipun dia bukan atasannya tapi para staff selaku takut jika fotografer ini memarahi mereka. Tidak ada yang berani sama sekali.
Dia membuka laptopnya dan mulai memindahkan foto-foto hasil bidikannya. Dia melihat satu persatu foto dan sama sekali tidak ada hasil yang bagus. Dia mengehela nafasnya dengan kesal, tidak suka sama sekali dengan hasil kerjanya hari ini.
"Lisa, tanpa meragukan keahlianmu, aku sebagai orang awam malah melihat semua foto ini tidak ada yang gagal." seorang pria tiba-tiba duduk di samping Lisa sambil merangkul pundaknya.
Lisa berdecak dan melepas paksa rangkulan pria sekaligus sahabatnya itu. Pria itu malah terkekeh karena Lisa memang akan bersikap 180 derajat sangat berbeda dari sifat aslinya.
"Tidak ada pose yang pas, Kai." jawab singkat Lisa. Matanya masih terus menatap layar laptopnya mencari satu foto yang menurutnya bagus, tapi tidak ada sama sekali.
"Menurutku semua fotonya bagus. Sudahlah, tidak perlu mengulang sesi pemotretannya. Biar aku yang memilih." Kai akan meraih mouse yang sedang Lisa genggam tapi Lisa menepis tangan Kai.
"Jangan ganggu aku!" bentak Lisa, namun Kai tidak sama sekali takut pada sahabatnya ini.
Mereka sudah bersahabat selama hampir 6 tahun sejak masuk universitas. Meskipun bidang yang mereka ambil berbeda saat berkuliah, tapi keduanya adalah sahabat yang dekat dan lengket satu sama lain.
Lisa mengambil jurusan fotografi sementara Kai mengambil jurusan bisnis dan manajemen. Satu angkatan mereka bahkan selalu bergosip jika mereka berpacaran karena tidak mungkin ada pria dan wanita bersahabat tanpa melibatkan perasaan.
Namun tentu saja itu semua salah, selama 6 tahun ini baik Lisa maupun Kai tidak memiliki perasaan satu sama lain. Kasih sayang mereka berdua murni sebatas antara sesama teman.
Kai sudah sangat paham bagaimana sifat Lisa. Jika gadis tinggi itu sedang kesal maka Lisa akan berubah menjadi seorang yang pemarah dan tidak bisa mengontrol emosinya. Tapi Kai tidak khawatir karena itu hanya akan sementara saja. Jika rasa kesalnya sudah mereda, Lisa akan kembali menjadi gadis ceria dan menyenangkan.
Kai, dia memang sengaja langsung mengajak Lisa bergabung di perusahaan milik ayahnya. Ayahnya adalah pemilik salah satu brand rumah mode terbesar di dunia. Produknya tidak diragukan lagi dan kekayaan keluarga mereka setiap tahunnya bahkan mampu menjadikan keluarga mereka sebagai keluarga terkaya di Korea Selatan.
Namun sifat Kai yang rendah hati semenjak kuliah tidak pernah hilang, bahkan saat dia diangkat sebagai pengganti ayahnya di perusahaan, dia tetap berbaur dengan staff mereka ketika melakukan pemotretan. Apalagi ketika Lisa sedang bekerja, bahkan dia selalu mendahulukan menemani Lisa dibanding pekerjaannya sendiri.
Eksistensi Lisa sebagai fotografer bukan hanya karena dia di rekrut dan di rekomendasikan oleh sahabatnya, tapi dia memang ahli di bidangnya. Bahkan tidak sedikit brand-brand memberikan penawaran kepada Lisa dengan sangat fantastis hanya untuk menjadikannya fotografer di perusahaan mereka. Tapi Lisa setia pada perusahaan yang sudah membesarkan namanya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOT STORY COMPILATION - JENLISA
RomanceA taste that feels like a roller coaster JENLISA STORY (ONE-SHOT COMPILATION) GXG ID🇲🇨