nol

25 5 14
                                    

libur panjang setelah kelulusan dari sekolah menengah atas (SMA) adalah hal yang paling ditunggu tunggu, sebelum lanjut pada tingkat stress tahap selanjutnya. melainkan, kuliah sama halnya dengan sekumpulan remaja ini, mereka memutuskan berlibur ke salah satu kota yang sering kali mereka idam idamkan

Terlebih, hubungan mereka sudah dua tahun hanya terjalin lewat ponsel saja. Belum pernah ada interaksi langsung diantara mereka, jadilah liburan akhir tahun adalah hal yang paling ditunggu dan menyenangkan menurut tanggapan mereka. 

Seyna turun dari tangga secara tergesa, tangannya penuh oleh koper serta berbagai barang lainnya yang ingin ia bawa untuk keluar kota, mengalihkan atensi ayahnya yang asyik menyesap kopi sembari membaca koran.

"Kamu udah mau pergi? cepet banget. bukannya jadwal pesawat kamu sore?" tanya sang ayah, Seyna menoleh sekilas lalu kembali fokus mengikat tali sepatunya.

"Iya, aku mau beli hadiah sama Hazel dulu. biar pas ketemu mereka ga kosong banget" jawabnya, ayah mengangguk mengerti. ia beranjak dari duduknya, memasuki kamar untuk mengambil sesuatu.

Setelahnya, sebuah kunci disodorkan untuk gadis itu. Seyna mendongak, tersenyum kecil menerima sodoran kunci dari sang ayah.

"jangan pulang kelamaan, ayah ngasih kamu izin paling lama satu bulan doang. Rumah dijaga baik disana, walau lama ga kepake siapa tau kerjaan ayah mendadak dipindahin lagi" jelasnya, memberitahu.

Anggukan semangat balasan yang Ayah dapatkan. Seyna menggenggam erat kopernya, berpamitan bersama sang ayah sebelum berbalik keluar menyambut kedatangan kekasihnya.

Dari balik pagar Hazel menyambut gadisnya dengan senyum merekah, lalu beralih membantu Seyna memasukkan barang barangnya ke mobil. Kedua insan itu saling melempar senyum satu sama lain sebelum berangkat memulai petualangan mencari kado yang pas untuk para sahabatnya. 

"Ini cocok sama siapa menurut kamu?" Seyna bertanya, memperlihatkan gelang emas dikelilingi beberapa kupu kupu kecil disekitarnya.

"Lien? atau paling enggak Mila" katanya setelah diam beberapa detik, Seyna mengangguk simpul, lanjut mencari printilan atau aksesoris yang cocok untuk temannya. 

                                 ***

Akhirnya setelah hampir dua jam mengelilingi tokoh, barang yang Seyna ingin kan terlengkapi sudah. Sorot Hazel sudah bosan tercampur lesu, perutnya dari tadi sudah berteriak meminta diisi tetapi kegiatan kekasihnya ini tidak dapat ditunda secara mendadak. Mengharuskan dirinya mengekori dari belakang seperti perangko saja.

"Kamu ga beliin kado buat Adnan dkk?"   tanya Seyna, Hazel menghela nafas panjang ia sudah jengah. Disuruh menunggu selama hampir dua jam lebih, setelah selesai malah dirinya yang harus memegangi barang belanjaan. Lalu, dia masih bertanya pasal kado kadoan?

"Aku laper, kamu gausah bawain mereka semua kado. bisa bangkrut" jawabnya, Seyna nyengir lantas ia segera mengajak Hazel untuk makan siang bersama disalah satu restoran china yang menjadi tempat favorit Hazel untuk memanjakan perutnya.

Lalu setelah dirasa semua persiapan mereka selesai, kedua insan itu berangkat menuju bandara. Di perjalanan, Seyna tak berhenti membicarakan hal yang sekiranya akan mereka lakukan disana selama satu bulan. Hazel yang mendengarnya hanya terkekeh kecil ketika ia rasa kata yang Seyna tuturkan terdengar lucu, atau merasa tingkah Seyna gemas. 

"Nanti kita bakar bakar disana pas tahun baru, halaman rumah aku cukup luas. bisa mungkin buat bakar bakar disana"  celotehan si gadis, Hazel tak menyangka. Seyna antusias sekali dengan liburan kali ini, terpancar dari sorotnya yang berbinar bahwa ia sangat bahagia.

"Kamu seneng banget ya?" sontak langsung dibalas anggukan semangat dari sang kekasih, Seyna bersandar pada kursi mobil, memandang kedepan.

"Hum, mereka semua temen aku yang berharga. Jelas aku senang ketemu mereka" Aku-nya, memang dua tahun itu bukan waktu yang sangat sebentar. Walau hanya virtual, pertemanan yang dijalin bisa saja erat karena suatu hal yang tidak bisa dijelaskan.

***
J

akarta, sang ibu kota yang menyimpan banyak keindahan, akhirnya Seyna bisa kembali menghirup udara dari angin Jakarta ini setelah sekian lama,

Seyna sudah sempat mendatangi kota ini sekali. Namun, pada saat itu umurnya masih terbilang sangat kecil, ia berusia sekitar 3-4 tahun. Hingga gadis itu tak mengingat apapun tentang kehidupannya dikota Jakarta.

Yang Seyna tau hanyalah, ia pernah tinggal disini saat masih kecil, lalu pindah ke Makassar dikarnakan pekerjaan Ayahnya harus kesana secara mendadak.

Dan siapa sangka sekarang? dirinya kembali berdiri didepan pagar putih yang menjulang tinggi. Bersama teman temannya, tentunya. Namun, yang kurang disini hanyalah Hazel. Ia bermalam dirumah Hasan, salah satu temannya yang kebetulan tinggal di Jakarta.

Awalnya mereka sempat ingin tinggal disana, tetapi rumah Hasan hanya muat untuk 6 orang.  Alhasil, rencana itu terganti menjadi seperti ini.

Rumah bertingkat dua ini ternyata masih kokoh seperti dulu, hanya saja rerumputannya makin tinggi dikarenakan tak pernah dipotong, dan entah mengapa terlihat lebih suram juga.

Sorot Seyna saat ini dipenuhi kerinduan rumah dimana ia dilahirkan, masa kecilnya sebagian dihabiskan disini sebelum pindah kekota lain. Lantas, gadis itu merogoh sakunya mengeluarkan kunci lalu perlahan membuka pagar putih ini.

Memasuki area dalam, semuanya pun masih tak berubah. Bahkan mainan yang lupa dibersihkan pada pojok lemari diruang tamu masih ada, Mainan masak masak an khas anak balita.

"Jadi, kalian mau langsung beberes apa istirahat dulu? gile walaupun bisa dibilang deket ini juga nguras tenaga banget" Uci membuka topik, beralih duduk pada sofa yang ada di sana. Langkahnya diikuti oleh Iqis.

"istirahatnya sekalian aja, kan enak istirahat kalau tempatnya juga bersih" usul Eva, yang lainnya nampak mengangguk, setuju dengan tanggapan gadis itu.

"Okay! sekarang sapunya dimana? let's gouurrr!" iqis bangkit dari duduknya, bersorak riang guna membangkitkan ulang semangat. Mengundang kekehan dari lima gadis lain. kemudian, mereka semua berpencar membagi tugas masing masing untuk membersihkan rumah yang terbilang cukup luas ini.

Tanpa mereka ketahui, sejak kedatangan mereka sudah ada yang menanti dari dalam. sosok anak kecil yang sorotnya memperlihatkan luka serta rindu yang membekas, tersenyum simpul menatap binar pada salah satu gadis diantara mereka.

...

KAKAK.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang