Siapa?

74 69 10
                                    

~ Terlihat baik-baik saja bukan berarti tidak merasa buruk ~

Happy reading 📖

Jangan lupa vote dan komennya ya, terimakasih yang udah mau mampir.
-
-


Eca menghampiri Andra yang sedang tertidur pulas, muka yang begitu tenang namun entah perasaan dan pikirannya apakah tenang, Eca duduk di samping Andra dan melihat ke arah langit.

"Tatapan mata kamu mirip dengan seseorang yang aku kenal, tapi itu mustahil." ucap Eca lalu membuang nafas kasar.

"Bahkan kamu masih mengingat jelas tatapan mata itu Jaecha." ucap seseorang yang dari tadi memperhatikannya.

Eca melirik ke arah Andra "Kamu kenapa bisa mirip sama dia si." ucapnya. "Aku udah ikhlas sama kejadian itu, tapi kalo liat kamu rasa kangen aku bisa sehebat semalam." lanjutnya

Eca mengambil ponselnya dan melihat jam yang menunjukkan jam 10.10 yang artinya sudah jam masuk, dia berdiri dan pergi meninggalkan Andra.

Dan siapa sangka Andra dari pertama Eca datang dia sudah terbangun dari tidurnya, siapa? Siapa yang dimaksud Eca tadi? Dan Andra pun memilih pergi ke kelas.

"Kalo kamu bahagia aku juga ikut bahagia." ucap seseorang dan pergi dari tempat itu.

Eca masuk ke kelas dan selang beberapa menit Andra pun masuk, dan bell pun berbunyi lalu guru mata pelajaran selanjutnya sudah masuk ke kelas.

"Peggandra Jarvion, anak itu sungguh ingin aku bunuh." ucap pria tua yang sedang duduk di sebuah ruangan.

"Siapa dia?" tanya anak perempuan yang duduk di sampingnya.

"Anak laki-laki yang dulunya tinggal disini dan sekarang memilih hidup di dunia yang penuh kepalsuan." jawabnya.

"Aku pengen tau." ucap anak perempuan itu. "Bagaimana jika aku menyapanya?" lanjutnya.

"Masukan dia ke sekolah yang sama dengan Vion." ucapnya pada kedua anak buahnya. "SEKARANG!!!" teriaknya

"Baik tuan." ucap dua orang laki-laki bertubuh besar, lalu pergi dari tempat itu.

Di sekolah sudah memasuki jam akhir, dan sekarang mereka sedang belajar Fisika, sungguh ingin tidur rasanya.

Bell pulang berbunyi dan murid-murid sekolah Berbangsa bergegas pulang.

"Aku duluan ya kaka udah jemput di depan." ucap Eca kepada ketiga temannya lali pergi.

"Kalian bareng lagi?" tanya Uma pada Ayya dan Zanna dan di balas anggukan keduanya, mereka bertiga pun keluar kelas.

"Ayo cepetan." ucap ka Ajep yang melihat adiknya sudah keluar kelas.

"Aku duluan ya, kalian hati-hati." ucap Uma lalu berlari kearah Ajep dan mereka berdua pun pergi ke parkiran.

Ayya melihat Andra naik ke rooftop dan di ikuti oleh seseorang yang mencurigakan di belakangnya.

"Gue ke toilet dulu, lo duluan aja." ucap Ayya pada Zanna dan Zanna pun pergi.

Namun Ayya bukan ke toilet dia menuju kelas Jama, sesampainya disana dia hanya melihat Dimas dan Herul, Ayya menghampiri keduanya.

"Ka Jama mana?" ucap Ayya sambil mengatur nafas karna sudah berlari tadi.

"Lagi ke kelas sebelah dulu, kenapa?" tanya Dimas.

"Kalian temen Andra kan?" tanya Ayya.

"Iya." jawab Dimas.

"Andra ke rooftop tapi di belakang dia ada orang yang ga di kenal ngikutin." ucap Ayya. "Terus pakaiannya item semua bukan anak yang sekolah disini." lanjutnya.

Dimas dan Herul pun sontak kaget, apakah mereka datang lagi? Sial sekali, keduanya pergi.

"Susulin Jama." ucap Dimas lalu pergi berlari bersama Herul.

"Ini kenapa si." ucap Ayya lalu mencari Jama.

Dia melihat Jama dan dua anak laki-laki yang tidak dia kenal sedang berbicara, tidak ingin mengganggunya tapi ini penting.

Ayya menghampiri "Bisa kita bicara sebentar." ucap Ayya lalu menarik tangan Jama.

"Besok kita bahas lagi." ucap Jama pada dua anak laki-laki itu.

"Ayo susul ka Dimas sama ka Herul ke rooftop." ucap Ayya lalu menarik pergi tangan Jama menuju rooftop.

"Sial." saat melihat seseorang di depannya. "Cepet pergi." ucapnya pada Ayya dan Ayya pun pergi.

Jama melihat Dimas dan Herul yang sudah babak belur pun menghampiri seseorang itu.

"Mau lo apa si." ucapnya saat berhadapan dengan orang tersebut.

"Mau gue?" tanyanya. "Mau gue Vion mati mengenaskan seperti di masalalu." lanjutnya sambil tersenyum ke arah Jama.

Andra yang mendengar itu terdiam, sungguh sial dia hidup kembali, akankah lebih baik jika mati saja?

"Jaga omongan lo, sebelum gue panggil si Pio kesini mending lo pergi." ucap Jama.

"Sialan lo." lalu orang itu pergi meninggalkan mereka berempat.

"Kelemahan dia cuman si Pio." ucap Dimas sambil berdiri dan membangunkan Herul.

"Kita harus buat Pio sekolah lagi, gimanapun caranya." ucap Jama.

"Lo gapapa kan Dra." tanya Herul.

"Engga, thanks ya." ucap Andra lalu pergi.

"Masih aja sama kaya dulu, heran gue." ucap Dimas saat melihat Andra pergi.

"Dia gamau nyusahin orang lain jadi gitu." ucap Jama lalu ikut pergi.

"Ninggalin mulu tu orang." ucap Dimas dan merangkul Herul berjalan.

Merindukan Sang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang