My Sister, My Love: "Cih, cowok pengecut"

656 30 1
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi...

Semua siswa bersiap-siap untuk pulang tak terkecuali Moona dan Arissa.

*Tring...*
Suara notifikasi pesan dari ponsel Arissa.

Arissa membuka pesan yang ternyata dari Pak Zavi, ia lalu membaca isi pesan tersebut.

(Nak, ayah nanti sepertinya tidak bisa menjemput kamu. Pekerjaan kantor ayah masih banyak.. Nanti kamu pulang nya sama Moona saja.)

(Iya yah) balas Arissa.

Arissa melirik ke arah Moona yang sedang berbicara dengan kedua teman nya.

"Gimana? Jadi kan?" Tanya Ollie, yang juga merupakan salah satu sahabat Moona.

"Jadi dong." Jawab Chintya.

"Jadi, nanti lo sama Chintya, gue sendiri aja."

Melihat hal itu Arissa mengurungkan niat nya, ia akan mencari taksi saja untuk pulang.

"Ketua belum pulang?" Tanya Ollie pada Arissa.

"Belum, lagi nunggu Izza, dia lagi ke toilet."

"Ooh... Kalau gitu, kami permisi dulu."

Moona dan kedua teman nya meninggalkan Arissa sendiri di kelas.
Setelah 5 menit menunggu, akhirnya Izza kembali dari toilet.

"Udah selesai?"

"Udah.. Sorry ya, lo jadi pulang nya telat."

"Gapapa."

"Lo udah di jemput?" Tanya Izza pada Arissa.

"Gue pulang nya naik taksi." Jawab Arissa.

"Lo sama gue aja pulang nya, gimana?" Ucap Izza menawari Arissa untuk pulang bersama nya.

"Kagak usah Za, gue pulang naik taksi aja."

Izza juga tidak bisa memaksa Arissa untuk pulang bersama nya.

Sesampainya di depan gerbang, Arissa dan Izza berpisah, karena supir Izza sudah menunggu nya di seberang jalan.

"Gue duluan ya."

"Iya, Hati-hati di jalan."

Setelah itu Arissa pun segera memesan taksi, tetapi ia tak kunjung mendapatkan nya. Arissa tidak menyerah, ia terus mencoba untuk memesan taksi tapi tidak mendapatkan nya.

Saat sedang mencoba untuk memesan taksi, tiba-tiba sebuah sepeda motor ninja yang di kendarai seorang cowo berhenti tepat di depan Arissa.

("Tch, kenapa dia ada di sini?!") Gerutu Arissa dalam hati nya.

"Pulang nya sama gue aja." Ucap cowo itu yang ternyata adalah Rendy.

"Ga usah!" Tolak Arissa dengan tegas.

"Gapapa, ayo sama gue aja."
"Nanti gue traktir di cafe deh."
"Habis itu pasti gue antar pulang kok."

Arissa hanya diam mengabaikan Rendy.

"Mau ya?" Tanya Rendy.

"Gue udah bilang ga, ya ga! Lo paham!!"

"Udah, ayo!" Rendy menarik tangan Arissa secara kasar untuk duduk di motor nya.

"Gue ga mau Ren! LEPASIN!!" Bentak Arissa.

Rendy tidak mendengar kan Arissa dan tetap memaksa menarik tangan Arissa untuk duduk di sepeda motor nya.

"WOY! LEPASIN TANGAN DIA!" Kata Moona berteriak. Moona lalu turun dari motor nya menghampiri Arissa dan Rendy.

"Lo siapa! Kenapa lo selalu ikut campur! Ini urusan gue sama Arissa!"
"Mending sekarang lo cabut dari sini!" Perintah Rendy.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue, mending sekarang lo yang cabut dari sini." Moona pun tidak mau kalah dari Rendy.

Rendy mengangkat tangan nya dan melayang kan tamparan di pipi Moona, tapi dengan segera Arissa menahan tangan Rendy.

"Kenapa?! Mau nampar! Tampar aja!" Moona semakin menantang Rendy, dan Rendy pun semakin tersulut emosi.

"Rendy, mending lo cabut dari sini.. Atau mau gue panggilin satpam!!" Usir Arissa pada Rendy.

"Cih.. Dasar cowo pengecut, berani nya main tangan."

Rendy yang mendengar perkataan Moona menjadi semakin emosi, ia menampar pipi Moona dengan sangat keras.

"RENDY!!" Belum sempat Arissa menyelesaikan omongan nya, Pak Satpam sudah ada di belakang Rendy.

"Ayo ikut saya ke ruang bk! Saya sudah liat semua nya!" Ucap Pak Satpam sambil menarik Rendy.

Arissa menghampiri Moona yang Terduduk di trotoar sambil menundukkan kepala nya.

"Moon, kamu gapapa?" Tanya Arissa, dari nada nya ia terlihat sangat cemas.

Moona mengangkat kepala nya.
"Maaf, tadi aku terlambat."

"Astaga Moona!" Arissa kaget melihat hidung dan bibir Moona mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Arissa langsung mengeluarkan tisu dari dalam tas nya, karena dia dulu merupakan anak PMR.. Jadi ia tau bagaimana cara untuk menghentikan darah yang mengalir pada hidung Moona.

"Maaf, tadi aku terlambat." Ucap Moona dengan menyesal.

"Udah.. Sekarang kita pulang dulu, biar aku saja yang bonceng, dan ini tisu nya jika darah nya masih keluar." Kata Arissa memberikan sebungkus tisu kepada Moona.

Moona melihat dengan jelas kekhawatiran yang ada di raut wajah Arissa.


My Sister, My Love! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang