2

191 140 54
                                    

Selamat malam tuan & nyonya sekalian💋

Ini ada sedikit manis2nya, tapi nggak sampai bikin eneg. Masih aman💅🏻
Ada playlist di atas, bisa diputar setelah ada instruksi.

Selamat menikmati, jangan lupa tekan bintangnya🌹⭐

.

Diona's POV

Seperginya Signore Delamo, aku kembali berfokus pada kegiatanku. Menggarap beberapa dokumen restoran sekaligus perkembangan Jaz Baldhetiv versi cafenya. Membawa satu cup kopi dan beberapa biskuit untuk menemaniku di dalam ruangan. Hening, sepi, sendiri. Aku mengangkat panggilan ponselku tanpa tahu siapa pemanggilnya.

"Ass--"

"Assalamu'alaikum, Signorina!"

"Uh?" Aku melirik nama kontak, tak lama aku tersenyum ringan. "Wa'alaikumussalam, Signorina. Kedengarannya senang sekali, ada apa?"

"Ekhem! Diona, aku mengundangmu makan malam di rumahku. Ummah sudah menyiapkan makanan-makanan enak malam ini. Kau wajib datang, Diona! Tidak perlu membawa suguhan, aku yang akan menyuguhkan banyak makanan untukmu."

"Bertamu tanpa membawa apapun terlihat tidak sopan. Akan kubawakan sedikit biskuit buata--"

"Tidak ada yang bilang aku mengundangmu sebagai tamu. Datanglah ke rumah sebagai saudariku, tanpa menenteng sesuatu, pokoknya aku tidak mau menerima segala sesuatu yang kau bawa nanti."

"Ya, ya, yasudah. Kapan aku ke rumahmu? Tepatnya pukul berapa? Akan kuusahakan datang malam nanti," aku mengapit ponselku di bahu dengan kepala bagian kiri.

"Sehabis Isha'a, mungkin sekitar pukul 8. Ingat, Diona! Aku tidak mau menerima bawaanmu jika kau masih nekat membawa! Ummah akan menyuruhmu pulang segera." Aku mendengarkan, tetapi tak begitu memperhatikan. Laporan keluar masuk keuangan sedikit membuatku repot.

"Allah.. Iya Jenna, cerewet sekali. Kuusahakan"

"Yasudah, kututup Diona. Selamat siang, sampai jumpa di meja makan nanti. Kiss your head much-much."

Selepas mengakhiri panggilan dengan salam, aku tersenyum. Zaida Jenna Haibah, teman sepantaran di sekolah tinggi dahulu. Kemarin, tepatnya waktu petang tak sengaja kami berpapasan di depan pintu restoranku. Ia dengan jubah wisudanya menyapaku riang bahagia.

"Jenna? Jenna temanku? Sungguh?" Aku mengernyit, tetapi masih dengan senyuman terpatri. Kami berdua berpelukan, merangkul sayang-sayang setelah 10 tahun tak bertemu muka.

"Yang benar saja? Kau sudah melupakanku Diona? Umurmu belum mencapai kepala lima!" Jenna menyentuh kedua bahuku, ia goncang lembut-lembut.

"Wajahmu berbeda jauh di saat terakhir kita bertemu dulu, ini bukan Jenna waktu remaja, ini Jenna yang lebih dewasa. Masuklah, kita berbicara sedikit." Aku segera menyeret masuk Jenna, sebelum menolak baiknya kubawa langsung ke dalam.

"Aku baru menyelesaikan sarjana pertamaku, Diona! Aku lulus! Barokallah, semoga Allah ridho dengan ilmuku." Jenna berucap dengan emosi kuat, perasaannya seolah tersampai hingga batinku. Aku kenal rasa bahagia ketika berhasil mencapai kata kelulusan di pendidikan yang lebih tinggi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENZA LIMITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang