Mila demam tinggi, badannya juga menggigil tanpa sebab. Seyna dan yang lainnya sudah membawa gadis itu ke rumah sakit, tapi pihak rumah sakit mengatakan bahwa Mila hanya demam biasa dan tak perlu dikhawatirkan.
Tetapi, sampai siang demamnya tidak turun turun, sedari tadi Gama juga belum pulang karna Ia khawatir dengan Mila. Cowok itu datang dari balik pintu, membawakan nampan berisi sop ayam, nasi hangat, juga air minum.
Gama yang kesehariannya abrudul bahkan ia lebih sering lupa untuk makan siang, kini bolak balik dapur menyiapkan makanan untuk si kasih. Memang, yang namanya cinta itu bukan main ya.
"Kamu makan dulu, biar cepat sehat" katanya, menaruh nampan tadi dinakas dekat kasur Mila, Mila menyorot lesu, dirinya ingin duduk tetapi terlalu lemah. Gama peka, ia membantu gadis itu untuk bangun.
"Semalem pas kamu antar aku pulang, aku liat anak kecil" awal topik dari Mila, ia berhenti bicara ketika suapan masuk kedalam mulutnya.
"Oh ya? dimana? Anak siapa? kok bisa nyasar tengah malem?" Gama terlihat tertarik dengan obrolan ini berjalan, Mila diam, menelan habis nasinya lalu kembali berbicara.
"Anak kecilnya hantu"
Kening Gama berkerut "Hantu?" tanya berulang dijawab anggukan kecil oleh Mila. Cowok itu kembali menyuapi Mila lalu berucap.
"Cuma mau kenalan sama kamu itu, kamu sama yang lain kan baru kesini. Jadi, penghuni rumah kenalan biar kamu tau dia ada disini juga" Gama tak mau meyangkal yang dikatakan Mila itu hanya sebuah imajinasi atau semacamnya, ia lebih memilih menenangkan Mila dengan alibi yang masuk akal.
"Aku takut, aku ngerasa dari awal kita kesini atmosfer rumah ini aneh"
Gelengan jawaban yang Mila dapatkan "kita dua minggu lagi pulang, kamu gausah mikir aneh aneh yang bikin kamu sakit lagi. Sekarang, fokus sembuh aja"
"Gimana kalau kedepannya bakal ada hal buruk?"
Gama menarik nafas, menyimpan kembali piring itu keatas nakas. Dirinya mendekat, merapikan rambut Mila yang cukup berantakan lalu beralih menyorot gadis itu dalam.
"Gabakal ada hal buruk yang terjadi di hari besok, lusa, atau kedepannya. Kamu nikmatin waktu liburan kamu sama teman teman kamu dan juga aku, masalah yang kaya gitu gausah ada difikiran kamu, cuma sampah."
Finishnya, Mila menurut. Yang dikatakan Gama memang benar, waktu mereka makin sedikit, sebaiknya Mila memanfaatkan waktunya daripada harus memikirkan hal yang mustahil terjadi.
atau mungkin.. terjadi.
...
Siang itu kala uci tengah sibuk memasak untuk makan siang akibat pergantian tugas dikarenakan kedua chef andalan mereka sedang tidak enak badan. Dikeheningan dapur ia tiba tiba mendengar suara kursi yang ditarik tepat ketika ia berbalik untuk menumis sayuran.
Uci kira itu ulah Hazel yang datang secara mendadak disiang bolong, hobi baru Hazel, menurutnya. Namun, suara kursi yang ditarik kesana kemari menusuk indra pendengarannya, membuat Uci jengah dan akhirnya menoleh dengan wajah masam.
Yang ia temukan, bukan sosok Hazel maupun temannya yang lain. Melainkan, dapur yang sepi. Uci mengidikkan bahu acuh, kembali fokus pada masakannya.
Kali ini bukan suara kursi yang ditarik, melainkan piring yang sengaja dimainkan. Uci menghela nafas panjang, ia tak takut kalau seperti ini yang ada dirinya tersulut emosi.
"Sekali lagi lo main sembarangan, gua bikin lo mati dua kali" perkataan gadis ini memang terkadang berlebihan, suara suara tadi berhenti, membuat Uci seketika senang dan membangkitkan senyum bangga.
Hantu saja takut kepadanya, apalagi- dirinya tersentak, pisau hampir mengenai wajahnya bahkan sekarang pisau itu telah menggores pipi gadis ini, membuat darah mengalir dari sana.
ia terpaku, cukup shok karna pisau yang melayang secara mendadak. perasaan takut datang menyelimutinya, lalu terdengar alunan merdu yang dia dengar disekitar meja makan.
"si kancil anak nakal, suka mencuri ketimun. Ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun!" lagu khas anak kecil yang terdengar menggemaskan, tetapi bila dinyanyikan dengan suara yang putus-putus bak sekarat seperti ini bukan lagi terdengar menggemaskan.
Uci sekarang mengerti, kenapa akhir-akhir ini temannya terlihat lesu tatapannya seakan hampa, mereka diganggu oleh sosok dirumah ini. Sosok yang menampakkan diri pada salah satu dari mereka disetiap harinya.
Suara nyanyian itu terhenti, berganti menjadi suara langkah kaki yang terdengar mendekat kearahnya. Uci tak bisa membohongi dirinya kalau dia sangat takut sekarang.
tetapi suara itu hilang ketika panggilan seseorang terdengar dari tangga, itu Seyna. Ia terkejut saat menyadari pipi Uci tergores, lalu yang terjadi setelahnya hanyalah Uci yang harus pasrah diobati sembari mendengar omelan mentah dari Seyna tentang betapa pentingnya menjaga keselamatan ketika memasak.
Uci berbohong, berkata luka goresan dipipinya ini adalah berkat dirinya yang lalai memegang pisau, membuat Seyna marah dan berakhir seperti ini.
...
"kau kenapa hanya meneror saja? kufikir kau mau membunuh mereka" hacan berterbangan dilangit langit ruang tengah, memperhatikan gadis kecil yang duduk diujung ruangan sembari memeluk bonekanya.
"aku takut kakak akan marah" jawabnya lugu, hacan tertawa ia beralih mendarat tepat didepan gadis kecil.
mencengkram dagu gadis kecil lembut untuk menatap kearahnya, ia tersenyum licik "kalau begitu jangan menyesal kalau kakak-mu dibawah jauh oleh mereka"
si gadis kecil sontak menggeleng "aku menguping percakapan antara kakak semalam dikamarnya, dua minggu lagi mereka pergi. Mereka bukan anak nakal kok" hacan mengidikkan bahu, kembali berterbangan dilangit langit rumah. Sesekali ia menyapa jiwa jiwa tersesat itu, membuat 'mereka' yang tadinya berniat ingin menjadikan rumah ini tempat tinggal, mengundurkan niatnya karna merasa aura negatif dari hacan.
"sedihnya, kamu percaya? manusia itu licik, tasya. kalau manusia tak pernah licik kamu tak mungkin berada disini"
Tasya terdiam, menimbang semua ucapan Hacan. Kebanyakan yang hantu cantik katakan itu benar. Namun, Tasya masih ragu, ia tak tega kalau harus berbuat buruk apalagi sampai membunuh.
Walau bagaimanapun, Tasya adalah salah satu jiwa yang tersesat yang masih memiliki kesempatan untuk ketempat yang damai. Kalau kalau dirinya terperangkap dalam jalan yang salah, dia akan selamanya berada di dunia yang fana ini.
Tasya galau diusianya yang dini. Ia bangkit meninggalkan Hacan sendiri, membiarkan hantu cantik itu melalukan hal sesukanya selama Hacan tak mengisengi penghuni rumah.
Tak sengaja, ia mendengar percakapan dari bilik kamar Uci juga Eva, mereka sedang membicarakan tentang dirinya. Tasya berhenti, menembus pintu kamar itu.
"Kamu pernah penasaran ga sih Va, sosok anak kecil yang kamu liat kemarin, itu matinya gimana?"
Eva menoleh dengan cover bingung "maksud kamu? kenapa tiba tiba nanya gitu?" Uci mengidikkan bahu, tersenyum simpul "penasaran aja"
Tasya tertawa sendu, kematiannya ya.. memilukan sekali, bahkan jika ia ingat membuat dirinya kembali terluka. Gadis kecil itu mati secara keji dan tanpa diadili.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK.
Horrordua tahun berteman mereka lewati dari internet. untuk pertama kali, pada saat libur akhir taun mereka memutuskan untuk bertemu. tinggal dirumah bekas peninggalan salah satu dari mereka, liburan serta pertemuan yang diharapkan indah itu berangsur men...