Gadis berambut oranye itu langsung berlari ke bagian haluan kapal setelah mendengar jika pulau yang dituju sudah mulai terlihat. Seketika mabuk laut yang membuatnya murung langsung hilang. Di bawah mentari terang, wajah gadis itu nampak bersinar dan bahagia.
"Aku datang! Avalon!"
Gadis itu mengenakan baju berwarna kuning yang selaras dengan warna rambut panjangnya, celana panjang kemerahan, dan pelindung yang terbuat dari besi untuk melindungi bagian-bagian penting di tubuhnya. Sebuah pisau berhulu putih nampak menggantung di sisinya.
Namanya Miranda, walau dia lebih suka dipanggil Mira. Gadis lulusan akademi terkenal di sebuah negara yang maju. Dia memilih jalur Ksatria dengan harap bisa bertugas di Avalon, sebuah pulau yang ditinggali para Peri seperti yang selalu diceritakan ibunya.
Walau keberadaan Peri sering disebut hanya dongeng semata, Mira meyakini keberadaan mereka. Dia ingin bertemu dan berteman dengan para Peri.
Mira tidak pernah mengira jika dia akan bertemu dengan makhluk dalam cerita dongeng itu jauh lebih awal- dan dari arah yang tak terduga.
"Aduh!"
Sesuatu jatuh dari langit dan menghantam kepalanya. Sebuah apel jatuh dari langit.
"Eh?" Mira mendekat dan mengambil buah merah itu. "Apel.. Jatuh dari langit?"
Mira menengok ke atas. Tidak ada apapun selain awan putih di langit biru yang bersinar panas. Hingga Mira menyadari ada sesuatu lain bersama apel itu.
"E-Eh?" Mira kebingungan melihat seorang manusia seukuran apel nampak sedang memegangi buah itu. Dan begitupun makhluk itu. Pusing setelah dua kali jatuh sambil berputar-putar.
Menyadari jika dunia sudah tidak berputar-putar lagi, makhluk kecil biru itu akhirnya bisa sadar. Dia nampak senang karena berhasil mendapatkan kembali apel yang ingin dicuri seekor burung. Tapi raut gembira di wajahnya sekitar sirna saat melihat seorang gadis di balik apel itu, yang sedang mengangkat buahnya dan terus menatapnya.
"Gah!" makhluk kecil biru menyemburkan air ke muka Mira dengan harap manusia itu akan melepaskan apel di tangannya. Seperti burung sebelumnya.
Tapi tidak bisa. Manusia itu lebih besar dan lebih kuat daripada burung. Mira kaget tapi genggamannya tidak berubah. Malah semburan itu membuat manusia lain datang menghampiri.
Menyadari orang lain mendekat, Mira langsung menyembunyikan apel dan Peri itu di balik tubuhnya. Dia masih tidak tahu apa yang terjadi, tapi tangannya refleks untuk melindungi makhluk kecil itu.
"Ada apa, nona Miranda?" tanya salah seorang awak kapal.
"Eh? Oh, ah.. Bu-Bukan apa-apa."
"Kenapa wajahmu basah?"
"Ada ikan yang menyemprotku, hahaha." Mira tertawa palsu.
"Hati-hati loh. Kami tidak ingin sesuatu terjadi pada penumpang kami sebelum sampai ke pulau."
"Ba-Baiklah. Ma-Maafkan aku, he."
Setelah awak kapal itu kembali ke posisinya, Mira langsung membawa apel dan Peri itu ke kamarnya. Dengan hati-hati dia menyembunyikannya agar tidak ketahuan awak kapal lain, walau hasilnya malah membuat dia dicurigai. Tapi mereka nampak tidak peduli.
"Apa kamu itu.. Peri?" tanya Mira setelah meletakkan keduanya di atas piring. Makhluk kecil itu mengangguk sedikit dengan raut muka yang gugup dan waspada.
"Kalau mau, aku bisa potong-potong apel itu?" lanjut Mira bertanya sambil menunjuk dengan sebuah pisau kecil.
Peri itu berteriak dan nampak sangat ketakutan. Dia mencoba melindungi kepalanya dengan tangan, membuat Mira teringat bagaimana dulu dia ketakutan seperti itu saat lampu mati dan semuanya menjadi gelap, sampai sang ibu datang membawakan cahaya. Mira akhirnya sadar jika Peri takut dengan Logam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fata Morgana - A Fantasy Story (END)
FantasySebuah cerita fantasi dan roman yang rumit tentang hubungan Manusia dan mereka yang datang dari Bulan. Jiwa yang tercipta atas hasrat manusia, menimbulkan konflik tidak berkesudahan antara keduanya. Mereka yang selalu memberi, dan mereka yang hanya...