Tiga

8 5 34
                                    

Awalnya gadis kecil tak mau mempercayai kata Hacan, Bagaimanapun aura negatif Hacan bisa saja berpindah pada dirinya. Membuat gadis kecil belum mengambil keputusan apa apa.

Tetapi, tingkah salah teman kakaknya kemarin membuktikan bahwa ucapan Hacan memang benar, para teman kakaknya itu jahat. Mereka bahkan ingin membuang dirinya. Mereka ingin si kakak melupakan gadis kecil.

Tentu saja, gadis kecil marah. Ia sudah menunggu selama belasan tahun, apa ini yang ia dapatkan sejak akhirnya? apa selama ini dia hanya menunggu dirinya dilupakan dan dibuang seperti waktu itu?

Tidak, mereka yang harusnya terbuang, mereka yang harusnya dijauhkan oleh kakak. Karna keberadaan mereka membuat dirinya semakin jauh saja. Malam itu, gadis kecil mengambil ulang boneka nya yang diletakkan ditong sampah, membawanya kembali pada sang pemilik, Seyna.

Ia tersenyum, mengelus tangan halus itu dengan tangan kecilnya. Berbisik pelan pada telinga Seyna.

"tenang saja, nanti gabakal ada yang ganggu kita lagi, kak."

...

Angin malam menerpa tubuhnya, malam ini turun hujan lagi, bahkan lebih deras dari kemarin membuat angin yang masuk kedalam juga makin menusuk badan mereka, Iqis terbangun, ia merasa haus. lantas, gadis itu bangkit beranjak kedapur.

meneguk segelas air. samar samar indra pendengarannya menangkap suara televisi yang menyala.

"siapa yang nonton malem begini? masa ada yang lupa matiin tv?" tanya pada dirinya sendiri. dengan pelan Iqis melangkah keruang tamu, mengecek siapa tau ada pencuri atau seseorang yang masuk kerumah.

namun, saat disana hanya ruangan kosong. lampu sudah dimatikan. cahaya televisi satu satunya penerangan diruang itu. perasaan takut mulai menyelimuti gadis ini, segera Iqis mengambil remote lalu mematikannya.

Ia berbalik, ingin melangkah kembali kekamar sebelum melihat sesosok anak kecil yang berdiri ditangga.

Mereka menatap satu sama lain dalam diam, hingga si sosok tersenyum kecil lalu tertawa. ia mendekat pelan, membuat detak jantung Iqis kian cepat.

Iqis ingin kembali kekamarnya, tetapi badannya tak dapat digerakkan. Ia merasa kakinya seperti dibekukan.

Gadis kecil sudah sampai dihadapannya, menyeringai menampilkan deretan giginya "halo!" sampainya dengan nada khas anak kecil.

Iqis menelan ludah, sosok anak kecil yang berada dihadapannya sekarang perawakannya sangat berantakan. Bajunya, didominasi oleh warna merah terutama pada bagian bawah, setengah kulit diwajahnya sudah terkelupas bahkan ada beberapa ulat menjangkit disana membuat siapapun yang melihatnya pasti akan muntah. Ditambah, kaki gadis ini memiliki banyak luka sayatan yang terbuka, seperti habis disiksa.

"kakak kenapa buang aku?" kening iqis berkerut bingung, pertuturan si gadis tidak jelas. bagaimana dirinya mau membuangnya jika sosoknya saja sudah seseram ini.

ekspresinya sedih, ia mulai menangis. Iqis makin bingung dibuatnya "padahal kakak kelihatan baik, tapi ternyata engga. kata Hacan anak yang ga baik itu harus dihukum." Lalu kembali tertawa.

oke, baiklah ini menyeramkan. Batin Iqis sedari tadi sudah merapalkan berbagai doa, tetapi tak ada satupun yang mempan.

Keringat dingin bercucur deras dari pelipisnya, si gadis kecil melayang menggapai rambut Iqis, menyelipkannya ditelinga gadis itu sembari berbisik "tak usah berdoa kalau doamu tak benar." terdengar dingin serta angkuh, lalu sosok kecil ini tertawa lagi sembari menari nari mengelilinginya.

KAKAK.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang